Dari
jendela ke jendela mereka meminta uang. Mereka tak ragu untuk langsung
mengatakan, ‘om minta uang om’. Dari mana mereka dan akan ke mana
mereka, mungkin tak pernah dipusingi oleh orang-orang dibalik
jendela-jen
dela itu.
Ada yang
membuka jendelanya dan menyodorkan uang. Celah jendela yang terbuka pun
lebarnya hanya cukup untuk memindahkan uang dari dalam ke luar. Berapa
banyak dari kita yang sering menemui mereka yang adalah anak-anak pada
masa usia sekolah ini? Mereka bisa kita temui hampir di setiap lampu
lalu lintas, bahkan mereka bisa muncul di depan pagar rumah anda.
Banyak dari mereka yang tidur di jembatan penyeberangan, di pinggir
jalan, dan di tempat-tempat lainnya yang tidak mengganggu orang lain
namun menghiasi pemandangan mata Anda.
Ada satu kisah tentang
mereka. Suatu hari, salah satu dari mereka menghampiri mobil yang
dikendarai oleh seorang pemuda berdasi. Seperti biasa, anak itu segera
memainkan alat musik sekadarnya yang dibuat dari botol plastik diisi
dengan pasir.
Baru satu baris dia melantunkan lagu, si pemuda
berkata, “Dik, sudah, tidak perlu bernyanyi lagi, saya sedang pusing
siang ini”. Lalu pemuda itu melanjutkan, “Mungkin adik bisa menjawab
saya, menurut adik apa yang dicari oleh orang seperti saya ini?” “Teman
bermain”, jawabnya sederhana. Si pemuda diam sejenak sambil
memperhatikan lampu lalu-lintas yang segera berubah menjadi hijau. Dia
menjadi kikuk dan tidak memperhatikan adik kecil itu lagi. Anak itu pun
pergi karena mobil-mobil akan segera melaju.
“Teman bermain”,
si pemuda berbisik sendiri di dalam mobil. Lama dia merenung hingga dia
terhenti oleh lampu lalu lintas lagi. Kali ini dia memperhatikan
anak-anak lalu-lintas itu riang bermain dan bercengkerama bersama.
Mereka tampaknya tidak beranjak mencari uang dari balik jendela
mobil-mobil kali ini. Pemandangan itu menyentuh hati si pemuda.
“Ah di mana teman-temanku? Melihat mereka hanya melalui dunia internet.
Kotak pesanku tidak pernah kuperhatikan. Pesan yang ada juga hampir
tidak pernah kubalas. Walau hari demi hari aku ditemani oleh para
pebisnis, namun yang kami mainkan berujung pada keuntungan dan bagaimana
memanfaatkan peluang ekonomi yang ada. Kami masing-masing tidak peduli
apa yang dirindukan oleh hati untuk mencurahkan kasih yang telah ada
sejak semula”.
Lihat mereka, tidak tau bagaimana dinamisnya
gejolak ekonomi namun bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Mencurahkan
kesenangan dan kesusahan bersama. Membagi keuntungan yang ada. Walau
dunia ini bisa merapuhkan kejujuran dan kepolosan mereka, namun
keriangan mereka bersama tidak bisa direnggut. Walau dunia ini merenggut
hak-hak mereka, namun mereka bisa menyarankan bahwa Anda butuh teman
bermain.
Komentar :
Posting Komentar