Dahulu kala, terdapat dua desa yang dipisahkan oleh sebuah gunung. Desa yang pertama diberi nama Desa Timur dan desa yang kedua diberi nama Desa Barat. Karena kedua desa tersebut dipisahkan oleh gunung yang tinggi maka penduduk Desa Timur sama sekali tidak pernah pergi ke Desa Barat. Mengapa begitu? Karena menurut legenda, konon pada zaman dahulu, di Desa Barat didatangi seorang nenek tua.
Sejak kedatangan nenek tua tersebut dalam beberapa hari kemudian, penduduk di Desa Barat menjadi tua dan meninggal dengan tiba-tiba. Dan ada juga yang menjadi gila dan bunuh diri! Sehingga dalam seketika tidak ada lagi penduduk di Desa Barat, desa berubah menjadi desa mati. Tidak ada seorang pun penduduk yang hidup lagi. Menurut kabarnya, nenek tersebut adalah seorang nenek sihir atau siluman yang datang mengisap sari pati manusia. Sehingga penduduk Desa Timur tidak berani datang ke Desa Barat, dan Desa Barat berubah menjadi hutan belantara.
Oleh karena itulah penduduk Desa Timur tidak berani menyeberangi gunung untuk datang ke Desa Barat. Desa Barat menjadi sebuah cerita turun temurun untuk menakuti anak kecil yang bandel, jika mereka bandel akan dibuang ke Desa Barat. Begitu anak kecil yang bandel mendengar cerita tersebut menjadi takut dan tidak berani bandel lagi berubah menjadi anak yang baik. Legenda Desa Barat sejak turun temurun diceritakan kepada penduduk desa. Sehingga lama kelamaan cerita tersebut bukan merupakan sebuah cerita yang mengerikan lagi bagi penduduk desa, tetapi hanya menjadi cerita untuk menakuti anak kecil.
Pada suatu hari penduduk desa berkumpul untuk membahas masalah desa mereka. Karena penduduk desa makin lama makin banyak sehingga lahan yang mereka tanam menjadi sempit, bahan makanan menjadi berkurang. Mereka berkumpul untuk mencari akal bagaimana cara yang baik untuk membuat desa mereka menjadi makmur dan tidak kekurangan bahan makanan.
Da Mao pemuda desa yang paling berani menyarankan, “Bagaimana kalau kita pergi Desa Barat! Mungkin Desa Barat terdapat tanah yang subur yang dapat ditanami bahan makanan, yang mungkin dapat kita makan sampai turun temurun!”
Pemuda di desa ini semua setuju, “Ya! Ya! Seharusnya dari dahulu kita sudah pergi ke sana! Dengan demikian lahan kita menjadi luas, daripada kita biarkan Desa Barat menjadi hutan belantara!”
Tetapi penduduk desa yang agak tua sedikit keberatan, mereka mengatakan, “Kita tidak boleh melanggar pesan nenek moyang kita. Legenda yang mereka ceritakan itu, tidak boleh kita abaikan. Lebih baik kita cari tempat yang lain saja.”
Da Mao berkata lagi, “Siapa yang pernah pergi ke Desa Barat?, Belum tentu cerita nenek moyang kita benar! Cerita itu mungkin hanya dongeng belaka, kenapa kita tidak coba pergi ke sana membuktikannya!” kata-kata Da Moa disetujui oleh penduduk yang masih muda.
Akhirnya penduduk desa yang lebih tua tidak bisa membendung semangat anak-anak muda desa tersebut dan mereka menyarankan supaya ketiga bersaudara Da Mao, Er Mao dan San Mao pergi untuk melihat keadaan Desa Barat. Setelah pulang dari sana mereka baru bisa mengambil keputusan.
Akhirnya pada hari yang sudah ditentukan ketiga bersaudara, Da Mao, Er Mao dan San Mao dengan bersemangat berjalan menuju ke Desa Barat. Setelah menghabiskan waktu seharian menyeberangi gunung, pada malam hari mereka sampai di Desa Barat.
Keadaan di Desa Barat seperti legenda gelap gulita tidak ada seorang penduduk, hanya terdengar suara tapak kaki mereka bertiga yang menginjak rumput.
