ilmuwan asal AS dan Kanada telah mengembangkan suatu metode yang dapat menghambat atau bahkan menghapus memori yang tidak dikehendaki dalam otak manusia.
Peneliti terkait menyatakan bahwa mereka dapat menghapus memori spesifik dengan obat, sekaligus dapat memastikan memori lainnya masih tersimpan dengan baik dan utuh. Ahli saraf mendapati bahwa dengan memanfaatkan timing yang tepat memasukkan obat penghapus memori saat kita sedang teringat akan sesuatu, obat tersebut akan dapat menghalangi simpanan memori, bahkan membuat memori itu hilang.
Menurut laporan sebuah harian terbitan Inggris, penelitian ini menarik perhatian konsultan parlemen Inggris. Dengan tegas mereka mengatakan bahwa sekarang perlu adanya suatu penetapan standar baru untuk mengawasi penggunaan obat jenis ini, tujuannya mencegah jangan sampai obat ini digunakan sembarang orang sebagai “obat mujarab darurat”.
Namun ilmuwan yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini menegaskan bahwa obat penghapus ini mungkin memiliki nilai yang sangat berharga dalam mengobati gejala penyakit seperti tekanan stress karena terluka (hati) dan penyakit mental.
Dalam laporan penelitian terbaru yang diungkapkan di majalah “Psychiatry Research”, ahli penyakit jiwa dari Universitas Harvard, Boston, menggunakan obat ‘penghambat memori’ penderita yang terluka.
Profesor Nadher mengatakan, “ketika kita mengingat kenangan lama, memori-memori ini mungkin dalam keadaan belum tersimpan, sehingga kemudian harus disimpan kembali.”
Nadher menuturkan: “ketika memori menyimpan kembali, kita beri obat yang dapat menolak bagian emosi dalam memori tersebut kepada penderita. Kerja obat adalah membiarkan bagian kesadaran dalam memori tetap tersimpan utuh, sehingga dengan demikian penderita dapat mengingat semua bagian kecil, tapi tidak akan terganggu oleh memori tersebut.”
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memori dapat dikendalikan, sebab fungsi memori bagaikan terbuat dari kaca, dimana dalam proses menciptakan memori menampakkan keadaan lebur dan setelah itu menjadi padat.
Obat yang digunakan peneliti adalah propranolol. Obat ini biasanya dipakai untuk mengobati tekanan darah tinggi bagi penderita sakit jantung. Namun telah diketahui dapat mengakibatkan sakit ingatan. Mereka memakai obat ini untuk mengobati 19 korban yang pernah mengalami kecelakaan atau pelecehan seksual selama 10 hari, sekaligus meminta mereka menggambarkan ingatan atas peristiwa yang menggoreskan luka di hati yang terjadi pada 10 tahun silam.
Sepekan kemudian, peneliti mendapati bahwa penderita yang menggunakan obat tersebut, menunjukkan tanda-tanda munculnya tekanan stress lebih jarang ketika mengenang kembali luka hati di masa lalu, misalnya detak jantung bertambah cepat dan sebagainya.
Dalam sebuah penelitian baru yang dipublikasikan oleh para ilmuwan di Universitas New York, para peneliti mengatakan bahwa mereka berhasil menghapus memori tunggal dalam otak tikus, sekaligus dapat mempertahankan memori lainnya dengan baik dan utuh.
Penelitian ini menimbulkan kekhawatiran sebagian ilmuwan, mereka khawatir obat yang dipakai untuk mengubah memori mungkin akan disalahgunakan oleh masyarakat awam untuk menghapus memori yang tidak diinginkan.
Laporan baru yang dipublikasikan kantor teknologi dan ilmu pengetahuan di bawah yuridiksi parlemen Inggris memperingatkan keharusan menetapkan standar pengawasan penggunaan obat jenis ini dan secara ketat membatasi preskripsinya sehingga mereka hanya dapat membelinya apabila disertai dengan resep dokter. (Dajiyuan)
Komentar :
Posting Komentar