Raja setiap negeri juga dengan sepenuh hati bermaksud melamar putri kerajaan Tang, mereka menganggap, bahwa jika bisa mengikat kerajaan Tang sebagai keluarga merupakan kehormatan tertinggi. Demi untuk mempererat hubungan damai dengan negeri tetangga, maka kerajaan Tang memutuskan terlebih dulu mengutus beberapa putri dikawinkan ke tiap-tiap negeri, di antaranya termasuk putri Wen Cheng yang cantik jelita, cerdas dan santun, raja tiap-tiap negeri juga telah mendengar reputasinya.
Waktu itu, ada seorang raja yang sangat bijaksana di Tu Pan, barat daya Tiongkok, ia sangat mengagumi budaya kerajaan Tang, ia berharap bisa menikah dengan putri Wen Cheng. Akan tetapi, ia harus tinggal di dalam negeri untuk menangani urusan pemerintahan, tidak bisa pergi sendiri ke Tiongkok, maka mengutus menteri Lu Dong Zhan yang paling cerdas di seluruh negeri untuk pergi melamar.
Raja dan utusan dari setiap negeri yang melamar secara susul-menyusul pergi ke ibukota kerajaan Tang yaitu Chang An. Melihat semua orang ingin melamar putri Wen Cheng, dan demi memilih menantu yang berbakat dan bermoral untuk putrinya, maka Tai Zhong sang raja menyiapkan 3 buah soal yang sulit untuk menguji kecerdasan mereka. Ia mengundang semuanya ke istana, sekaligus mengumumkan bagi raja atau utusan negeri mana yang dapat menjawab 3 soal yang sulit, maka akan dinikahkan dengan putri Wen Cheng.
Semuanya menganggukkan kepala menyetujuinya, lalu Tai Zhong mengajukan soal pertama. Ia memerintahkan orang membawa sebatang pohon yang ketebalan potongan kedua ujungnya seperti pada umumnya, dilihat dari permukaan, sedikit pun juga tidak dapat membedakan kedua ujungnya, namun Tai Zhong ingin raja dan utusan setiap negeri bisa membedakan mana ujung atas dan bawah batang pohon tersebut.
Semua orang meraba-raba ujung batang pohon bawah, lalu menepuk-nepuk ujung batang pohon atas, berpikir keras, namun tetap tidak bisa membedakannya setelah menghabiskan waktu yang cukup lama. Ada yang menjawab dengan menebak sembarangan, dan secara kebetulan jawabannya tepat, lalu Tai Zhong bertanya padanya bagaimana memastikan jawaban itu, tapi mereka malah tidak dapat menjawabnya.
Sebaliknya, Lu Dong Zhan memandang dan menepuk batang pohon tersebut, ia meminta pengawal istana membantu menggotong keluar batang pohon itu ke taman bunga, dan membenamkannya ke kolam besar. Hasilnya ujung pohon setengah mengapung dan setengah tenggelam di permukaan air, ada satu ujung yang menyerap air agak dalam. Lu Dong Zhan menunjuk bagian ujung itu, dan berkata pada Tai Zhong: "Paduka,
yang ini adalah ujung bawah batang pohon itu, dan kepala yang satunya lagi adalah ujung atas."
Tai Zhong berkata: "Oc! Coba kamu katakan alasan-alasan di dalamnya itu."
Lu Dong Zhan menjawab: "Materi di ujung bawah batang pohon rapat, dan lebih berat, dengan sendirinya bagian yang tenggelam ke dalam air itu lebih banyak, sedangkan materi di ujung atas agak kosong, lebih ringan, karenanya bagian serapan air dengan sendirinya lebih sedikit."
Tai Zhong tersenyum sembari mengatakan: "Lu Dong Zhan, jawabanmu tepat sekali."
Berikutnya, Tai Zhong mengajukan lagi soal ke-2. Ia membagikan seekor kuda pada setiap orang, mengatakan: "Saudara-saudara, silakan pergi ke kandang kuda dan cari induk kuda kalian masing-masing." Semua tercengang mendengarnya, dan secara diam-diam bergumam: "Celaka! Kuda kan tidak bisa bicara, lantas bagaimana bisa mengetahuinya?"
Setiap ekor kuda yang berada di kandang tinggi-pendeknya kelihatannya hampir sama, gemuk dan kurus serupa, semuanya punya sepasang mata, sebuah moncong, lalu bagaimana bisa membedakan siapa induknya? Raja dan utusan tiap-tiap negeri menggiring kuda dan berjalan mondar-mandir di kandang, melihat-lihat anak kuda kemudian melihat-lihat induk kuda, berharap bisa menemukan sang induk kuda, akibatnya malah membuat sang induk mengamuk, meringkik menendang-nendang mereka, membuat mereka terkejut dan segera berlari keluar.
Cara yang ditemukan Lu Dong Zhan lain, setelah ia menunggu mereka lari terbirit-birit, ia menggiring keluar satu per satu induk kuda dari kandang, memberikan rumput hijau mengenyangkan mereka. Setelah induk kuda kenyang, lalu secara berturut-turut menyerukan anak kuda untuk menyusu. Dengan demikian, segera dapat menemukan induk kuda masing-masing.
Tai Zhong merasa sangat gembira sambil mengangguk-anggukkan kepala mengatakan: "Kamu memang benar-benar pangeran yang cerdas." Dan yang lainnya dengan diam-diam juga mengagumi Lu Dong Zhan.
Tai Zhong akan segera mengajukan soal terakhir, dan soal ini merupakan soal yang paling sukar untuk dijawab.
