Pada suatu hari saya sedang mengadakan seminar di sekolah menengah di Tainan, seluruh guru dan murid di sekolah mencapai ribuan, duduk di auditorium yang penuh. Sebelum seminar berakhir saya berkata kepada para murid: ”Adakah orang yang bersedia naik ke panggung ini, coba ceritakan apa cita-citanya kepada semua hadirin yang ada disini.” Diantara kerumunan para siswa, saya melihat ada seorang siswi mengangkat tangannya, perlahan-lahan dia keluar dari tempat duduknya. Namun, saya tertegun!
Kenapa? Karena postur tubuhnya sangat pendek, mungkin tidak mencapai 1 meter; tetapi ketika saya melihat dengan teliti, oh, tidak, dia bukan seorang yang pendek, tetapi dia tidak mempunyai sepasang kaki! Oh Tuhan, rupanya dia mempergunakan sepasang tangannya berjalan!
Pada saat ini, ribuan pasang mata guru dan murid memperhatikan siswi ini, yang mempergunakan sepasang tangannya yang memakai sandal. Langkah demi langkah naik keatas pentas, saya menyerahkan mikrofon kepadanya!
Sedangkan dia, dengan sedikit tegang tetapi dengan kalem berkata, “Cita-cita saya adalah, tahun depan saya dapat masuk ke perguruan tinggi yang saya inginkan! Sekarang, walaupun sekarang prestasi saya tidak begitu bagus, tetapi saya akan giat….” Ketika ucapannya belum selesai diucapkan, seluruh guru dan murid telah memberikan kepadanya tepukan tangan yang meriah!
Pada saat itu, saya sangat tersentuh! Selamanya saya tidak pernah melihat orang yang tidak mempunyai sepasang kaki, orang yang mempergunakan kedua tangannya berjalan, tetapi dia sangat pemberani, dialah yang pertama mengangkat tangan, dengan kedua tangannya menompang badannya, selangkah demi selangkah naik ke atas pentas.
Beberapa hari kemudian, di blog saya ada seorang wanita bernama Wang Xinhua yang meninggalkan pesan, “Hallo professor Dai, apakah engkau masih ingat kepada saya? Hari itu sewaktu engkau sedang mengadakan seminar di sekolah kami, seorang yang menggunakan kedua tangannya untuk berjalan, itulah saya! Apa kabar?”
“Hari itu saya mendapat kesan yang mendalam tentang anda, karena ada orang baik hati yang telah memberikan kepada buku yang ditulis oleh anda, saya telah membacanya, sungguh buku yang sangat bagus! Saya sekarang tinggal di sebuah asrama penyandang cacat, jika anda mempunyai waktu dapat berkunjung ke sini melihat-lihat….”
Setelah beberapa waktu berlalu, saya sengaja menyempatkan waktu berkunjung ke asrama penyandang cacat, dan bertemu dengan Wang Xinhua. Ketika mengobrol dengannya saya mengetahui bahwa 19 tahun yang lalu dia ditinggalkan orang tuanya di depan box telepon umum; dia tidak mempunyai kaki kiri, sedang kaki kanannya cacat, tidak mempunyai anus. Akhirnya setelah operasi amputasi serta pemasangan anus buatan, sekarang dia menggunakan tangannya sebagai pengganti sepasang kakinya untuk berjalan.
“Sekarang semuanya saya lakukan sendiri, seperti mandi, mencuci pakaian, naik tangga, membereskan kamar tidur ….. saya lakukan sendiri!”
Ketika pergi ke sekolah dia naik bus sekolah, tetapi bagaimana jika hari hujan? Dia tidak dapat memegang payung!
Xinhua sambil tertawa berkata kepada saya, ”Setelah turun dari bus, saya berlari! “Ah? Bagaimana berlari?” saya bertanya.
“Pakai tangan lari! Bermandi hujan, memakai tangan berlari, syukurlah, saya jarang sakit!”
Walaupun Xinhua tidak mempunyai kaki, tetapi sekarang dia sedang giat belajar komputer dan pengolahan data, setiap hari dia hidup dengan riang, dengan riang bernyanyi! Dia berkata kepada saya, ”Asalkan jangan membandingkan dengan orang lain, saya sekarang tidak sedih lagi, saya tidak akan berpikir “saya tidak mempunyai kaki” tetapi saya masih bisa berjalan dengan sepasang tangan saya! Saya tidak melihat kekurangan saya, saya akan mengeksplorasi kelebihan saya.”
Selama 19 tahun ini, Xinhua tinggal di asrama penyandang cacat, dia tidak tahu siapa orang tuanya. Dia sangat ingin mengetahuinya, tetapi impiannya tidak bisa tercapai. Oleh sebab itu, ibu asrama, komisaris asrama, guru, dan para murid di asrama ini adalah ayah, ibu, abang, kakak, dan adik-adiknya. Setiap hari mereka hidup dengan rukun.
Ketika dalam perjalanan kesekolah dengan bus sekolah, teman-teman sekolahnya akan membantunya mengangkat tas sekolahnya, supaya dia dapat leluasa menggunakan kedua tangannya berjalan. Terkadang ada pelajaran diluar sekolah, guru melihat gerakannya lamban, dan menarik perhatian orang-orang disekitarnya, menyarankannya menggunakan kursi roda, tetapi dia berkata,”Tidak, saya akan berjalan sendiri, bagaimana pandangan orang lain terhadap saya, saya tidak peduli, asalkan hati saya normal sudah cukup!”
Di asrama penyandang cacat, saya melihat Xinhua menggunakan sepasangnya tangannya menaiki tangga dengan terampil, menyalakan TV, mengambil mikrofon, menyanyi lagu barat dan Tionghoa yang menjadi favoritnya. Disekolah, dia pernah menjadi juara 3 dalam perlombaan menyanyi, dan juga pernah diundang ke stasiun TV dalam acara lomba menyanyi.
“Saya melihat anda selalu tertawa, anda adalah seorang yang periang!” saya berkata.
“Benar, banyak orang berkata demikian, saya harus gembira! Dengan gembira dan optimis maka suasana hati akan menjadi bahagia!”
Mengenai mengejar beasiswa untuk dapat masuk ke perguruan tinggi, Xinhua dengan rendah hati berkata, “prestasi saya kurang bagus, tetapi saya akan berusaha dengan giat! Tetapi, walau bagaimanapun keadaan masa depan saya, saya tidak akan mengeluh.” Dia akan dengan sepasang tangannya mencapai cita-citanya.
Melihat tubuh pendek, dengan kedua tangannya berjalan, saya sungguh-sungguh terkesan! Orang yang dapat berjuang menghadapi kesulitan, tidak berkeluh kesah, seorang yang tangguh dan bisa mandiri, saya benar-benar mengagumi keberaniannya! Jika kita dapat seperti Xinhua “memoles dengan terang berlian didalam hati kita, maka kita dapat bersinar dengan terang cemerlang dan tidak peduli kepada penampilan luar yang cacat.
sumber : erabaru
Komentar :
Posting Komentar