translate languages

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

30 Nov 2011

Sejarah Permainan Monopoli

  1. Tentunya anda pernah memainkan permainan MONOPOLY tersebut sewaktu kecil bahkan sekarang pun masi memainkannya. Permainan tersebut amat di kenal dan digemari bahkan para ahli financial amat menyarankan anda untuk memainkan permainan tersebut. Bahkan R.Kiyosaki (Cashflow) dan Donald Trump (Trump the game) ikut2an mematenkan permainan seperti itu hanya saja dengan kelas yang lebih berbeda..
  2. Yah, permainan monopoly adalah permainan yang sudah mendunia, tidak saja anak2 kecil yang pantas memainkannya, para remaja dan anak dewasa juga larut dalam permainan tersebut.. Perputaran uang di dunia nyata di terapkan didalam permainan ini. Para pemain berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan melalui penyewaan dan pertukaran properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan..


Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, dan apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain, ia dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera. Bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain itu uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan. Dan jika pemain sudah mencapai kembali di petak dimana permainan di mulai, maka pemain menerima Uang dari Bank dengan jumlah yang di sepakati..

Asyik bukan? seperti itu juga kehidupan kita, bekerja keras setiap hari untuk menerima gaji pada waktunya.. kemudian uang tersebut di gunakan untuk membeli asset yang nantiny akan menghasilkan arus kas untuk kita.. Semakin banyak asset yang anda beli maka semakin kaya pula anda... (Alasan ini lah yang membuat para pakar financial menganjurkan permainan monopoli)
"Anda ingin tahu bagaimana caranya Kaya cobalah bermain monopoly"

Ternyata sejarah permainan monopoli memiliki cerita kontroversialnya mengenai siapa pemilik hak paten yang sesungguhnya.. Mari kita ikutin jalan cerita munculnya permainan Monopoli ini :

The Landlord game-Jauh sebelum Charles Darrow mematenkan permainan monopoli ini, Sudah ada permainan yang seperti monopoli ini. Permainan ini dinamakan The Landlord's Game (Permainan Tuan Tanah) di ciptakan oleh Elizabeth Magie di tahun 1904

- Ide Magie menciptakan permainan ini berharap dapat mempermudah menerangkan prinsip2 Georgism, sistem yang di usulkan oleh Henry George, bagaimana para pemilik tanah memperkaya diri melalui penarikan sewa tanah mereka.

- Walaupun di patenkan thn 1904 , Permainan ini justru mulai di terbitkan oleh The Newbie Game Company di London tahun 1913 dengan nama Brer Fox an' Brer Rabbit.

- Magie kemudian kembali menjual hak patennya tahun 1935 kepada Perusahaan Parker Brother senilai $500.

Monopoly Charles Darrow- Ternyata di belahan lain , Di awal tahun 1930 Charles Darrow dari Germantown, Pennsylvania yang terkena dampak dari masa depresi hebat yang melanda Amerika, terinspirasi untuk merancang apa saja yang akan dia lakukan jika suatu saat nanti ia menjadi jutawan. Semua gagasan itu di wujudkan dalam permainan. Sebuah permainan uang dengan mengunakan versinya sendiri (Terlepas dari apakah Charles Darrow pernah memainkan permainan The LandLord sebelumnya)

- Sampai tahun 1930 Charles tidak sanggup lagi untuk menangani permintaan yang datang. Ia kemudian menjual hak patennya kepada perusahaan yang sama dengan Magie, yaitu Parker Brother dan menarik royalty untuk tiap permainan yang terjual.

- Pada awalnya Parker Brother sempat menolak dengan berbagai alasan. Salah satu alasan nya adalah sudah ada permainan yang serupa dengan permainan tersebut. Akan tetapi karena melihat tingginya penjualan permainan ini pada hari natal 1934, Parker Brother mulai berubah pikiran.

- Tahun 1935 Permainan Monopoli versi Charles membooming, Magie pun ikut mengklaim hak nya atas penjualan permainan tersebut, Maka Parker Brother kembali memproduksi dan memasarkan permainan tersebut dengan tiga nama yang berbeda , Salah satunya dengan nama The LandLord Games yang sempat terjual beberapa ratus salinan sebelum di hentikan.