Di dalam istana yang besar sunyi senyap, Tai Zhong membagikan sebuah mutiara dan sehelai benang sutera, "Silakan saudara-saudara memasukkan benang sutera ini ke lubang mutiara." Soal ini kelihatannya mudah, namun sebenarnya malah yang paling susah, semuanya berusaha keras menegakkan benang sutera, menyipitkan mata, mencoba menembus lubang berulang kali, sampai benang suteranya menjadi basah, sepasang mata juga bukan main lelahnya, masih saja tidak bisa memasukkan benang ke lubang mutiara itu.
Ternyata, di kedua sisi mutiara itu ada sebuah lubang, tembusan di tengahnya bukan berbentuk lurus, namun berliku-liku, jika tidak berpikir keras, pasti tidak bisa menembusnya. Lu Dong Zhan ternyata seorang yang berotak encer, terlebih dahulu ia melumuri satu lubang itu dengan madu, lalu benang suteranya disimpul, kemudian menangkap seekor serangga, lantas simpulan benangnya digayutkan ke tubuh serangga. Setelah serangga mencium aroma madu, maka akan merayap ke arah aroma itu sambil membawa benang, dengan segera merayap berbelok-belok menembus mutiara, dan sebentar saja telah menembus keluar.
Lu Dong Zhan memperlihatkan mutiara yang telah digantungi benang pada Tai Zhong, dan dengan ceria Tai Zhong menepuk-nepuk bahu Lu Dong Zhan, mengatakan: "Anda memang benar-benar seorang utusan yang cakap dan pintar! Dan saya juga tahu raja Anda, Song Zhan Gan Bu pasti adalah seorang raja yang arif bijaksana, karena itu Anda baru bersedia demikian mengabdi kepadanya. Baiklah! Putri Wen Cheng memutuskan dinikahkan dengan negeri kalian, Tu Pan."
Sejak dulu hingga saat itu, Putri Wen Cheng adalah seorang putri yang cerdas dan dewasa, dan setelah ia tahu dirinya akan diboyong ke Tu Pan yang jauh dan asing, sedikit pun tidak merasa takut. Sebab ia merasa demi perdamaian ke dua negeri, dan bisa mempersembahkan sedikit kemampuan sendiri, adalah suatu yang sangat mulia. Ia juga meminta pada Tai Zhong: "Baginda, saat saya dinikahkan, saya harap bisa membawa sebuah patung Buddha ke Tu Pan, agar orang setempat semuanya bisa percaya Buddha."
"Ini, mengapa?" Tai Zhong bertanya tak mengerti. "Sebab percaya akan Buddha bisa membuat rakyat semakin bertambah baik, toleran, dan juga bisa membuat rakyat Tu Pan lebih baik dan santun, cinta damai, maka mereka tidak akan berperang dengan kita lagi."
Dengan gembira Tai Zhong mengatakan: "Mataku tidak salah menilai, ternyata kamu memang benar-benar seorang anak yang baik dan cerdas. Apakah kamu masih ada permintaan lainnya?"
Putri Wen Cheng berkata: "Semoga baginda mengizinkan saya membawa 5 butir bibit, bahan obat-obatan untuk mengobati penyakit dan buku, alat-alat untuk membajak, serta tukang."
"Mengapa?"
"Bagi kerajaan Tu Pan, benda-benda ini lebihberguna dibanding emas, perak, mutiara dan perhiasan lainnya! Sebab mereka bisa memperbaiki kehidupan rakyat, sehingga kehidupan mereka lebih sehat dan gembira."
Tai Zhong tersenyum mengatakan: "Raja Tu Pan dapat mempersuntingmu, memang benar-benar merupakan keberuntungan seluruh negeri mereka!"
Tai Zhong ternyata benar-benar menuruti permintaannya saat putri Wen Cheng dinikahkan, mempersiapkan seperangkat pakaian dan segala bawaan mempelai perempuan yang istimewa.
Raja Tu Pan, Song Zhan Gan Bu sendiri menyambut putri Wen Cheng di luar perbatasan negeri, ia menganggap bahwa dapat mempersunting putri Wen Cheng merupakan peristiwa yang paling menggembirakan dalam seumur hidupnya.
Demi membuat Putri Wen Cheng gembira, ia menerima usulan Putri, dan telah mereformasi banyak hal. Ia tahu, putri tidak suka penduduk Tu Pan merias mukanya dengan pewarna merah, lalu segera menghapus kebiasaan tersebut. Ia suka dengan kepribadian dan gaya bicara sang Putri, ia menganggap bahwa ini terbentuk karena pengaruh dan bimbingan budaya Tiongkok, lantas segera mengirim anak-anak Tu Pan pergi ke Tiongkok belajar tata susila dan ilmu. Selain itu, ia juga merombak busana mereka menurut busana Tiongkok.
Kelima butir bibit yang dibawa putri Wen Cheng telah berakar tunas di Tu Pan; patung Buddha juga dipersembahkan di kuil Da Zhao yang baru dibangun; bahan obat-obatan, buku dan ahli tukang membuat kehidupan rakyat Tu Pan telah banyak mengalami perbaikan. Sehingga rakyat Tu Pan sangat menyayangi Putri Wen Cheng, dan lebih lanjut juga menyukai Tiongkok, dan sejak itu, memelihara perdamaian sepanjang masa dengan Tiongkok.
Tu Pan adalah Tibet yang sekarang ini. Pengaruh Wen Cheng terhadap negeri ini sangat besar, patung Sakyamuni yang dipersembahkannya di mata pengikut Buddha adalah sangat istimewa. Dan apa sebabnya sehingga Lhasa bisa memiliki keharuman nama "Sheng Di" (tempat suci), juga dikarenakan berhubungan dengan patung Buddha itu.
(Direvisi: Fei-Fei, Zhengjian.net)*
Komentar :
Posting Komentar