Pesan థTangkai Putih థ™ #1
Bumi adalah rumah kita semua, dimana kita bersahabat dengan segala isi dan ciptaannya. Sudah menjadi kewajiban kita untuk terus menjaga BUMI ini menjadi lebih baik lagi, karena kita semua yang tinggal di dalamnya adalah satu keluarga dalam PLANET BUMI. jaga kedamaian ini, jangan ada perpecahan, peperangan, dan tindak kekerasan lagi. I LOVE My Earth.
Pesan థTangkai Putih థ™ #2
Go Green adalah Gerakan untuk menghentikan pemanasan global(pemanasan bumi yang di akibatkan terlalu banyaknya gas karbon dioksida di bumi, sehingga suhu di bumi mengalami pemanasan.
Jika bukan kita ? lalu siapa lagi ?
GO GREEN ! SAVE OUR WORLD ! SAVE OUR NEXT GENERATION !
Pesan థTangkai Putih థ™ #3
SAHABAT
Sahabat tidak menjanjikan langit slalu biru, bunga selalu mekar,bahkan mentari selalu bersinar
Tapi sahabat berjanji bahwa akan selalu bersama kita dalam keadaan apapun
Sahabat akan beri pelangi di setiap badai, senyum di setiap air mata
berkah di setiap cobaan dan jawaban di setiap persahabatan.
Pesan థTangkai Putih థ™ #4
Reality is merely an illusion, albeit a very persistent one.Kenyataan hanyalah sebuah ilusi, walaupun terjadi terus menerus.
Try Not To Become a Man of Success, but Rather Try to Become a Man of ValueCobalah tidak untuk menjadi seseorang yang sukses, tetapi menjadi seseorang yang bernilai.
A person starts to live when he can live outside himself.
Seseorang memulai untuk hidup ketika ia dapat hidup diluar dirinya.
Pesan థTangkai Putih థ™ #5
Thank You For Visiting
Ucapan Terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman blogger, kepada pembaca setia, kepada anda yang telah mengunjungi website ini.
Merupakan suatu kehormatan kehadiran teman-teman disini, kami berharap teman-teman akan selalu mengujungi gubuk maya kami ini. please come back for visit this blog.
31 Okt 2012
Nilai Sebuah Ketekunan
Mencintai Diri Sendiri
Berbahagialah mereka yang mewarisi gen-gen kebaikan dari orang tuanya. Berbahagialah mereka yang dibesarkan dalam lingkungan yang baik.Berbahagialah mereka yang mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua dan sekolahnya. Hingga ia tumbuh dewasa dalam kebaikan, tanpa pergolakan jiwa yang berarti, tak perlu lagi menghadapi dilema dan menyesali perjalanan
Namun bagaimana dengan mereka yang menjalani proses hidup sebaliknya?
Rasanya begitu berat.
Begitu pedih. Begitu nyeri. Begitu menyesakkan. Saat kebencian itu hadir.
Saat ketidak sukaan melingkupi.
Saat ketidak mengertian memenuhi.
Saat ketidak berdayaan menghantui.
Terhadap diri sendiri.
Mengapa aku buruk rupa?
Mengapa keluargaku berantakan?
Mengapa aku tidak cerdas?
Mengapa aku selalu gagal?
Mengapa aku tidak disukai teman-temanku?
Mengapa perjalanan hidupku seperti ini?
Mengapa aku selalu naif?
Mengapa aku selalu salah?
Mengapa?
Dan banyak mengapa lainnya…
Ketika semua perasaan itu hadir dan melibas diri, hidup menjadi sangat sulit. Dunia menjadi teramat gelap. Hingga segala tentang diri kita pun terasa bernuansa pekat. Kita buruk dan hanya orang lain yang baik.Dan kita pun ingin terbang, pergi dan menjadi orang lain atau malah terpuruk saja di dalam bumi.
Pernahkah kemudian kita terpikir: Betapa kasihan ‘makhluk kecil’ di dalam sana. Sesosok ‘diri’ yang disadari atau tidak, dibenci oleh dirinya sendiri. Mungkin jasad sang diri memang tidak cakep. Mungkin pribadi sang diri memang tidaklah menyenangkan.