- Menjelang tahun 1970,sejarah awal dari permainan monopoli mulai terhapus, Masyarakat lebih mengenal permainan Monopoli yang diciptakan oleh Charles Darrow. Sejarah ini juga diceritakan dalam buku The Monopoly Book: Strategy and Tactics of the World's Most Popular Game, oleh Maxine Brady yang dicetak dalam tahun 1974.

The Billion Dollar Monopoly Swindle- Profesor Ralph Anspach pernah melayangkan tuntutan kepada Parker Brothers mengenai hak tanda perniagaan permainan Monopoly.

-Profesor Anspach juga menerbitkan buku mengenai penyelidikannya dengan judul The Billion Dollar Monopoly Swindle (Penipuan Monopoly Berbilion Dollar) di mana dia menghujahkan sejarah awal permainan Monopoly dan perkembangan permainan tersebut.

-Tuntutan ini berlarutan hingga pertengahan tahun 1980-an dan status perundangan hak milik perniagaan permainan Monopoly tergantung tanpa rumusan. Kini hak tersebut masi dipegang oleh Parker Brother dan mengakui Charles Darrow sebagai pemilik sah permainan monopoly.

- Perlu di ketahui bahwa kini permainan Monopoly adalah merek internasional yang dimiliki Hasbro (Induk dari Parker Brother) dan sudah dijual lebih dari 105 negara dan diterjemahkan dalam 39 bahasa.

Monopoly edisi indonesia
- Kini melalui PT NewBoy Indonesia, kita dapat menikmati permainan monopoli edisi Indonesia. Bertempat di Atrium Plaza Senayan, Monopoly Edisi Indonesia resmi dijual per 1 April 2009. Untuk edisi Indonesia, Hasbro memastikan properti-properti dalam permainan ini memakai nama-nama jalan, fasilitas umum, stasion serta bandara yang ada di Indonesia. Monopoly Edisi Indonesia ini dijual dengan harga Rp 299.900,-

- Pingin ikutan main monopoli tapi ga ada lawan main? Mainkan aja di Monopolylive, anda dapat memainkan secara online, Monopolylive juga menyediakan hadiah buat para pemenang setiap harinya.. So buat anda yang merasa jagoan.. Buruan!!!

- Baca juga bagaimana perjalanan hidup Charles Darrow terinspirasi menciptakan permainan monopoly ini "Jangan Biarkan Impian Anda Padam"

Sumber : Wiki,kompas,monopolylive

Biografi Kong Hu Cu

Tak salah lagi, Kong Hu-Cu seorang filosof besar Cina. Dan tak salah lagi, dialah orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang paling mendasar. Filosofinya menyangkut moralitas orang perorang dan konsepsi suatu pemerintahan tentang cara-cara melayani rakyat dan memerintahnya liwat tingkah laku teladan- telah menyerap jadi darah daging kehidupan dan kebudayaan orang Cina selama lebih dari dua ribu tahun. Lebih dari itu, juga berpengaruh terhadap sebahagian penduduk dunia lain. Lahir sekitar tahun 551 SM di kota kecil Lu, kini masuk wilayah propinsi Shantung di timur laut daratan Cina. Dalam usia muda ditinggal mati ayah, membuatnya hidup sengsara di samping ibunya.


Waktu berangkat dewasa dia jadi pegawai negeri kelas teri tapi sesudah selang beberapa tahun dia memutuskan mendingan copot diri saja. Sepanjang enam belas tahun berikutnya Kong Hu-Cu jadi guru, sedikit demi sedikit mencari pengaruh dan pengikut anutan filosofinya. Menginjak umur lima puluh tahun bintangnya mulai bersinar karena dia dapat kedudukan tinggi di pemerintahan kota Lu.

Sang nasib baik rupanya tidak selamanya ramah karena orang-orang yang dengki dengan ulah ini dan ulah itu menyeretnya ke pengadilan sehingga bukan saja berhasil mencopotnya dari kursi jabatan tapi juga membuatnya meninggalkan kota. Tak kurang dari tiga belas tahun lamanya Kong Hu-Cu berkelana ke mana kaki melangkah, jadi guru keliling, baru pulang kerumah asal lima tahun sebelum wafatnya tahun 479 SM.

