Banyak orang bilang, latar belakang pendidikan seseorang berpengaruh pada cara mengasuh dan mendidik anak. Kebetulan latar belakang pendidikan saya psikologi, yang selalu mempelajari tentang kejiwaan. Anak-anak, orang dewasa dan orang tua, merupakan "objek" yang dipelajari. Psikologi tentang anak pun, pernah saya pelajari juga. Bekal-bekal inilah yang saya gunakan untuk mengasuh Diva. Bahkan sejak dia dalam kandungan. Sampai sekarang, setiap kali hendak mengajarkan sesuatu, pasti acuannya tidak jauh dari apa yang pernah saya pelajari di bangku kuliah.
Sebagai contoh, dari buku-buku yang saya baca mengenai tipe kepribadian, saya jadi tahu bahwa tipe kepribadian Diva, Koleris, yaitu orang yang selalu mematok target untuk sesuatu yang dia maui. Dia juga mudah tertantang. Misalnya, kalau ditanya orang diam saja, saya tidak pernah menyuruh atau memaksanya bicara. Saya tantang dia dengan berkata, "Wah, nanti orang itu akan cerita ke teman-temannya bahwa Diva tidak bisa omong." Nah, langsung Diva akan bicara karena dia tak mau orang mengenalnya sebagai Diva yang tidak bisa bicara.
Buat saya, anak dengan tipe seperti Diva lebih menyenangkan karena untuk tumbuh kembangnya lebih mudah. Menurut saya, sangat penting setiap ibu mengetahui kepribadian anaknya sehingga anak bisa berprestasi secara maksimal. Daripada kita hanya memaksa kehendak kita sebagai orangtua.
Pada usia 2 tahun, Diva juga saya "tantang" untuk belajar bahasa Inggris. Saya katakan kepadanya, orang yang bisa bahasa Inggris pasti banyak teman karena ia bisa mengobrol dengan orang dari seluruh dunia. Diva antusias sekali. Apalagi di pre-school-nya sekarang, banyak orang asingnya. Diva sudah terbiasa menggunakan kata- kata dalam bahasa Inggris.
Baru-baru ini Diva juga ingin dibelikan jam. Saya tidak mau membelikannya langsung. Saya ingin mendidiknya bahwa kalau ingin reward sesuatu, harus ada usaha atau jerih payah yang harus dijalaninya dulu. Waktu kuliah psikologi anak, saya sempat diberikan pelajaran metode Bintang untuk merangsang anak mencapai goal yang diinginkannya. Saya katakan padanya, "Oke, Mama akan belikan jam untuk Mbak Diva tapi ada Bintang yang harus dicapai. Kalau tiap bangun tidur Mbak Diva langsung gosok gigi dan minum susu, Mama kasih Bintang warna kuning. Kalau tidak, dapat bintang merah."
Selama dua minggu program itu kami jalani. Ternyata, pada akhir minggu kedua, Diva lebih banyak mengumpulkan bintang kuning. Nah, usahanya itu membuahkan hadiah jam tangan buatnya.
Kini saya sedang terlibat proyek Leadership Training dengan beberapa rekan dan lembaga asing. Jadinya asyik dengan buku-buku mengenai kepemimpinan. Pelan-pelan, saya masukkan konsep tentang kepemimpinan pada Diva. Juga gaya yang pantas ia tiru. Mas Firman, suami saya, tidak keberatan dengan "eksperimen" psikologi saya. Dia itu seperti pupuk, sifatnya selalu menyiram dan tak pernah mengekang sehingga kami tak pernah ragu berekspresi.
Kalau soal mengasah cita rasa dan berkesenian, Mas Firmanlah tumpuan Diva. Dalam hal pengasuhan, walaupun Mas Firman lebih banyak punya waktu untuk Diva, tapi tak ada istilah dominasi. Diva tahu persis, ke arah mana dia akan pergi kalau ingin bertanya sesuatu atau punya problem.
Saya tak tahu apakah cara yang saya terapkan ke Diva, bisa berguna buat ibu-ibu lain. Karena kepribadian setiap anak berbeda dan tidak setiap anak suka ditantang. Tapi saya dan Diva amat menikmati permainan "tantangan" ini.
Sebagai seorang wanita karier yang selalu sibuk dengan rutinitas kerja yang padat. Membuat waktu kita sangat terbatas untuk anak kita. Padahal inginnya kita bisa terus menerus dekat dengan si buah hati. Tapi kira-kira bisa nggak ya waktu kita yang terbatas itu menjadi berkualitas? dan mungkin nggak ya kita bisa menjadi orangtua yang efektif ?