Mungkin perjalanan hidup sang diri cukup menyebalkan. Namun sang diri tetap butuh cinta. Agar dengannya dia tumbuh dan berkembang ke arah kebaikan. Berapa banyak cerita tentang seseorang yang berubah menjadi lebih baik karena merasa dicintai? Berapa banyak orang yang termotivasi karena dicintai? Betapa banyak orang yang ingin diterima apa adanya? Dicintai setulusnya? Dan cinta itu,at very first, hanya pemilik ‘diri’ lah yang harus memberikannya. Jika bukan kau, siapa lagi? Engkau yang paling mengerti dirimu sendiri. Maka engkau lah yang paling layak, paling berhak dan paling berwenang mencintai dirimu sendiri.
Cintailah dirimu sendiri. Beri penghargaan. Beri pujian untuk keistimewaan – keistimewaan dalam dirimu sendiri Terimalah ia apa adanya. Pahami kelemahan-kelemahannya. Lihat kembali perjalanan hidupmu ke belakang.
Mungkin kau akan melihat banyak kesalahan. Mungkin kau akan menemukan banyak kenaifan. Mungkin kau akan menjumpai banyak hal memalukan. Mungkin kau akan menemukan banyak kegetiran. Ketidaksukaan. Seperti halanya kau ingin orang lain menerima dirimu apa adanya, maka kau harus memulainya dari dirimu sendiri.
Terimalah dirimu apa adanya. Cintai ia. Sungguh cinta itu akan menjadi kekuatan besar untuk membangun diri.
Cinta itu, akan mengarahkan jiwamu terus menerus bergejolak. Cinta itu akan mewadahi hatimu terus menerus bergolak.
Cinta itu akan mendamaikan perasaanmu yang tak pernah berhenti dan mati.
Cinta itu akan membuatmu terus berusaha memperbaiki diri.
Cinta itu akan membuatmu bangga dengan perjuangan yang telah kau lakukan.
Cinta itu akan menjagamu dari membandingkan diri dengan orang lain serta lebih memilih membandingkan diri sendiri yang sekarang dengan beberapa waktu serbelumnya.
Maka kemudian dirimu akan sanggup berkata, “Mungkin aku yang sekarang masih belum sebaik orang pada umumnya. Tapi aku tahu aku yang sekarang adalah aku yang lebih baik dari aku sebelumnya. Dan aku bangga karena untuk menjadi aku yang sekarang kulewati dengan penuh air mata.
Aku bangga dengan diriku yang sekarang karena aku telah menempuh prosesnya.”
Jika tak ada yang mencintaimu kini, bisa jadi itu karena engkau bahkan tak mencintai dirimu sendiri.
Karena itu, cintailah dirimu sendiri. Karena dari sana kau akan bisa mencintai dan dicintai orang lain
Hong Kong Kota Wisata Bebas Pajak?
"Mengapa Saya ? " Arthur Ashe
Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yg mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.
Seorang pe
'Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?'
Ashe menjawab
'Di dunia ini ada 50 juta anak yg ingin bermain tenis,
diantaranya 5 juta orang yg bisa belajar bermain tenis,
500 ribu orang belajar menjadi pemain tenis profesional,
50 ribu datang ke arena untuk bertanding,
5000 mencapai turnamen grandslam,
50 orang berhasil sampai ke Wimbeldon,
empat orang di semifinal, dua orang berlaga di final.
Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan,
'Mengapa saya?'
Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan,
'Mengapa saya?'
Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan.
Tetapi tidak demikian. Ia berbeda dengan kebanyakan orang. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup yg menekan berat.
Ketika menerima sesuatu yg buruk, ingatlah saat - saat ketika kita menerima yg baik...
'Kuda pemenang tidak tahu mengapa dia harus lari dan memenangkan perlombaan.
Yg dia tau, dia harus berlari krn dipukul dan sakit..!!
Hidup ini seperti sebuah perlombaan. Dan Tuhan adalah komandonya atau ibarat jokinya..
Jika engkau mengalami sakit, dihajar, menerima yg tidak enak, berpikirlah :'Tuhan ingin engkau menang !!'