Kong Hu-Cu kerap dianggap selaku pendiri sebuah agama; anggapan ini tentu saja meleset. Dia jarang sekali mengkaitkan ajarannya dengan keTuhanan, menolak perbincangan alam akhirat, dan mengelak tegas setiap omongan yang berhubungan dengan soal-soal metaflsika. Dia -tak lebih dan tak kurang- seorang filosof sekuler, cuma berurusan dengan masalah-masalah moral politik dan pribadi serta tingkah laku akhlak.

Ada dua nilai yang teramat penting, kata Kong Hu-Cu, yaitu “Yen” dan “Li:” “Yen” sering diterjemahkan dengan kata “Cinta,” tapi sebetulnya lebih kena diartikan “Keramah-tamahan dalam hubungan dengan seseorang.” “Li” dilukiskan sebagai gabungan antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan santun.

Pemujaan terhadap leluhur, dasar bin dasarnya kepercayaan orang Cina bahkan sebelum lahirnya Kong Hu-Cu, lebih diteguhkan lagi dengan titik berat kesetiaan kepada sanak keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Ajaran Kong Hu-Cu juga menggaris bawahi arti penting kemestian seorang istri menaruh hormat dan taat kepada suami serta kemestian serupa dari seorang warga kepada pemerintahannya. Ini agak berbeda dengan cerita-cerita rakyat Cina yang senantiasa menentang tiap bentuk tirani. Kong Hu-Cu yakin, adanya negara itu tak lain untuk melayani kepentingan rakyat, bukan terputar balik. Tak jemu-jemunya Kong Hu-Cu menekankan bahwa penguasa mesti memerintah pertama-tama berlandaskan beri contoh teladan yang moralis dan bukannya lewat main keras dan kemplang. Dan salah satu hukum ajarannya sedikit mirip dengan “Golden Rule” nya Nasrani yang berbunyi “Apa yang kamu tidak suka orang lain berbuat terhadap dirimu, jangan lakukan.”

Pokok pandangan utama Kong Hu-Cu dasarnya teramat konservatif. Menurut hematnya, jaman keemasan sudah lampau, dan dia menghimbau baik penguasa maupun rakyat supaya kembali asal, berpegang pada ukuran moral yang genah, tidak ngelantur. Kenyataan yang ada bukanlah perkara yang mudah dihadapi. Keinginan Kong Hu-Cu agar cara memerintah bukan main bentak, melainkan lewat tunjukkan suri teladan yang baik tidak begitu lancar pada awal-awal jamannya. Karena itu, Kong Hu-Cu lebih mendekati seorang pembaharu, seorang inovator ketimbang apa yang sesungguhnya jadi idamannya.

Kong Hu-Cu hidup di jaman dinasti Chou, masa menyuburnya kehidupan intelektual di Cina, sedangkan penguasa saat itu tidak menggubris sama sekali petuah-petuahnya. Baru sesudah dia wafatlah ajaran-ajarannya menyebar luas ke seluruh pojok Cina.

Berbetulan dengan munculnya dinasti Ch’in tahun 221 SM, mengalami masa yang amat suram. Kaisar Shih Huang Ti, kaisar pertama dinasti Ch’ing bertekat bulat membabat habis penganut Kong Hu-Cu dan memenggal mata rantai yang menghubungi masa lampau. Dikeluarkannya perintah harian menggencet lumat ajaran-ajaran Kong Hu-Cu dan menggerakkan baik spion maupun tukang pukul dan pengacau profesional untuk melakukan penggeledahan besar-besaran, merampas semua buku yang memuat ajaran Kong Hu-Cu dan dicemplungkan ke dalam api unggun sampai hancur jadi abu. Kebejatan berencana ini rupanya tidak juga mempan. Tatkala dinasti Ch’ing mendekati saat ambruknya, penganut-penganut Kong Hu-Cu bangkit kembali bara semangatnya dan mengobarkan lagi doktrin Kong Hu-Cu. Di masa dinasti berikutnya (dinasti Han tahun 206 SM - 220 M). Confucianisme menjadi filsafat resmi negara Cina.

