translate languages

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

11 Nov 2012

Belajar dari Cicak

Cicak tidak bersekolah. Mereka juga tak pernah belajar ilmu bela diri, namun seringkali saat menghadapi bahaya mereka terbukti jauh lebih pandai daripada kita. Saat bahaya menghadang, seekor cicak akan melepas ekornya untuk mengecoh pihak pemangsa. Mungkin banyak dari kita yang sudah mengetahui kenyataan ini.
Namun, seringkali kita tak melakukan tindakan yang cerdik saat diintai bahaya. Apakah bahaya itu? Mungkin bukan predator seperti yang ditakuti oleh si cicak, namun bahaya itu bisa saja berupa kebakaran rumah, status sebagai selingkuhan, pacar yang tak lagi menunjukkan cintanya, dan lain sebagainya.Saat rumah dilanda api, banyak orang lebih menyayangkan ‘ekor’nya daripada melepasnya. Ekor itu bisa berarti uang, TV, kalung emas, HP, panci baru beli, hingga surat-surat berharga. Bukannya tak penting, saya percaya itu semua berharga. Namun saat keadaan sedemikian genting, manakah yang lebih penting, nyawa atau harta? Lain lagi dengan status sebagai selingkuhan. Sudah ketahuan pihak istri, masih saja enggan putus dengan kekasih terlarang.
Apa bukan nekat dan cari perkara itu namanya. Belum lagi dengan pacar yang sudah nyata-nyata tak memperlihatkan sikap sayang, apakah masih ingin bertahan hanya karena “aku masih sayang dia”?  Kan masih banyak pria lain yang mau perhatian dan sayang, ngapain bertahan dengan yang jelas-jelas sudah ogah. Belajar dari beberapa contoh di atas, kita semua diajak untuk peka saat ‘bahaya mengancam’. Haruskah kita melepas atau mempertahankan? Jika melepas adalah hal terbaik yang memang harus dilakukan maka lepaskan saja.

maspeypah
  • Digg
  • Facebook
  • Google
  • StumbleUpon
  • TwitThis

Artikel Menarik Lainnya



Komentar :

ada 0 comment ke “Belajar dari Cicak”

Posting Komentar