Biografi Bob Sadino
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Nama :
Bob Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam
Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)
Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
Referensi :
- http://pengusahamuda.wordpress.com/biografi/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino
Siput dan Katak
Si siput hanya tertunduk diam mendengar jawaban dari sang katak sambil kemudian membalikan badannya menuju ke arah gerombolan teman siput lainnya. Dalam hati ia berkata, "Ya Tuhan, alangkah malangnya diriku. Apakah aku hidup hanya ditakdirkan menjadi binatang yang lemah yang menyerah begitu saja ketika ada manusia yang mengambilku, sementara katak ia bisa meloncat dan berlari dengan cepatnya.".
Tidak lama kemudian, ketika ia baru berjalan beberapa senti dari tempat katak ada seekor elang yang mengauk-ngauk di udara. Rupanya dia sedang mencari mangsa. Mengetahui keadaan tersebut siput segera saja menyembunyikan diri kedalam cangkangnya sementara katak meloncat dengan cepat berlari menghindari sang elang. Ketika elang berhasil menggenggam siput, tak lama kemudian ia pun melemparkan kembali ke bawah tanah lantaran ia mengenggam benda yang sangat keras. Kemudian elang tersebut bergerak mengejar ke arah katak sampai berhasil menangkap katak itu dan menjadi santapan empuk si elang yang lapar. Sang Siput merasa dirinya sangat beruntung dan berterima kasih kepada Tuhan dengan apa yang terjadi dan dengan apa yang dimilikinya.
"Terkadang kita lebih cenderung memandang kelemahan diri sendiri dan kelebihan yang ada pada orang lain tanpa mengerti bahwa Tuhan menciptakan kita dengan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain". Jika kita hanya melihat kelemahan-kelemahan diri, makakelebihan-kelebihan yang di anugerahi Tuhan tak kan pernah tampak oleh kita. Lakukanlah yang terbaik dari sesuatu yang kita bisa bukan melakukan kehebatan yang orang lain lakukan. Percayalah bahwa Tuhan memberikan kelebihan-kelebihan di balik kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kita.
Jika masih ragu silakan baca Kisah Seorang Manusia Tanpa Tangan dan Kaki. Anda akan tercengang kaget melihat seorang manusia tanpa sebuah lengan dan kakinya bisa sukses. Tahu kah apa rahasianya? Rahasianya adalah "Ia melakukan yang terbaik apa yang dapat ia lakukan". Alih-alih mengeluh pada akhirnya ia malah berterima kasih kepada Tuhan dengan apa yang di anugerahkan padanya walaupun tanpa lengan dan kaki. Hebat kan?? Bisa anda baca saja kisahnya disini.
Akhirnya, dengan bersyukur hidup akan terasa lebih indah dan bermakna.
Syukuri apa yang telah Tuhan berikan, di balik kekurangan yang kita miliki terdapat kelebihan luar biasa yang mungkin belum pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya. Lakukanlah yang terbaik untuk hidup ini niscaya kesuksesan akan datang mengiringi."
30 Okt 2012
Tentang Cinta
Dan meski kamu tahu cintamu mungkin tak berbalas, tapi kamu tetap mencintainya…
Pernahkah kamu merasakan bahwa kamu sanggup melaku
Meski kamu tahu ia takkan pernah peduli dan mengerti, tapi ia tetap pergi…
Pernahkah kamu merasakan hebatnya cinta, tersenyum kala terluka, menangis kala bahagia, bersedih kala bersama, tertawa kala berpisah…
Aku pernah…
Aku pernah tersenyum meski ku terluka
Karna kuyakin Tuhan tak menjadikannya untukku
Aku pernah menangis kala bahagia, karena kutakut kebahagiaan cinta ini akan sirna begitu saja...
Aku pernah bersedih kala bersamanya, karena kutakut aku kan kehilangan dia suatu saat nanti, dan…
Aku juga pernah tertawa saat berpisah dengannya, karena sekali lagi,
Cinta tak harus memiliki, dan Tuhan pasti telah menyiapkan cinta yang lain untukku
Aku tetap bisa mencintainya,
Meski ia tak dapat kurengkuh dalam pelukanku,
Karena memang cinta ada dalam jiwa, dan bukan ada dalam raga
♥
Panahan Tradisional Jemparingan ala Yogyakarta
Kisah Bunga Putih
Terkadang kita seperti bunga putih diatas. Kita seringkali kecewa dan merasa buruk atau tertekan karena berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan sekitar kita.