Mulai dari masa dinasti Han, kaisar-kaisar Cina setingkat demi setingkat mengembangkan sistem seleksi bagi mereka yang ingin jadi pegawai negeri dengan jalan menempuh ujian agar yang jadi pegawai negeri jangan orang serampangan melainkan punya standar kualitas baik ketrampilan maupun moralnya. Lama-lama seleksi makin terarah dan berbobot: mencantumkan mata ujian filosofi dasar Kong Hu-Cu. Berhubung jadi pegawal negeri itu merupakan jenjang tangga menuju kesejahteraan material dan keterangkatan status sosial, harap dimaklumi apabila di antara para peminat terjadi pertarungan sengit berebut tempat. Akibat berikutnya, ber generasi-generasi pentolan-pentolan intelektual Cina dalam jumlah besar-besaran menekuni sampai mata berkunang-kunang khazanah tulisan-tulisan klasik Khong Hu-Cu. Dan, selama berabad-abad seluruh pegawai negeri Cina terdiri dari orang-orang pandangannya berpijak pada filosofi Kong Hu-Cu. Sistem ini (dengan hanya sedikit selingan) berlangsung hampir selama dua ribu tahun, mulai tahun 100 SM sampai 1900 M.

Tapi, Confucianisme bukanlah semata filsafat resmi pemerintahan Cina, tapi juga diterima dan dihayati oleh sebagian terbesar orang Cina, berpengaruh sampai ke dasar-dasar kalbu mereka, menjadi pandu arah berfikir selama jangka waktu lebih dari dua ribu tahun.

Ada beberapa sebab mengapa Confucianisme punya pengaruh yang begitu dahsyat pada orang Cina. Pertama, kejujuran dan kepolosan Kong Hu-Cu tak perlu diragukan lagi. Kedua, dia seorang yang moderat dan praktis serta tak minta keliwat banyak hal-hal yang memang tak sanggup dilaksanakan orang. Jika Kong Hu-Cu kepingin seseorang jadi terhormat, orang itu tidak usah bersusah payah menjadi orang suci terlebih dahulu. Dalam hal ini, seperti dalam hal ajaran-ajarannya yang lain, dia mencerminkan dan sekaligus menterjemahkan watak praktis orang Cina. Segi inilah kemungkinan yang menjadi faktor terpokok kesuksesan ajaran-ajaran Kong Hu-Cu. Kong Hu-Cu tidaklah meminta keliwat banyak. Misalnya dia tidak minta orang Cina menukar dasar-dasar kepercayaan lamanya. Malah kebalikannya, Kong Hu-Cu ikut menunjang dengan bahasa yang jelas bersih agar mereka tidak perlu beringsut. Tampaknya, tidak ada seorang filosof mana pun di dunia yang begitu dekat bersentuhan dalam hal pandangan-pandangan yang mendasar dengan penduduk seperti halnya Kong Hu-Cu.

Confucianisme yang menekankan rangkaian kewajiban-kewajiban yang ditujukan kepada pribadi-pribadi ketimbang menonjolkan hak-haknya -rasanya sukar dicerna dan kurang menarik bagi ukuran dunia Barat. Sebagai filosofi kenegaraan tampak luar biasa efektif. Diukur dari sudut kemampuan memelihara kerukunan dan kesejahteraan dalam negeri Cina dalam jangka waktu tak kurang dari dua ribu tahun, jelaslah dapat disejajarkan dengan bentuk-bentuk pemerintahan terbaik di dunia.

Gagasan filosofi Kong Hu-Cu yang berakar dari kultur Cina, tidaklah berpengaruh banyak di luar wilayah Asia Timur. Di Korea dan Jepang memang kentara pengaruhnya dan ini disebabkan kedua negeri itu memang sangat dipengaruhi oleh kultur Cina.

