**Bukan lagi dua hati, jika cinta sejati telah merasuk sempurna. Musibahnya musibahmu. Tangisnya adalah tangismu. Kesedihannya kesedihanmu. Duka lara yang melingkupinya, adalah duka lara yang melingkupimu. Semua terjadi begitu saja. Secara alami. Sebab cinta telah meleburkan dua hati menjadi satu.
Jika kekasih tidak bersedih ketika jiwamu berduka, maka jangan percayai cintanya. Mungkin hatinya baru memasuki tahap suka. Mungkin juga dia lebih memilih menyerahkan hatinya kepada keangkuhan, bukan kepada petunjuk cinta. Dan yang demikian itu bukanlah cinta sejati. Sebab keangkuhan adalah musuh cinta. Keduanya tak dapat bersatu. Seperti air dan minyak kelapa.
Cinta selalu memberi isyarat halus kepada empunya. Jika hatimu telah menggenggam cinta, maka isyarat kesedihan kekasih selalu mudah kau baca. Bahkan sebelum air mata pertama kekasih menetes, kedua pipimu telah basah oleh air mata. Semua terjadi begitu saja....
Jika kekasih tidak bersedih ketika jiwamu berduka, maka jangan percayai cintanya. Mungkin hatinya baru memasuki tahap suka. Mungkin juga dia lebih memilih menyerahkan hatinya kepada keangkuhan, bukan kepada petunjuk cinta. Dan yang demikian itu bukanlah cinta sejati. Sebab keangkuhan adalah musuh cinta. Keduanya tak dapat bersatu. Seperti air dan minyak kelapa.
Cinta selalu memberi isyarat halus kepada empunya. Jika hatimu telah menggenggam cinta, maka isyarat kesedihan kekasih selalu mudah kau baca. Bahkan sebelum air mata pertama kekasih menetes, kedua pipimu telah basah oleh air mata. Semua terjadi begitu saja....
**Ketika hati tak lagi menentu, antara kebimbangan dan kepastian, antara kejengahan dan kejatuhan, antara selimut duka dan hamparan bahagia, dimanakah aku terbentang sebenarnya?
Kepada siapa harus kubagi ini semua?
Kegalauan hati dan kekacauan jiwa. Hanya dia pengobat luka. Namun diapun menyirna, menyisakan ruang hampa. ...
Kuguratkan puisi ini untuk seseorang di sana. Semoga kamu dapat mencernanya.
**Biarkan aku terpuruk dalam kesendirian, berteman sunyi dan sepi. Kegelapan yang menjadi cahayaku membuat langkah butaku kian buta. Kala suara yang terdengar hanyalah bisikan hati, apakah aku berharap untuk dibangunkan dari mimpi buruk ini? Ataukah justru semakin ku meringkuk dalam kesendirian? Entahlah, aku tak bisa me...njawab. Karena langkahku buta dan suaraku terbungkus luka. Sementara biarkan ku disini merajut duka.
**Aku menjerit sekeras-kerasnya, sekuat yang aku bisa. Aku ingin seluruh dunia mendengar jeritanku. Aku ingin seluruh dunia bisa merasakan bebanku. Tak peduli aku harus kehilangan suaraku karenanya. Tak peduli aku dipandang apapun. Aku bukan seorang yang besar. Aku hanya besar dari yang kecil.
Bagaimanapun juga, aku sudah kehilangan sesuatu yang kecil tapi berarti besar bagiku.
** Ketika aku jatuh, biarkan aku jatuh agar aku bisa merasakan sakitnya. Ketika aku tak lagi berada di atas, jangan tarik tanganku agar aku naik. Aku tak mau naik untuk dijatuhkan lagi. Ketika semua tempat bersandarku punah, biarkan aku terkapar. Jangan bangunkan aku agar aku tak lagi merasa disakiti. Aku lelah, sungguh lelah.
** Ada jejak yang tertinggal ketika ia berpaling. Gadis bermata gundu, gemintang, dan desau angin laut di pantai menggasing dalam benak. Cinta seperti pusaran waktu yang menarik aku dalam labirin misteri. Kususuri saja sang kala dalam gorong-gorong penuh tanya: cinta tak mesti bersatu saat ia menjamah jiwa yang rela.
Komentar :
Posting Komentar