Beruang dan Ikan
Seekor beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar ditepi sungai deras, waktu itu memang tidak sedang musim ikan.
Sejak pagi ia berdiri disana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air.
Namun,tak satu juga ikan yg berhasil ia tangkap. Setelah berkali-2 mencoba, akhirnya..hup .. ia dapat menangkap seekor ikan kecil.
Ikan yang tertangkap menjerit-2 ketakutan, si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."
"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-2 gigimu," rintih sang ikan.
" Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.
"Begini saja,tolong kembalikan aku ke sungai, setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar, di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku utk memenuhi seleramu." kata ikan.
"Wahai ikan, kau tahu kenapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang "Mengapa," ikan balas bertanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Karena aku tidak pernah menyerah walau sekecil apapun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan !" jawab beruang sambil tersenyum mantap. "Ops !" teriak sang ikan.
Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap :"Ohhhh... andaikan aku tidak menyia2kan kesempatan itu dulu ..!!!?.
Maka bijaksanalah pada hidup, hargai setiap detil kesempatan dalam hidup kita.
Disaat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan;....
Disaat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; ....
Di saat jatuh selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali; ....
Dan dalam kondisi terburukpun selalu ada kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita....
6 Presiden Pembasmi Korupsi
Ini dia presiden paling tegas memberantas korupsi di negaranya. Felipe Calderon memecat lebih dari 4.500 anggota polisi Meksiko sebab terkait rasuah, penyalahgunaan jabatan, dan kejahatan terorganisasi.Langkah ini diambilnya sejak dua tahun lalu sampai sekarang. Namun sayang, bulan depan masa jabatannya bakal berakhir. Padahal masih banyak kasus korupsi perlu ditangani. Menurut Indeks Persepsi Korupsi versi Transparency International, Meksiko masih berada di peringkat seratus bersama Indonesia, Argentina, Gabon, Madagascar, Malawi, Suriname, dan lain-lain, dengan nilai 3,0.
2. Ellen Johnson Sirleaf
Ini presiden perempuan paling garang dalam memberantas korupsi. Ellen Johnson Sirleaf bahkan memecat anaknya sendiri bersama 45 pejabat negara lain sebab tidak menyerahkan daftar kekayaan pada komisi antirasuah. Mereka tidak boleh kembali menjabat bila belum memberikan deretan penghasilan diperoleh dan darimana sumbernya.Menurut Indeks Persepsi Korupsi versi Transparency International Liberia ada di peringkat 91. Itu artinya, penanganan korupsi di negara ini masih lebih baik ketimbang Indonesia.
3. Ollanta Humala (Peru)
Baru menjabat tahun lalu, Presiden Peru Ollanta Humala langsung membuat hantaman besar di lembaga kepolisian. Dia memecat 30 dari 45 jenderal polisi, termasuk Kepala Kepolisian Raul Bacerra. Bacerra digantikan Jenderal Raul Salazar. Berdua saling membahu memberhentikan sepihak mereka mencuri uang negara satu sol atau lebih. Sol merujuk pada mata uang Peru.Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi versi Transparency International negara di Amerika Latin itu menduduki peringkat 80, dengan skor 3,4.
4. Lee Myung Bak (Korea Selatan)
Tahun lalu, Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak memerintahkan kepolisian untuk menangkap kakaknya sendiri, Lee Sang Deuk, duduk menjadi anggota parlemen Negeri Ginseng itu.Deuk dituduh menerima suap Rp 4,9 miliar dari direktur dua bank bermasalah. Uang itu diterima Deuk kurun waktu 2007-2011 sebagai imbalan sebab dia membantu para pimpinan bank itu menghindar dari audit bank sentral negara itu.Kejadian menimpa kakak Myung Bak, membuat presiden itu berkali-kali memohon ampunan rakyat Korea Selatan lewat media. Hingga kini kasus Deuk masih dalam penyelidikan.