Saat ini Confucianisme berada dalam keadaan guram di Cina. Masalahnya, pemerintah Komunis berusaha sekuat tenaga agar kaitan alam pikiran penduduk dengan masa lampau terputus samasekali. Dengan gigih dan sistematik Confucianisme digempur habis sehingga besar kemungkinan suatu saat yang tidak begitu jauh Confucianisme lenyap dari bumi Cina. Tapi karena di masa lampau, akar tunggang Confilcianisme begitu dalam menghunjam di bumi Cina, bukan mustahil -entah seratus atau seratus lima puluh lahun yang akan datang - beberapa filosof Cina sanggup mengawinkan dua gagasan besar: Confucianisme dan ajaran ajaran Mao Tse-Tung.

KONG HU-CU (551 SM - 479 SM)

Diambil dari:
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
oleh Michael H. Hart, 1978

Biografi Walter Elias Disney- Pendiri Walt Disney


Kehidupan Walt Disney dapat diringkas dalam pedoman yang diikuti oleh semua orang kaya. Barang siapa ingin suskes, harus bekerja berat, pantang menyerah, dan lebih mengikuti kegandrungan. Walter Elias Disney dilahirkan di Chicago pada tanggal 5 Desember 1901. Ibunya, Flora Call, adalah wanita Jerman, sedangkan ayahnya, Elias Disney, seorang keturunan Irlandia Kanada. Namun ada satu gagasan yang selalu mengusik pikiran Walt Disney gagasan bekerja sendiri terutama karena ia telah mendengar bahwa sebagian karyawan akan tidak diperlukan bila musim sibuk berlalu.


Ia gembira dengan prospek itu karena dua hal. Pertama, ia ingin berdiri sendiri, dan kedua, ia sangat ingin melakukan sesuatu yang baru dan orisinil, tidak hanya memenuhi keinginan bos dan para pelanggan. Disney, bersama dengan seorang teman, Ube Iwerks, mendirikan agen seni periklanannya yang pertama. Pelanggannya yang pertama adalah suatu rangkaian restoran. Disney dan temannya berhasil membuat kesepakatan dengan restoran untuk membangun bengkel kerjanya di bangunan restoran baru itu tanpa membayar sedikit pun. Sebagai imbalan, mereka harus membuat poster-poster iklan untuk restoran itu.

Di samping bekerja untuk memenuhi kontrak ini, mereka bebas untuk mengerjakan proyek lain. Untuk menarik pelanggan, Walt merancang suatu rencana khusus. Ia akan pergi ke suatu toko atau perusahaan dan mencari tahu apakah mereka mempunyai suatu bagian seni. Orang yang memegang pimpinan mungkin menjawab bahwa bagian itu tidak diperlukan. Lalu Walt akan menawarkan jasanya atas dasar freelance, hubungan lepas. Kalau perusahaan itu tidak mempunyai pekerjaan yang harus dikerjakannya, tidak apa-apa. Tetapi kapan pun ada pekerjaan semacam itu yang harus dikerjakan, Walt dan temannya siap memberikan jasanya. Dalam waktu singkat, cara kerja semacam itu memungkinkan Walt dan temannya menabung cukup banyak uang yang tak mungkin dikumpulkannya andaikan mereka bekerja pada satu perusahaan saja.

Bisnis ini tampak memberikan harapan besar, tetapi pada suatu hari Walt menemukan suatu iklan dalam koran yangmenyatakan bahwa Kansas City Film Ad Company memerlukan seorang kartunis. Ia menghadapi dilema: Apakah ia akan mempertahankan bisnisnya dengan Ube atau akan mencoba memenuhi impian sejak masa kanak-kanaknya untuk membuat animasi kartun? Sekali ia telah menguasai kemahiran baru, tak ada yang akan menghalangi dia memulai usahanya sendiri kembali.

Pertimbangan ini mendorong dia memberatkan menerima pekerjaan itu. Pada tahun 1920, Disney akhirnya memasuki dunia animasi kartun. Ia akan segera menciptakan sebuah nama bagi dirinya di bidang itu, dan tokoh-tokoh perannya akan menjadi populer di seluruh dunia.

