Ini hanya sepenggal karangan untuk cerbung yg sedang saya tulis, dan saya hanya mengambil sedikit dari cerbung yang masih dalam tahap perancangan cerita. Semoga cerita ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
===============
"santana.." teriak seorang laki -laki dengan badan tegap dari luar rumahnya. Sekejap kemudian, seorang anak dengan badan tegak dan tinggi keluar dari balik pintu.
"Santana..tolong bantu angkatkan koper itu" teriak laki-laki itu, dan laki-laki itu tidak lain adalah ayahnya santana.
Pagi yang sudah mulai terik, bunga -bunga mulai bersemi indah pagi itu,kesibukan akan rutinitas pun dimulai. Pagi hari itu, ayah santana hendak keluar kota lagi seperti biasanya, meninggalkan anak tunggalnya sendiri tinggal dirumah yang besar tersebut. Ibunya yang telah lama meninggal dunia akibat kecelakaan, membuat santana harus melalui kehidupan seorang diri jika ayahnya keluar kota. Santana merupakan anak yang tegar , mandiri dan penurut terhadap ayahnya. Hari telah mulai terik, lambaian tangan santana mengantarkan keberangkatan ayahnya.
Santana yang baru menginjak kelas 1 SMA itu telah banyak belajar kemandirian, biarpun hidupnya dikarunia dengan penuh kemewahan tapi dirinya yang membuat dia tegar akan setiap situasi yang dihadapinya.
Tepat pukul 07.30 lonceng tanda masuk berbunyi, situasi kegiatan di lingkungan sekolah menjadi sunyi. Sekolah yang begitu tertib, pelajaran pun segera dimulai.
Di sekolahnya sendiri santana terkenal dengan anak yang cerdas, mandiri dan teliti. Banyak diantara teman-temannya yang mengaguminya.
Pelajaran ekonomi mengawali hari itu, pelajaran yang digemarinya, dan ditekuninya.
"santana..maju kedepan, jelaskan tentang pelajaran sebelumnya" seruan dari bu guru,sembali menunjukkan tangannya ke hadapan santana.
Santana mulai menjelaskan rincian tentang pembahasan, mulai dari tenaga kerja, perekonomian masyarakat hingga kegiatan bisnis. Penjelasan yang tampak asal-asalan dan terputus-putus keluar dari lentingnya suara santana.
"santana, ada apa dengan kamu?" guru ekonomi itu bertanya.
muka pucat dan sedikit sifat tak bersahabat santana membuat ibu guru dan teman-teman tampak heran.
"kamu sakit ya santana ?" bu guru meneruskan pertanyaannya.
"saya tidak apa-apa, mungkin kurang tidur saja" jawab laki-laki tegak dan tinggi itu. Pelajaran pun tampak tak bersemangat. Hari yang tampak membosankan dilalui bocah beranjak dewasa itu, entah apa yang sedang dipikirkannya?.
Tepat jam 15.00 bel tanda pulang sekolah berbunyi, menandai kegiatan belajar telah usai. Pada hari itu, tidak seperti biasanya santana tidak langsung pulang ke rumah. Dia menghentikan kendaraannya didepan kedai minum. Terduduklah seorang bocah tersebut dalam alunan kepadatan rutinitas. Ternyata, santana sedang merindukan kasih ibunya, dan memikirkan ayahnya, Yang meninggalkannya seorang diri di rumah. Mungkin dia kesepian dengan kondisi tanpa belaian orang tuanya.
Mukanya yang begitu pucat, mungkin gara-gara kurang tidur, membuat orang-orang yang bertatap muka dengannya tampak heran.
Banyak diantaranya mengira anak tinggi dan besar itu sedang putus cinta.
Tidak lama setelah santana menegukan air ketenggorokannya, seorang wanita dengan membawa anaknya yang masih masa mungil dan dipapahnya dengah penuh belaian kasih sayang, menyodorkan tangannya, tanda meminta sedikit sedekah darinya.
"pak, sedekahnya............."
Dengan raut wajah yang berseri-seri, santana menyaksikan anak yang dipapah wanita itu, seakan-akan dia merasakan kasih yang mendalam dari ibunya.
"pak, sedekahnya...pak.......... " sahut ibu itu sekali lagi...
"oh..iya.." lanjut santana.
Langsung dikeluarkan uang selembar 50.000 dan langsung diberikan kepada ibu tersebut.
Dengan raut wajah yang seakan-akan tidak percaya,
ibu itu berkata : "Terima kasih, pak...semoga rezeki bapak dibalas yang maha kuasa..terimakasih pak.." sambil menunduk-nunduk ke hadapan santana.