5. Benigno Aquino III (Filipina)
Presiden Filipina Benigno Aquino III dan jajarannya ada di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi memerintahkan penahanan Mantan Presiden Gloria Macapagal Arroyo sebab penyalahgunaan dana lotere nasional sebesar Rp 84 miliar.Aquino juga memecat sembilan orang pejabat di kantor lotere nasional. Jika terbukti benar, Arroyo dan kroninya bajak menjalani hukuman penjara seumur hidup tanpa ada kemungkinan bebas meski dengan jaminan.
5 Makanan yang Baik Dikonsumsi oleh Anak Anda
|
29 Okt 2012
Maukah anda mendengar?
“Ah, itu sih sama seperti yang pernah saya alami dulu…, cobalah kita sabar, kita rem pengeluaran kita, pilih hal yang tidak perlu untuk tidak dulu kita beli..”
“Tapi yang saya alami ini beda…”
“Ah, saya dulu juga mengalaminya. Yah, itulah yang saya lakukan, kita pilah dulu mana-mana kebutuhan
Pembicaraan tadi adalah pembicaraan antara dua orang yang kebetulan terdengar oleh saya di sebuah ruang tunggu bandara. Kebetulan kedua orang ini duduk tepat di tempat duduk yang membelakangi tempat duduk saya di belakang saya. Saya yang saat itu sedang membaca koran, justru menjadi tertarik untuk menangkap pembicaraan mereka.
Apa yang mereka bicarakan tentunya adalah urusan mereka berdua. Dan saya pun tidak begitu tertarik lebih dalam untuk tahu apa yang mereka bicarakan. Yang menarik bagi saya adalah gaya mereka berkomunikasi satu sama lain. Sebuah bentuk komunikasi yang mungkin anda pernah dengar atau bahkan pernah anda alami.
Salah satu orang berusaha untuk menyampaikan apa yang menjadi pikiran atau perasaannya. Sementara lawan bicaranya tidak berusaha untuk mendengar, tapi selalu memotong pembicaraan orang pertama dengan mengatakan bahwa seolah-olah orang kedua ini sudah tahu dan mengerti benar masalah yang dihadapi orang pertama.
Sungguh menarik memang, semua ini berawal dari masalah komunikasi antara dua orang manusia. Dan komunikasi memang telah menjadi salah satu bentuk keterampilan yang menjadi tuntutan setiap orang saat ini.
Coba anda bayangkan, sejak usia sekolah dasar kita telah diajari bagaimana cara membaca dan menulis. Bahkan saat ini juga menjadi tren, sekolah usia dini, di mana seorang anak masih harus bermain mengasah motorik dan sensoriknya, mereka juga sudah dikenalkan bagaimana membaca dan menulis.
Membaca yang berlanjut pada penyampaian gagasan, seperti pidato, drama, seni peran pun, dibutuhkan keterampilan tersendiri, dan banyak sekolah-sekolah yang juga menawarkan keterampilan tingkat lanjut seperti itu. Menulis juga begitu, terdapat sekolah tingkat lanjut
menulis yang berisi teori dan tata cara menulis dalam menyampaikan gagasan atau pun memotret sebuah berita.
Tapi bagaimana dengan `mendengar’? Mendengar adalah salah satu elemen yang berpengaruh pada keefektifan sebuah komunikasi. Tapi pernahkah ada orang yang benar-benar meniatkan dirinya untuk belajar mendengar? Pernahkan ada lembaga pendidikan yang menawarkan sebuah kurikulum atau jurusan keterampilan mendengar?
Kebanyakan dari kita selalu gagal untuk mendengar! Entah itu karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan bagaimana cara mendengar yang baik. Atau memang mereka tidak mau untuk menjadi seorang pendengar.
Apa yang saya contohkan di awal tulisan saya, saya pikir adalah sebuah contoh klasik yang sering kita alami. Dan saya pun bisa sampai pada kesimpulan bahwa orang kedua telah gagal dalam `mendengar’. Sehingga komunikasi pun gagal terjalin. Dan ini terbukti, beberapa saat kemudian si orang pertama yang memiliki masalah untuk diungkapkan, pada kenyataannya malah justru banyak diam. Sedang orang kedua yang notabene tidak memiliki masalah untuk dibicarakan dan dicarikan jalan keluar malah terlihat mendominasi pembicaraan dengan selalu menceritakan pengalamannya.