Mereka bertiga hanya mendengar desiran suara angin, tiba-tiba San Mao menjerit dengan suara yang panik,”Kakak!” teriaknya. “Ah! Ada apa?” Da Mao dan Er Mao membalikan badan bertanya kepada adik mereka. Mata San Mao yang melotot melihat ke dalam hutan “Saya melihat seekor rubah ke luar dari sana”
Da Mao dan Er Mao menghela nafas lega “Eh.. hanya seekor rubah, engkau sudah menjerit ketakutan. Kalau tahu kamu begitu penakut kami tidak akan membawa kamu!” kedua abangnya memarahi dia. Tidak berapa lama kemudian San Mao menjerit lagi dengan suara ketakutan, kedua abangnya seketika membalik badan hendak menertawai adik mereka yang sedang menunjuk ke sebuah tumpukan di depan mereka. Tiba-tiba mereka juga berubah menjadi pucat, di depan mereka terdapat tumpukan tengkorak manusia. Sehingga mereka menjadi sangsi mereka akan maju terus atau secepatnya kembali ke desa mereka?
Dalam keadaan sangsi, mereka melihat di kejauhan terdapat sinar terang di beberapa tempat. Di bawah sinar bulan tempat terang itu makin bercahaya, dengan perasaan penasaran mereka berjalan terus menuju ke arah sinar tersebut. Ketika mereka bertiga sudah makin mendekat ke tempat bersinar, langkah kaki mereka makin dipercepat. Mereka ingin membuktikan yang mereka saksikan adalah hal yang nyata. Akhirnya perkiraan dihati mereka menjadi kenyataan, sinar terang tersebut adalah emas yang dipantulkan oleh sinar bulan. Walaupun sinar emas tersebut agak buram karena diselimuti oleh debu yang tebal, walaupun begitu sinar emas masih kelihatan jelas. Rupanya semua rumah di Desa Barat terbuat dari emas.
Da Mao dan Er Mao menari-nari dengan gembira sekali, “Wah… kita menjadi kaya raya!” Hanya San Mao yang sangsi berkata, “Saya merasa ada hal yang aneh di tempat ini! Kenapa tidak ada seorangpun penduduk desa yang kelihatan? Hanya terlihat semua barang terbuat dari emas!”
Da Mao dan Er Mao berkata, ”Kita tidak usah peduli apa yang terjadi, pasti penduduk desa ini telah dibunuh oleh para perampok. Kemudian para perampok ini saling merebut harta dan saling membunuh, karena itu tidak ada seorang pun penduduk yang tersisa. Sekarang semua ini menjadi milik kita, penduduk Desa Timur melihat kita bertiga tidak pulang, pasti mereka tebak kita telah dimakan oleh hantu dan mereka pasti tidak berani datang ke sini lagi!”
San Mao yang baik hati berkata, “Kakak, engkau yang menyarankan orang Desa Timur untuk melihat keadaan Desa Barat. Tetapi sekarang engkau hendak memiliki semua harta-harta ini, apakah perbuatan ini bukan merupakan pengkhianatan kita terhadap orang di desa kita?”
Da Mao yang sudah timbul niat tamak di hatinya, tidak memperdulikan perkataan adiknya. Ditambah dengan perkataan Er Mao yang sengaja memanasi situasi, “Dulu kita di Desa Timur berbuat begitu banyak kebaikan, tetapi apakah penduduk Desa Timur pernah berterima kasih kepada kita? Mereka menyuruh kita datang dahulu ke tempat yang berbahaya ini? Hanya engkau yang bodoh adikku, oleh karena itu sering ditipu oleh mereka!”
Da Mao dan Er Mao tidak memperdulikan San Mao, mereka langsung mengelilingi desa melihat keadaan di desa itu. Mencari harta benda yang lain, melihat keadaan demikian San Mao yang melihat keadaan di sekelilingnya gelap gulita, dengan perasaan takut langsung mengikuti kedua saudaranya.
Ketika mereka berjalan sampai di ujung jalan desa tersebut, mereka mendengar suara musik yang merdu. Rupanya suara musik itu berasal dari sebuah rumah gubuk, mereka bertiga merasa heran dan sangat penasaran, “Kenapa hanya rumah ini yang gubuk tua dan jelek, padahal seluruh desa ini rumahnya terbuat dari emas?”