Akan tetapi santana, hanya tersenyum seakan-akan tenggelam dalam kasih ibu tersebut kepada anaknya. Dari raut wajah yang berseri seperti mengenang masa kecilnya yang dipangkuan ibunda, lantas dia berkata kepada ibu tersebut.
"uang tersebut untuk perawatan anak ibu, kasihi selalu anak ibu, rawat dan jaga anak ibu baik -baik" dengan bahagianya ibu tersebut menunduk(tanda terimakasih) dan pergi.
Kebahagian dari raut wajah santana mulai berseri, dia mulai mengenang ibunya yang barangkali sedang mengamatinya dari atas. Santana terus melamuni masa –masa bersama ibunya, yang dimana dalam dekapan ibunya dia dibelai, dikasihi, dicintai dan diberikan kebahagiaan penuh.
Waktu berlalu dengan cepat, tidak terasa santana,bocah kecil itu telah menghabiskan 2 jamnya di kedai tersebut. Saat hendak mengangkatkan kakinya dari kedai tersebut. Seorang dengan rambut acak-acakan dan pakaian tidak karuan datang dengan percaya diri yang sangat tinggi terus melantun sebuah lagu tembang bahagia. Dengan rasa percaya diri yang kuat, dia mulai menyanyikan sebuah lagu, bunyi guitar dan percikan senar mengiringi perpaduan suaranya.
Lagu tersebut menghentikan langkah santana untuk beranjak pergi, santana terdiam sejenak, dan duduk kembali.
Santana, bocah yang baru mengingjak dewasa tersebut menikmati lagu tersebut. Judul lagu tersebut mungkin aneh sekali dimatanya (karena mungkin lagu karangan sendiri) yaitu "sisakan waktu sejenak untuk kebahagian keluargamu".
"treng..trenk..treng..." tanada lagu tersebut dimulai, gemulai letingnya suara pengamen tersebut mengawali mulainya lagu tersebut.
“ terima kasih semuanya...”ucap pengamen tersebut. Tanda berakhir lagu aneh itu, lalu dia memutari pengunjung kedai tersebut untuk meminta sumbangan atas lagunya. Hingga pada tempat duduk santana.
"bang, sumbangannya" pinta orang tersebut.
Lantas santana, tersenyum dan bertanya kepadanya. Terjadi percakapan yang singkat diantara mereka.
Santana : "apa abang punya keluarga ?"
Pengamen : " iya, saya membuat lagu ini untuk mereka"
Santana : "berapa jam dalam sehari abang berada /bersama dengan keluarga abang?"
Pengamen : "mmm..saya setiap hari selalu ada waktu untuk mereka,dan kehidupan kami bahagia, walaupun cuma pas-pasan dek"
Terteguk tenggorokan santana mendengarkan ucapanya. Sembari mengambil uang disakunya santana terus menatapi pengamen tersebut, yang tampak sangat menyayangi keluarganya.
“ini,,,ambil saja bang” uang senilai 2000 Rupiah keluar dari sakunya.
“terimakasih bang...” sahut pengamen itu balik.
Rasa iri tampak dari muka santana. Bocah tersebut mulai bertanya –tanya dalam dirinya, kenapa ayahnya sampai jarang ada waktu untuknya, padahal kemewahan sudah tercapai oleh ayahnya. Dibandingkan dengan pengamen tersebut yang memiliki keluarga yang bahagia walaupun kehidupan Cuma pas –pasnya. Keluarga pengamen tersebut nampak sangatlah bahagia.
Hari telah gelap, santana pun melepaskan tatapan kepada pengamen tersebut, dan langsung pulang. Sesampainya dirumah, santana langsung mengkabari ayahanda , menceritakan keinginannya kepada ayahnya.
Hari yang sangat melelahkan itu, mengakhiri kegiatannya dihari itu.
========================== =============
*Rasa bahagia yang paling besar adalah "CINTA KELUARGA" dan kekayaan terbesar yang dapat anda mmiliki adalah "KASIH KELUARGA". KELUARGA adalah tempat dimana kekayaan dan kebahagiaan disimpan, maka jangan sekali -kali anda melupakan KELUARGA anda.
**Sisakan lah sedikit waktu untuk keluarga, mereka adalah anak-anak, orang tua, kakek –nenek yang bukan mengharapkan apa yang kita berikan, hadiah, atau uang yang kita berikan, tapi mereka lebih mengharapkan kehadiran kita untuk mereka, lebih mengharapkan kebahagiaan yang kita tunjukan kepadanya.
