Saat
George Washington masih kecil, ia tinggal di Virginia bersama orang
tuanya. Ayahnya adalah seorang penggemar tanaman. Ayahnya menanam
berbagai pohon, diantara seluruh pohon, ayahnya sangat menyayangi sebuah
pohon ceri unggul dari seberang lautan yang sebentar lagi akan berbuah.
Pada
suatu hari, George kecil bermain dengan kapak barunya. George dengan
gembira bermain dan membelah potongan-potongan kayu dengan mengayunkan
kapaknya. Beberapa saat kemudian, tanpa sadar ia mengayunkan kapaknya
dan mengenai pohon ceri kecil kesayangan ayahnya. Pohon ceri tersebut
terbelah dari atas ke bawah. George kecil sangat terkejut. Sore hari
saat ayahnya kembali, ia terkejut dan sangat marah. “George!!!” teriak
ayahnya,”siapa yang menebang pohon ceriku?” George terdiam sesaat,
kemudian menjawab, “Aku tidak dapat berbohong ayah, pohon itu terkena
kapakku.”
Ayahnya
menatap tajam, wajah George pucat pasi. Ayahnya berkata dengan tegas,
“Kenapa kau menebang pohon itu?” “Aku sedang bermain dan aku tidak
sengaja,” jawab George terbata-bata. “Dan sekarang pohon itu akan mati.
Kita tidak akan pernah mendapat buah ceri dari pohon itu. Tetapi yang
lebih buruk lagi, kau gagal mengurus pohon itu seperti yang kuharapkan.”
Kepala George kecil tertunduk menyesal dan berkata, “Maafkan aku ayah.”
Tuan
Washington lalu meletakkan tangannya di bahu anaknya, “Pandang aku,”
katanya,”aku menyesal kehilangan pohon ceriku, tetapi aku senang bahwa
kau cukup berani untuk berkata jujur. Aku lebih suka kau berkata jujur
dan berani daripada memiliki seluruh kebun ceri yang paling unggul.
Jangan lupa akan hal itu
Komentar :
Posting Komentar