Lalu San Mao berkata, “Kakak saya rasa sebaiknya kita jangan masuk kerumah ini! Apakah kalian tidak memperhatikan seluruh desa ini sudah ditinggalkan begitu lama? Kenapa masih ada suara musik yang terdengar? Saya merasa kejadian ini sangat aneh!”
Da Mao dan Er Mao dengan suara mengejek menjawab, “Alah engkau ini memang pengecut dan bodoh! Kalau kita tidak masuk ke dalam bagaimana kita mengetahui harta benda yang ada di dalam rumah itu?” Setelah berkata demikian Da Mao dan Er Mao dengan langkah lebar masuk ke dalam rumah, namun San Mao dengan perasaan khawatir dan sangsi hanya berdiri di depan pintu tidak mau masuk ke dalam.
Rupanya suara musik yang merdu ini keluar dari sebuah kotak musik yang cantik dan bersih. Keadaan di sekeliling kotak musik ini penuh debu, kursi, meja dan lemari diselimuti oleh debu yang tebal hanya kotak musik ini yang mengkilat. Suara musik yang merdu keluar dari kotak musik ini, Da Mao dan Er Mao menerka kotak musik ini pasti harta karun.
Suara merdu dari kotak musik ini dapat menggoda Da Mao dan Er Mao untuk menyampaikan permintaan mereka.
Lalu Da Mao berkata, “Saya ingin sebuah pedang yang tidak ada tandingannya di dunia ini.” Begitu permintaan itu terucap, dari ubun-ubun kepala Da Mao mengalir sebuah cahaya ke kotak musik tersebut. Begitu cahaya itu memasuki kotak musik langsung menghilang di dalam kotak tersebut, lalu di meja muncul sebuah pedang yang berkilat-kilat, dengan senang dan bangga Da Mao langsung mengambil pedang tersebut.
Er Mao yang melihat kejadian tersebut langsung meminta kepada kotak musik, “Saya menginginkan seorang istri yang paling cantik di seluruh dunia!” Hal yang sama dengan Da Mao begitu permintaan itu terucap dari ubun-ubun kepala Er Mao juga mengalir sebuah cahaya yang langsung menuju kotak musik, kemudian muncul seorang wanita muda yang cantik. Dengan gembira Er Mao langsung merangkul wanita tersebut dalam pelukannya, dalam suara musik yang merdu mereka berdua mulai menari dengan gembira. Membuat mereka lupa diri.
San Mao yang berdiri di depan pintu terbengong-bengong melihat kejadian itu, rupanya kotak musik ini dapat mengabulkan setiap permintaan. Dia juga bermaksud melangkah masuk ke dalam rumah. Tetapi begitu kakinya hendak melangkah masuk, otaknya langsung teringat kepada pesan ibunya sebelum meninggal, “Seberapa besar kita berkorban, seberapa besar juga yang kita dapat dan tidak kehilangan tidak akan memperoleh.” Begitu teringat perkataan ibunya membuat dia tersadar dan tidak jadi melangkah masuk ke dalam.
Berikutnya, dia melihat kedua kakaknya terus menerus meminta kepada kotak musik tersebut, perbuatan tamak dari mereka membuat dia merasa ketakutan. Rambut dari kedua kakaknya sehelai demi sehelai menjadi putih, akhirnya San Mao mengerti, “Rupanya kotak musik ini menyerap sari pati manusia untuk mengabulkan permintaan kita!” Tetapi kedua kakaknya tidak memperhatikan hal tersebut, terus meminta. San Mao melihat rambut kedua kakaknya sudah separuh putih menjadi panik, dia berpikir bagaimana caranya menyelamatkan kedua kakaknya. Kemudian selintas pikiran membuat dia sadar “Kotak musik ini sumber bencana !” dia langsung berlari ke dalam rumah merebut kotak musik itu lari keluar rumah. Kedua kakaknya melihat dia merebut kotak musik tersebut langsung mengejarnya, tetapi karena kondisi kedua kakaknya yang sudah setengah tua tidak bisa mengejar San Mao yang lari dengan cepat.