~sekian~
(30 april, ditulis : Josse Harlin)
===============
"santana.." teriak seorang laki -laki dengan badan tegap dari luar rumahnya. Sekejap kemudian, seorang anak dengan badan tegak dan tinggi keluar dari balik pintu.
"Santana..tolong bantu angkatkan koper itu" teriak laki-laki itu, dan laki-laki itu tidak lain adalah ayahnya santana.
Pagi yang sudah mulai terik, bunga -bunga mulai bersemi indah pagi itu,kesibukan akan rutinitas pun dimulai. Pagi hari itu, ayah santana hendak keluar kota lagi seperti biasanya, meninggalkan anak tunggalnya sendiri tinggal dirumah yang besar tersebut. Ibunya yang telah lama meninggal dunia akibat kecelakaan, membuat santana harus melalui kehidupan seorang diri jika ayahnya keluar kota. Santana merupakan anak yang tegar , mandiri dan penurut terhadap ayahnya. Hari telah mulai terik, lambaian tangan santana mengantarkan keberangkatan ayahnya.
Santana yang baru menginjak kelas 1 SMA itu telah banyak belajar kemandirian, biarpun hidupnya dikarunia dengan penuh kemewahan tapi dirinya yang membuat dia tegar akan setiap situasi yang dihadapinya.
Tepat pukul 07.30 lonceng tanda masuk berbunyi, situasi kegiatan di lingkungan sekolah menjadi sunyi. Sekolah yang begitu tertib, pelajaran pun segera dimulai.
Di sekolahnya sendiri santana terkenal dengan anak yang cerdas, mandiri dan teliti. Banyak diantara teman-temannya yang mengaguminya.
Pelajaran ekonomi mengawali hari itu, pelajaran yang digemarinya, dan ditekuninya.
"santana..maju kedepan, jelaskan tentang pelajaran sebelumnya" seruan dari bu guru,sembali menunjukkan tangannya ke hadapan santana.
Santana mulai menjelaskan rincian tentang pembahasan, mulai dari tenaga kerja, perekonomian masyarakat hingga kegiatan bisnis. Penjelasan yang tampak asal-asalan dan terputus-putus keluar dari lentingnya suara santana.
"santana, ada apa dengan kamu?" guru ekonomi itu bertanya.
muka pucat dan sedikit sifat tak bersahabat santana membuat ibu guru dan teman-teman tampak heran.
"kamu sakit ya santana ?" bu guru meneruskan pertanyaannya.
"saya tidak apa-apa, mungkin kurang tidur saja" jawab laki-laki tegak dan tinggi itu. Pelajaran pun tampak tak bersemangat. Hari yang tampak membosankan dilalui bocah beranjak dewasa itu, entah apa yang sedang dipikirkannya?.
Tepat jam 15.00 bel tanda pulang sekolah berbunyi, menandai kegiatan belajar telah usai. Pada hari itu, tidak seperti biasanya santana tidak langsung pulang ke rumah. Dia menghentikan kendaraannya didepan kedai minum. Terduduklah seorang bocah tersebut dalam alunan kepadatan rutinitas. Ternyata, santana sedang merindukan kasih ibunya, dan memikirkan ayahnya, Yang meninggalkannya seorang diri di rumah. Mungkin dia kesepian dengan kondisi tanpa belaian orang tuanya.
Mukanya yang begitu pucat, mungkin gara-gara kurang tidur, membuat orang-orang yang bertatap muka dengannya tampak heran.
Banyak diantaranya mengira anak tinggi dan besar itu sedang putus cinta.
Tidak lama setelah santana menegukan air ketenggorokannya, seorang wanita dengan membawa anaknya yang masih masa mungil dan dipapahnya dengah penuh belaian kasih sayang, menyodorkan tangannya, tanda meminta sedikit sedekah darinya.
"pak, sedekahnya............."
Dengan raut wajah yang berseri-seri, santana menyaksikan anak yang dipapah wanita itu, seakan-akan dia merasakan kasih yang mendalam dari ibunya.
"pak, sedekahnya...pak..........
"oh..iya.." lanjut santana.
Langsung dikeluarkan uang selembar 50.000 dan langsung diberikan kepada ibu tersebut.
Dengan raut wajah yang seakan-akan tidak percaya,
ibu itu berkata : "Terima kasih, pak...semoga rezeki bapak dibalas yang maha kuasa..terimakasih pak.." sambil menunduk-nunduk ke hadapan santana.