Menurut psikolog selama kita bisa memanfaatkan waktu, orang tua yang sibuk pasti tetap bisa membesarkan anaknya dengan baik. Karena belum tentu juga anak yang orangtuanya mempunyai seratus persen waktu di rumah, bisa memiliki kualitas fisik, jiwa dan psikologis yang lebih baik dibandingkan anak yang orangtuanya banyak menghabiskan waktu di tempat kerja. Karena tumbuh kembang anak tidak bergantung pada lama waktu alias kuantitas orang tua bersama anaknya. Tetapi lebih kepada kualitasnya.
Ibu yang setiap hari di rumah, tapi tidak terlalu care pada tumbuh kembang anaknya, misalnya ibu asyik menonton televisi sendiri, sementara anaknya dibiarkan bermain sendiri tanpa bimbingan darinya, tidak akan sebanding dengan ibu yang bekerja namun memanfaatkan waktunya yang terbatas secara maksimal untuk mengikuti dan membimbing tumbuh kembang anaknya.
Siapapun pasti ingin bisa menjadi orang tua yang baik. Dan untuk menjadi orang tua memang butuh belajar. Namun sayangnya, sekolah untuk menjadi orang tua belum ada. Bagaimana sebaiknya memanfaatkan waktu menjadi orang tua dengan efektif?
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mendekati anak dan pahami karakternya. Orangtua yang baik berusaha memahami karakter anaknya. Ada anak yang sejak awal menunjukan karakter pemalu, periang. Introvert, extrovert atau penuh percaya diri. Sebaiknya perlakukan mereka sesuai dengan karakternya, dan jangan memaksakan anak untuk menjalani karakter lain. Atau memaksanya melakukan sesuatu yang dia belum merasa siap.
Misalnya memaksa anak yang pemalu untuk maju ke panggung, sementara dia belum siap. Orang tua dan guru hanya bisa menyiapkan mentalnya, namun yang bertarung mempersiapkan mental itu adalah anak itu sendiri. Daripada “berkelahi” dengan anak di belakang panggung. Lebih baik beri dia waktu untuk mengelola perasaan. Di kesempatan lain, dia mungkin jadi lebih berani. Jika dipaksa, anak bisa terbebani dan stres.
Waktu serta tenaga yang Anda berikan pun terbuang percuma. Untuk memahami anak, Anda tentu harus dekat dengan mereka. Dan menjadikan diri Anda sebagai orang dekat hingga jadi tempat curhat juga perlu trik. Jika anak sedang bermasalah, berikan rasa empati dan perhatian. Tunjukan bahwa Anda peduli dan ingin dia kembali ceria. Jika karakter anak Anda tertutup jangan paksa dia untuk segera to the point menceritakan masalahnya.
Anak malah semakin bungkam. Dekati sedikit demi sedikit, ajak dia ngobrol dari hati ke hati, dari situ Anda bisa masuk ke pokok masalahnya. Meski sibuk, jadilah pendengar yang aktif, jangan pura-pura mendengarkan padahal tidak dan masih bekerja. Alihkan konsentrasi ke dia atau minta untuk menunda pembicaraan sesaat lagi.
Jangan lupa untuk menerapkan positive parenting yaitu menghargai setiap perilaku baik anak sebanyak-banyaknya dan usahakan untuk menghukumnya sesedikit mungkin. Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung dimarahi. Tapi gali alasan dia melakukannya, serta ajak dia berpikir apakah itu baik atau tidak. Bersikaplah tenang, karena pada dasarnya setiap perilaku anak adalah proses menemukan jatidiri atau identitas dirinya. Dengan cara ini, anak mengerti dan anda bebas stres. Anak usia satu sampai dua tahun adalah usia yang segala perilakunya msaih bersifat eksplorasi. Maka berikanlah kesempatan itu, karena ini sangat bermanfaat untuk perkembangan otaknya.
Jika ingin anak yang pemberani dan punya sifat memimpin, libatkan dia dalam diskusi keluarga, dengarkan dan hargai pendapatnya. Lakukan itu sejak dia kecil, agar ingatan itu tertancap di memorinya. Diskusikan banyak hal dengannya mulai dari memilih makanan, baju, berwisata ke mana, sampai sekolahnya sendiri. Hal ini penting untuk membentuk rasa percaya dirinya. Dengan kebiasaan ini, anak juga akan terbiasa dengan penyelesaian masalah secara demokratis. Mulailah melibatkan mereka ke dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari, tentunya sesuaikan dengan usianya mereka. Anak biasanya akan merasa senang, jika ia merasa dibutuhkan oleh orang lain dan berguna bagi orang lain.
