Dalam legenda Yunani kuno alkisah ada sebuah cerita sebagai berikut : ada seseorang yang lupa membawa uang ketika ia bepergian, lalu ia mencari seorang temannya untuk meminjam sejumlah uang.
Setelah berselang cukup lama, orang ini tak kunjung mengembalikan uang yang dipinjamnya sehingga temannya mendatanginya untuk menagih hutang tersebut. Namun orang itu justru berkata, “Segala sesuatunya telah berubah, saya yang sekarang ini bukan lagi saya yang meminjam uang darimu waktu itu.”
Teman yang mendengar pernyataan ini pun naik pitam dan melayangkan tinjunya memukul orang itu dengan penuh amarah. Orang yang telah memungkiri hutangnya ini pun menjadi gusar karena malu dan melaporkan masalah ini kepada aparat.
Di depan aparat, temannya itu pun berkata, “Segala sesuatunya telah berubah, saya yang sekarang ini bukan lagi saya yang memukulmu tadi.” Orang yang memungkiri hutangnya hanya dapat menahan emosinya dengan wajah merah padam dan mata terbelalak hingga hanya menampakkan putihnya saja, dan tidak mampu berkata-kata sepatah pun.
Cerita ini sangat menarik, juga sangat bermakna. Jika ditilik dari sudut pandang manusia, setiap hal yang telah kita lakukan biasanya tidak mudah kita lupakan, sama halnya dengan orang yang telah meminjam uang dari temannya ini, tidak akan lupa semudah itu. Meskipun ia telah lupa, jika diingatkan lagi oleh sang teman, ia pasti akan bisa mengingatnya kembali.
Akan teapi ia telah mengucapkan kata-kata seperti itu untuk memungkiri hutangnya tersebut. Dan temannya itu pun menggunakan cara yang sama untuk memberi pelajaran terhadap dirinya.
Cerita ini seolah mengatakan bahwa saya tetap adalah saya, walaupun segala sesuatu telah mengalami perubahan, walaupun saya sendiri juga telah mengalami perubahan, namun saya tetap adalah saya.
Saya berpendapat : inti yang paling dalam pada diri seorang manusia adalah tidak berubah, saya tetap adalah saya. Namun lingkungan di sekeliling inti ini telah mengalami perubahan setiap saat, saya juga bukan saya lagi, saya sudah bukan saya. Saya adalah saya, tapi juga bukan saya. Hanya di dalam perubahan, saya baru dapat menemukan diri saya yang diam dan tak berubah, hanya di dalam tidak adanya perubahan itu saya merasakan perubahan dalam diri saya.
Memang, saya yang telah meminjam uang pada waktu itu sudah bukan lagi saya yang sekarang ini. Saya yang memukul orang pada waktu itu, juga sudah bukan saya yang sekarang ini lagi. Seorang filosof Barat pernah berkata, “Anda tidak akan mungkin masuk ke dalam aliran sungai yang sama untuk kedua kalinya.” Karena aliran sungai itu sudah berubah, sudah bukan lagi aliran sungai semula. Maka hal itu juga berlaku pada manusia, Anda yang kemarin sudah mati, dan Anda yang hari ini telah terlahir kembali.
Manusia senantiasa berubah setiap harinya dan dalam setiap detik, timbul perubahan jasmaniah, timbul perubahan rohaniah, dan perubahan itu sendiri adalah satu-satunya yang tidak berubah.
Menurut saya kita harus senantiasa menekankan perubahan ini, terlebih-lebih harus menyesuaikan diri dengan perubahan ini, dan tidak bertindak seperti apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, mati-matian mempertahankan prinsip diri saya yang tidak akan berubah ini, tidak rela melepaskannya sehingga amat sangat menyiksa diri sendiri.
Ada seorang teman saya yang pada masa mudanya berpacaran dengan seorang gadis, dan cinta mereka sungguh membara namun pada akhirnya si gadis mendadak memutuskan untuk berubah pikiran, dan mencintai seorang pria lain.
Teman saya ini merasa amat terpukul dan sangat tersiksa atas kejadian itu. Hingga hari ini meskipun kejadian itu telah 30 tahun berlalu, setiap kali teringat akan kejadian tersebut ia masih dapat merasakan kepiluan dan hatinya tidak merasa tentram. Hal ini dikarenakan ia telah menyamakan dirinya yang dulu dengan dirinya yang sekarang ini.