Akan tetapi santana, hanya tersenyum seakan-akan tenggelam dalam kasih ibu tersebut kepada anaknya. Dari raut wajah yang berseri seperti mengenang masa kecilnya yang dipangkuan ibunda, lantas dia berkata kepada ibu tersebut.
"uang tersebut untuk perawatan anak ibu, kasihi selalu anak ibu, rawat dan jaga anak ibu baik -baik" dengan bahagianya ibu tersebut menunduk(tanda terimakasih) dan pergi.
Kebahagian dari raut wajah santana mulai berseri, dia mulai mengenang ibunya yang barangkali sedang mengamatinya dari atas. Santana terus melamuni masa –masa bersama ibunya, yang dimana dalam dekapan ibunya dia dibelai, dikasihi, dicintai dan diberikan kebahagiaan penuh.
Waktu berlalu dengan cepat, tidak terasa santana,bocah kecil itu telah menghabiskan 2 jamnya di kedai tersebut. Saat hendak mengangkatkan kakinya dari kedai tersebut. Seorang dengan rambut acak-acakan dan pakaian tidak karuan datang dengan percaya diri yang sangat tinggi terus melantun sebuah lagu tembang bahagia. Dengan rasa percaya diri yang kuat, dia mulai menyanyikan sebuah lagu, bunyi guitar dan percikan senar mengiringi perpaduan suaranya.
Lagu tersebut menghentikan langkah santana untuk beranjak pergi, santana terdiam sejenak, dan duduk kembali.
Santana, bocah yang baru mengingjak dewasa tersebut menikmati lagu tersebut. Judul lagu tersebut mungkin aneh sekali dimatanya (karena mungkin lagu karangan sendiri) yaitu "sisakan waktu sejenak untuk kebahagian keluargamu".
"treng..trenk..treng..." tanada lagu tersebut dimulai, gemulai letingnya suara pengamen tersebut mengawali mulainya lagu tersebut.
“ terima kasih semuanya...”ucap pengamen tersebut. Tanda berakhir lagu aneh itu, lalu dia memutari pengunjung kedai tersebut untuk meminta sumbangan atas lagunya. Hingga pada tempat duduk santana.
"bang, sumbangannya" pinta orang tersebut.
Lantas santana, tersenyum dan bertanya kepadanya. Terjadi percakapan yang singkat diantara mereka.
Santana : "apa abang punya keluarga ?"
Pengamen : " iya, saya membuat lagu ini untuk mereka"
Santana : "berapa jam dalam sehari abang berada /bersama dengan keluarga abang?"
Pengamen : "mmm..saya setiap hari selalu ada waktu untuk mereka,dan kehidupan kami bahagia, walaupun cuma pas-pasan dek"
Terteguk tenggorokan santana mendengarkan ucapanya. Sembari mengambil uang disakunya santana terus menatapi pengamen tersebut, yang tampak sangat menyayangi keluarganya.
“ini,,,ambil saja bang” uang senilai 2000 Rupiah keluar dari sakunya.
“terimakasih bang...” sahut pengamen itu balik.
Rasa iri tampak dari muka santana. Bocah tersebut mulai bertanya –tanya dalam dirinya, kenapa ayahnya sampai jarang ada waktu untuknya, padahal kemewahan sudah tercapai oleh ayahnya. Dibandingkan dengan pengamen tersebut yang memiliki keluarga yang bahagia walaupun kehidupan Cuma pas –pasnya. Keluarga pengamen tersebut nampak sangatlah bahagia.
Hari telah gelap, santana pun melepaskan tatapan kepada pengamen tersebut, dan langsung pulang. Sesampainya dirumah, santana langsung mengkabari ayahanda , menceritakan keinginannya kepada ayahnya.
Hari yang sangat melelahkan itu, mengakhiri kegiatannya dihari itu.
==========================
*Rasa bahagia yang paling besar adalah "CINTA KELUARGA" dan kekayaan terbesar yang dapat anda mmiliki adalah "KASIH KELUARGA". KELUARGA adalah tempat dimana kekayaan dan kebahagiaan disimpan, maka jangan sekali -kali anda melupakan KELUARGA anda.
**Sisakan lah sedikit waktu untuk keluarga, mereka adalah anak-anak, orang tua, kakek –nenek yang bukan mengharapkan apa yang kita berikan, hadiah, atau uang yang kita berikan, tapi mereka lebih mengharapkan kehadiran kita untuk mereka, lebih mengharapkan kebahagiaan yang kita tunjukan kepadanya.
~sekian~
(30 april, ditulis : Josse Harlin)
Komentar :
Posting Komentar