Jika Anda adalah orangtua yang bekerja, maka pintar-pintarlah mempergunakan kesempatan terbatas untuk berkomunikasi dengan anak anda seefektif mungkin. Sambil bercanda, usahakan mendapatkan pembicaaan yang ”berisi”. Misalnya, ajaklah anak mengobrol dengan santai tentang berbagai hal ketika Anda mengantar dia ke sekolah. Gunakan juga kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai positif ketika Anda menemani dia menonton televisi. Mengajak diskusi selalu bisa diawali dengan pertanyaan-pertanyaan yang unik dan mungkin bikin dia geli. Misal.” Nak, kenapa ya manusia itu kadang-kadang sakit? Apa kuman itu juga bisa sakit ya?”
Meluangkan waktu khusus untuk berdua dengan anak merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan ikatan batin antara Anda dan anak. Manfaatkan kesempatan berdua untuk memahami dan mendekatkan diri dengan anak. Anda bisa memanfaatkan waktu tersebut mulai dari saat membangunkan atau mengantarkannya tidur, bermain bersama, menonton televisi bersama, pergi bersama ke tempat-tempat menarik, dan banyak lagi. Usahakan setiap hari ada waktu khusus untuk setiap anak. Akan lebih baik jika waktu libur dimanfaatkan untuk bersama keluarga.
Sedari kecil dibiasakan anak untuk disiplin, maka dia akan menjadi pribadi yang teratur setelah dewasa. Terapkan mulai dari hal-hal yang kecil. Gosok gigi, cuci kaki, merapikan tempat tidur setelah bangun pagi, sangat baik untuk membiasakan hidup mereka lebih teratur setelah dewasa. Terapkan disiplin secara konsisten. Jika anak melalaikannya, tidak ada salahnya Anda memberikan sanski. Tak perlu sambil marah-marah, malah bagus jika anda dan anak melakukannya sambil tertawa. Berikan sanksi yang bersifat mendidik, misalnya menyuruhnya untuk mengerjakan tugas rumah dan perlu diingat. Jangan berikan sanksi di beberapa kelalaian pertamanya. Berikan jika anak berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama.
Perhatikan, anak adalah peniru ulung, maka berhati-hatilah dalam bertingkah laku dan menjalankan kebiasaan. Anak usia emas (0-5 Tahun) memiliki daya ingat yang sangat kuat, jadi apapun yang Anda lakukan bisa menjadi modalnya dalam berprilaku di saat dewasa. Dia belajar berperilaku melalui pengamatannya pada perilaku orang tuanya. Maka berperilakulah yang baik dan hindarkan kata-kata kotor, karena apa yang kita ucapkan dan kita lakukan merupakan modal bagi anak kita dalam berperilaku dan berucap.
Setiap orang tua pasti menyayangi anaknya, begitu pula sebaliknya. Namun tak jarang orang tua menganggap hal itu tak penting. Padahal, mendapatkan kasih sayang adalah hak setiap anak. Termasuk dalam bentuk verbal. Seperti “mama sayang kamu”. Ini berpengaruh sangat besar kepada anak. Karena merasa diperhatikan dan disayang. Sehingga anak memiliki kedekatan emosi yang dalam terhadap orangtuanya, anak juga memiliki perasaan yang halus, lembut dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Ungkapan kasih sayang dengan ucapan sayang. Belaian pelukan dan ciuman dalam setiap kesempatan.
Dan yang paling penting, saat marah, jangan jadikan anak sebagai pelampiasan. Karena marah, anak menjadi objek omelan, luapan emosi atau bahkan sampai membuat kita tak menghiraukan dan memperhatikannya. Saat marah, kontrol diri memang cenderung lebih rendah tapi jangan sekali-kali melampiaskannya kepada anak. Di depan mereka, tetaplah bersikap seperti biasa. Sempatkan waktu luang sejenak untuk berpikir dan introspeksi diri. Ambil napas panjang dan coba berpikir untuk mencari solusi terbaik bagi masalah Anda. Satu hal yang penting, orang tua yang efektif juga butuh waktu untuk dirinya sendiri
Komentar :
Posting Komentar