Setelah tidak mendengar suara kedua kakaknya San Mao berhenti berlari. Dia berusaha tidak terpengaruh oleh godaan suara musik yang merdu dari kotak musik tersebut. Dengan sekuat tenaganya San Mao menghantam kotak musik ini ke tanah, supaya kotak musik hancur. Tetapi begitu kotak musik ini menyentuh tanah langsung berubah menjadi seekor rubah yang berusaha lari. Melihat kejadian ini San Mao mengambil batu –batu besar di sekeliling dan melempari rubah tersebut. Akhirnya sebuah batu kena ke kepala rubah tersebut membuat rubah pingsan. Dengan cepat San Mao mengikat rubah ini dengan tali, meletakkan di tanah dan mulai pergi mencari ranting-ranting pohon di sekeliling hutan, dia bermaksud membakar rubah tersebut. Begitu dia kembali, dia mendengar tangisan seorang gadis.San Mao sangat terkejut setelah mendapati asal suara tersebut, ternyata yang terikat bukan seekor rubah, tetapi seorang gadis cantik.
Gadis ini sambil menangis bercerita, “Tuan, saya datang ke hutan mengambil kayu, saya melihat seekor rubah yang cantik terikat tali karena kasihan saya melepaskan dia. Tetapi dia malahan membalas kebaikan saya dengan kejahatan, dia mengikat saya, Tuan tolong lepaskan tali ini!”
San Mao mendengar cerita gadis tersebut menjadi kasihan bermaksud melepaskan gadis tersebut. Begitu dia mendekat hendak melepas simpul tali dia melihat ikatan tali tersebut adalah ikatan yang dia buat tadi. Dia menjadi sangsi sejenak, kemudian dia teringat cerita Desa Barat kedatangan seorang nenek yang membuat penduduk desa ini lenyap semuanya. Apakah nenek tua itu adalah jelmaan seekor rubah dan gadis ini juga jelmaan seekor rubah? San Mao menghentikan gerakannya melepaskan simpul tali, dia bermaksud menjebak gadis ini.
San Mao berkata dengan keras, “Engkau pasti adalah jelmaan rubah? Benar tidak?” Gadis ini dengan ketakutan berkata, “Tidak mungkin, rubah mempunyai ekor, saya tidak.” San Mao berkata lagi, “Engkau berkata tidak ada! Tetapi saya telah melihat ekor kamu!” setelah mendengar perkataannya dengan panik gadis ini membalikan kepalanya melihat ke belakang ekornya.
Ha….haa… San Mao tertawa dengan senang, “Engkau terjebak! Kami manusia tidak akan memeriksa ekor kami karena kami tidak mempunyai ekor!” Tiba-tiba, gadis ini menjerit dan berubah menjadi rubah kembali, dengan ganas mau menggigit San Mao, untung San Mao dapat menghindar dengan cepat, kemudian San Mao berkata, “Engkau telah terlalu banyak mencelakakan orang, membunuh seluruh penduduk desa ini!” Rubah segera menyangkal, “Saya tidak mencelakakan mereka, saya hanya mengabulkan permintaan mereka, hanya karena manusia sendiri yang tamak yang membuat mereka harus membayar ketamakannya!”
Dengan marah San Mao berkata, “Engkau masih tidak bertobat, engkau yang menyebabkan mereka kehilangan keremajaannya. Karena kehilangan masa remaja mereka menjadi sengsara dan tua sehingga mereka banyak yang bunuh diri. Jika engkau tidak menggoda mereka, mungkin sekarang penduduknya hidup dengan bahagia!” Rubah tertawa dengan mengejek, “ Sudah terlambat! Kedua kakakmu sudah mendekat, jika sekarang saya berubah kembali menjadi kotak musik, saya masih dapat menggoda mereka!” begitu habis berkata, rubah kembali berubah menjadi kotak musik yang mengeluarkan suara yang merdu sehingga menggoda Ta Mao dan Er Mao yang segera datang mendekat.