Sesuatu kejadian yang kita alami di masa lalu boleh saja kita ingat tapi jangan sampai kejadian dan pengalaman di masa lalu itu mempengaruhi kehidupan kita sekarang ini, mengekang dan mengatur kehidupan kita sekarang, membuat diri kita selalu hidup dalam bayang-bayang masa lalu, perbuatan ini merupakan hal yang paling bodoh.
Harus diingat bahwa saya yang kemarin sudah tidak eksis lagi, dan saya yang ada pada hari ini adalah saya yang benar-benar baru, dengan demikian barulah kita dapat benar-benar hidup di saat sekarang ini.
Saya pernah mendengar suatu kisah : ada seorang juru masak yang dinobatkan sebagai koki yang paling hebat, teknik memasaknya sangat hebat. Tapi dia tidak puas terhadap kehidupannya, lalu ia pun pergi untuk menjadi biksu. Setelah beberapa tahun berlalu, ada seseorang yang berasal dari suatu tempat yang jauh sekali datang ke kuil itu dan bermaksud untuk menawarkan jabatan sebagai koki kepala dengan gaji tinggi.
Biksu itu berkata kepada si pengunjung, “Apa? Saya dulu adalah seorang juru masak yang hebat? Mengapa saya sama sekali tidak mengetahuinya?”
Ia mengatakan bahwa ia telah lupa akan hal itu, setelah selesai mengatakan demikian, ia pun kembali ke dalam kuil dan memakan dengan lahap masakan sederhana yang biasa dimakan oleh para biksu.
Pada hakekatnya ia tidak pernah lupa akan keahlian dan pengalamannya di masa lalu. Justru di sinilah letak kepintarannya, ia berpendapat bahwa ia pada masa lalu sudah tidak eksis lagi, saya yang sekarang adalah saya yang benar-benar baru, melewati kehidupan sekarang ini dengan baik, lalu mengapa harus membiarkan kehidupan masa lalu mempengaruhi kehidupan sekarang ini? Mengapa harus mempertahankan masa lalu saya dan tidak melepaskannya?
Dengan melalui setiap hari dengan baik, berarti telah bertanggung jawab terhadap kehidupan kita sehari-hari, dan hanya dengan mengakui bahwa kita berbeda setiap harinya, barulah kita dapat terjun ke dalam kehidupan setiap hari, dan menikmati kehidupan.
Seorang teman saya merupakan mahasiswa cemerlang lulusan Universitas Beijing telah mendapatkan suatu pekerjaan yang sangat penting dengan jabatan yang tinggi.
Setelah pindah ke Australia ia tidak bisa mendapatkan pekerjaan kantoran. Pekerjaanya adalah sebagai pekerja harian di pabrik, selain itu dia juga berdagang kecil-kecilan.
Setiap hari ia selalu berkeluh kesah, dan mengeluarkan semua keluhan dan kejengkelannya, kehidupannya menjadi sangat menderita. Hal itu juga merupakan pengaruh dari keakuannya di masa lampau.
Kebanggaan bahwa ia seorang siswa cemerlang lulusan Universitas Beijing telah sirna. Jabatan yang tinggi pun telah berlalu, yang ada hanyalah dirinya sendiri yang harus menghadapi hidup di Australia. Tak peduli dengan cara berdagang kecil-kecilan atau bekerja serabutan, semuanya tidak ada yang buruk. Melewati hari-hari dengan baik di Australia, sebenarnya hal itulah yang terpenting, mengapa harus mempermasalahkan keadaan masa lalu yang telah lewat?
Di dalam kitab Buddha ada suatu kalimat yang berbunyi, “Hati masa lampau tidak didapat, hati masa sekarang tidak didapat, hati yang akan datang tidak didapat.”
Dengan kata lain, setiap hal senantiasa mengalami perubahan, jika hendak mempertahankan sesuatu di masa lampau dan tidak mau melepaskannya adalah suatu tindakan yang bodoh dan menggelikan. Karena sudah sejak dulu hal itu sirna bagaikan air di dalam aliran sungai, selamanya tidak akan bisa ditahan.
Ketika masa lalu berakhir dan masa akan datang dimulai, saat itu kita tidak boleh membiarkan masa lalu kita mengendalikan masa depan kita. Manusia hanya mengikuti perubahan pada diri masing-masing tanpa keterikatan, sepenuhnya hidup dalam kehidupan masing-masing yang benar-benar baru, memasuki kehidupan yang abadi. (Xu Gang/The Epoch Times/lin)
Komentar :
Posting Komentar