Dan memang benar, kebanyakan dari kita, bila suatu saat kita mengalami bentuk komunikasi seperti yang saya contohkan di atas, dan kebetulan kita duduk sebagi orang kedua, kita selalu terjebak untuk justru tidak `mendengar’ tapi justru berusaha menyampaikan pendapat kita yang kebanyakan seolah membandingkan apa yang dialami orang pertama adalah sesuatu yang dulu pernah kita alami. Inilah yang dalam teorinya disebut sebagai Autobiograpical Response.
Biasanya ada empat jenis perilaku orang kedua yang demikian. Yang pertama adalah yang disebut sebagai advising atau menasihati. Setiap orang pertama yang menyampaikan masalahnya kepada orang kedua. Sering dianggap oleh orang kedua, bahwa yang diinginkan sang orang pertama adalah `sebuah nasihat’. Atas asumsi inilah kemudian si orang kedua begitu antusias memberikan solusi, jalan keluar berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Padahal, belum tentu yang dibutuhkan si orang pertama adalah sebuah nasehat.
Yang kedua adalah yang disebut sebagai probing (menyelidiki) . Tidak jarang orang kedua terjebak untuk berkeinginan mewawancarai dan menyelidiki si orang kedua. Bukan dalam rangka untuk berusaha mengerti orang pertama, tapi seolah dalam rangka upaya untuk mengumpulkan data untuk kepentingan orang kedua itu sendiri.
Yang ketiga adalah intrepreting (menafsirkan) . Biasanya ditandai dengan orang pertama yang belum selesai bicara, selalu saja dipotong pembicaraannya oleh orang kedua dengan segala penafsiran-penafsir an. Terutama penafsiran bahwa yang dialami oleh orang pertama adalah hal
yang juga persis pernah dialami oleh si orang kedua. Seperti contoh pembicaraan dua orang di ruang tunggu di bandara yang saya ceritakan di atas.
Kemudian yang keempat adalah apa yang diistilahkan dengan menilai (evaluating) . `Sejak semula kamu memang salah! Seharusnya kamu…’, adalah kata-kata yang biasanya dilakukan si orang kedua dalam evaluating. Menggurui dan menghakimi! Biasanya orang menyederhanakannya dengan istilah seperti itu.
Orang bijaksana adalah orang yang tahu betul kapan dia harus berbicara dan kapan dia harus (hanya) mendengar. Dan itu semua ternyata juga tidak mudah. Karena biasanya setiap kali seseorang yang mendengar sebuah keluh kesah dari orang pertama, orang kedua selalu saja terpancing untuk menasehati, meyelidiki, menafsirkan ataupun menggurui dan menghakimi!
Silahkan anda bertanya kepada diri anda sendiri. Berapa kali istri anda setiap kali berkeluh kesah kepada anda selalu kemudian berakhir dengan di mana anda justru panjang lebar menasehati istri anda?
Atau mungkin suatu saat pernah anak anda berusaha berbagi apa yang terjadi dengannya, pertama kali merasa tertarik dengan lawan jenisnya, pertama kali mengalami kekecewaan, pertama kali mengalami kegagalan, yang mereka butuhkan mungkin hanya sekedar agar anda mendengar dengan antusias dan ikut merasakan apa yang mereka alami. Tapi kemudian anda justru seolah menginterogerasinya !
Juga suatu ketika bawahan anda bermaksud mengadukan nasib karirnya kepada anda, tapi justru anda merespon dengan cara menggurui dan menghakiminya.
Sebuah komunikasi akan efektif bila di antaranya, anda mampu untuk membawa diri anda berusaha mengerti lawan bicara anda. Upaya untuk mengerti salah satunya adalah dengan cara mendengar, sesuatu yang tidak pernah diajarkan secara formal di sekolahan.
Tapi, menurut saya, `mendengar’ juga tidak begitu susah untuk dilakukan. Yang dibutuhkan mungkin hanyalah sebuah ketulusan. Ketulusan untuk jujur pada diri sendiri mau berusaha untuk mengerti orang lain…
Sumber: Maukah Anda Mendengar?! oleh Pitoyo Amrih