Dalam kitab suci Maha Parinirvana Sutra ada tercatat seorang Maha Raja yang kepada menterinya berkata:"Bawakan seekor gajah besar untuk diperlihatkan kepada orang buta. penglihatan mereka pasti mengandalkan kedua tangannya." tak berapa lama kemudian gajahpun dibawa. para tuna netra benar-benar meraba gajah itu dengan kedua belah tangan mereka. tangan mereka terus meraba......meraba..... sebentar kemudian Sang Raja memanggil mereka, "gajah yang kalian raba itu sebenarnya berbentuk apa?
mereka yang sempat memegang taring gajah maka ia menggambarkan bentuk gajah seperti lobak besar dan kasar. yang satu lagi melukiskan bentuk gajah ibarat alat penampi beras karena ia meraba telinga gajah. orang ketiga melukiskan gajah bagaikan batu penggiling beras, ternyata yang dia pegang adalah kaki gajah. yang lain mengatakan gajah tak ubahnay seperti tempat tidur dan besar karena ia meraba pantat gajah. orang kelima menuturkan bentuk gajah sebenarnya seperti kendi karena dia meraba perut gajah. yang berikutnya menyentuh ekor gajah, maka digambarkan gajah itu seperti seutas tali. singkatnya, masing-masing mengeluarkan komentar mereka berdasarkan posisi gajah yang mereka raba. apa yang mereka lukiskan hanya merupakan bagian-bagian dari gajah tersebut.
PENJELASAN:
Dari cerita ini kita dapat mengambil hikmah agar tidak seperti sibuta yang hanay memperoleh sebagian kecil dengan meraba gajah hingga tidak memperoleh kenyataan menyeluruh. suatu tindakan keliru dan lari dari realitas yang ada bahkan kadang bisa memperumit permasalahan. lihatlah ke dalam diri kita sendiri, berhati-hatilah mencari sang kebenaran melalui realitas agar tidak mengundang lelucon hingga menyingkapkan tabir kebutaan kita.
mereka yang sempat memegang taring gajah maka ia menggambarkan bentuk gajah seperti lobak besar dan kasar. yang satu lagi melukiskan bentuk gajah ibarat alat penampi beras karena ia meraba telinga gajah. orang ketiga melukiskan gajah bagaikan batu penggiling beras, ternyata yang dia pegang adalah kaki gajah. yang lain mengatakan gajah tak ubahnay seperti tempat tidur dan besar karena ia meraba pantat gajah. orang kelima menuturkan bentuk gajah sebenarnya seperti kendi karena dia meraba perut gajah. yang berikutnya menyentuh ekor gajah, maka digambarkan gajah itu seperti seutas tali. singkatnya, masing-masing mengeluarkan komentar mereka berdasarkan posisi gajah yang mereka raba. apa yang mereka lukiskan hanya merupakan bagian-bagian dari gajah tersebut.
PENJELASAN:
Dari cerita ini kita dapat mengambil hikmah agar tidak seperti sibuta yang hanay memperoleh sebagian kecil dengan meraba gajah hingga tidak memperoleh kenyataan menyeluruh. suatu tindakan keliru dan lari dari realitas yang ada bahkan kadang bisa memperumit permasalahan. lihatlah ke dalam diri kita sendiri, berhati-hatilah mencari sang kebenaran melalui realitas agar tidak mengundang lelucon hingga menyingkapkan tabir kebutaan kita.
Komentar :
Posting Komentar