San Mao dengan segera berusaha menghidupkan api, dia akan berusaha memusnahkan kotak musik ini sebelum kedatangan kedua kakaknya. Langkah kaki kedua kakaknya terdengar semakin dekat, dengan tergesa-gesa San Mao berusaha menghidupkan api. Akhirnya usahanya berhasil api sudah hidup dengan segera dia membuang kotak musik ketimbunan kayu yang sedang berkobar. Pada saat itu dia mendengar kedua kakaknya menjerit, “Jangan…jangan memusnahkan kotak musik itu!” keduanya lari ke kobaran api berusaha menyelamatkan kotak musik, San Mao dengan sekuat tenaga mendorong mereka. Untung kedua kakaknya sudah berubah menjadi tua dan tenaga mereka sudah tidak begitu kuat sehingga San Mao dapat menghalangi mereka. Sambil mendorong mereka San Mao berkata kepada kedua kakaknya, “Kotak musik ini dapat berubah menjadi rubah, dia adalah jelmaan rubah, dia akan mencelakakan kalian!” Dalam kobaran api kotak musik berubah menjadi seekor rubah yang menjerit kesakitan, hal ini membuat Ta Mao dan Er Mao terpaku ketakutan! Akhirnya ketiga bersaudara ini menatap ke dalam kobaran api, melihat kotak musik yang berubah jadi rubah yang terbakar. Akhirnya api padam dan rubah sudah terbakar menjadi abu, San Mao lalu menceritakan kepada kedua kakaknya semua kejadian yang menimpa seluruh penduduk desa ini yang lenyap. Bulan masih menyinari desa ini, tetapi kemilau cahaya emas telah hilang, semua berubah seperti semula kembali, semua permintaan mereka juga turut hilang, karena ini cuma halusinasi dari jelmaan rubah. Tetapi seluruh penduduk desa tidak bisa hidup kembali.
Keremajaan Ta Mao dan Er Mao juga sudah hilang, mereka sudah berubah menjadi setengah tua, dengan perasaan malu Ta Mao dan Er Mao berkata kepada San Mao, “Terima kasih Adikku, engkau telah menyelamati kami, sekarang kami sudah tidak ada muka kembali ke desa kita, engkau pulanglah ke desa kita sambil membawa sisa harta benda pemilik desa ini yang masih tersisa!”
San Mao dengan semangat berkata kepada kedua kakaknya, “Abang-abang ku, kalian jangan terlalu sedih. Jika kita tahu kita berbuat salah kita harus bertobat, itu yang paling penting. Kita bertiga bekerja sama mengurus ladang dan membenahi desa ini sehingga berubah jadi ladang dan desa yang subur makmur. Pada saat itu kita mengundang penduduk Desa Timur ke sini merayakannya!”
Ta Mao dan Er Mao setuju dengan saran adiknya, akhirnya mereka bertiga mulai membenahi keadaan di seluruh desa. Kerangka tengkorak para penduduk desa mereka kuburkan dengan baik-baik. Rumah-rumah penduduk mereka perbaiki, ladang dan sawah mereka tanami dengan padi, gandum dan sayur-sayuran. Atas kerja keras ketiga saudara ini membuat Desa Barat menjadi sebuah desa yang makmur.
Ketiga saudara ini kemudian kembali ke desa mereka yang sudah lama ditinggalkan, perasaan rindu mereka kepada sanak saudara mereka di desa membuat mereka melangkah dengan cepat kembali ke Desa Timur. Mereka disambut gembira oleh seluruh penduduk desa, ketiga saudara kemudian menceritakan semua kejadian yang menimpa seluruh penduduk Desa Barat. Dan atas usaha kerja keras mereka akhirnya Desa Barat sekarang menjadi subur dan banyak bahan makanan. Setelah mendengar cerita mereka seluruh penduduk Desa Timur sangat berterima kasih kepada ketiga bersaudara ini, atas jasa mereka Desa Barat jadi berubah.
Kemudian ketiga saudara mengundang seluruh penduduk Desa Timur berkunjung dan tinggal di Desa Barat sehingga kedua desa ini sekarang mempunyai makanan yang melimpah ruah dan seluruh penduduk hidup dengan makmur. Sejak saat itu, di kedua desa tersebut, tidak akan terdengar lagi cerita yang seram, yang mereka ceritakan adalah kehebatan dan jasa ketiga saudara ini.
Komentar :
Posting Komentar