KC Film Ac Company memegang tanggung jawab atas segala aspek iklan film dan tak berapa lama menyadari kemampuan kartunis muda ini. Tak lama sesudah mulai, Walt diberi tugas membuat poster seorang pria yang mengenakan topi menurut mode mutakhir. Walt menggambar poster itu, tetapi hidung orang itu digantikan dengan gambar bohlam! Ketika poster itu ditampilkan di layar, bos berseru: “akhirnya muncul sesuatu yang baru di tempat ini: Saya sudah bosan dengan wajah-wajah cantik ini.”

Keorisinilan dan visi Walt tentang barang-barang di sekelilingnya membuat beberapa teman dan atasan kurang senang. Mereka sebenarnya iri dan menganggap dia pengacau. Oleh sebab itu, mereka tidak mau membiarkan dia mencoba suatu teknik baru untk menyempurnakan kartun-kartunnya. Ia mempunyai gagasan cemerlang membuat beberapa lukisan dan seluloid, lalu memotretnya dan menumpuknya dan akhirnya memfilmkannya. Pimpinan tidak mau mendengar hal semacam itu. Mereka merasa bahwa cara kerja mereka yang lama sudah cukup memberikan hasil sampai saat itu. Mereka tidak melihat alasan untuk mengubah teknik-teknik mereka, karena dengan cara itu pun para pelanggan sudah puas. Walt Disney tahu bahwa dia benar. Setelah berbulan-bulan membujuk bosnya, Walt akhirnya diperbolehkan membawa pulang salah satu kamera perusahaan untuk melakukan beberapa percobaan. Sejak saat itu, Walt Disney tidak pernah lagi berpaling ke belakang.

Di sebuah garasi kosong yang sudah dirombak jadi studio, ia mulai membuat film-film animasi pendek dengan menggunakan teknik hasil rekaannya. Ia kemudian memperlihatkan hasilnya kepada seorang pemimpin bisokop terkenal. Orang itu sangat terkesan. Sketsa-sketsa dan teknik film Walt sangat berbeda dengan yang sudah-sudah. Film kartunnya yang pertama segera diputar di bioskop-bioskop.

Pada mulanya kartun-kartun ini dimaksudkan untuk menggantikan iklan-iklan agar penonton terus menikmati apa yang muncul di layar selama selang waktu. Walt menyebut film-film itu “Laugh-O-Grams.” Film-film kartun Walt disenangi penonton dan sejak itu di Kansas City Walt Disney tidak lagi diejek sebagai si orang muda eksentrik” tetapi disegani. Gajinya naik. Dalam waktu singkat Disney menjadi orang terkenal di kota itu.

Ia mengembalikan kamera yang dipinjamnya dan membeli kamera sendiri dengan uang simpanannya. Film-film kartun menjadi semakin populer. Walt Disney menyewa ruang kantor yang lebih luas untuk usaha kecilnya, Laugh-O-Grams Corporation dengan modal awal sebesar $15.000. Ia mempekerjakan beberapa magang dan seorang salesman untuk mempromosikan Laugh-O-Grams di New York City. Impiannya untuk mandiri menjadi kenyataan pada waktu ia baru berumur 20 tahun.

Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari KC Film untuk bekerja sendiri sepenuhnya. Tetapi sukses tidak terjadi dengan sendirinya. Biaya produksi tinggi dan sikap perfeksionis Walt Disney (yang membuat dia menanamkan kembali semua uang hasilnya untuk memperbaiki hasilnya), disamping pasaran yang sangat terbatas, segera mengakibatkan kebangkrutan.

Ini merupakan masa suram dalam hidupnya; ia telah beranggapan bahwa masa sulitnya akhirnya berlalu. Ia tidak beruang sedikitpun dan terpaksa tinggal di bengkel dengan makan dan tidur di sebuah bangku kecil, satu-satunya perabot yang dia miliki. Lebih jelek lagi, sekali seminggu ia harus pergi ke stasiun kereta api untuk mandi.

Akhirnya ia berhasil mendapatkan kontrak pembuatan kartun animasi untuk mendidik anak-anak pentingnya menyikat gigi. Pada suatu malam, dokter gigi yang memesan kartun ini datang menemuinya dan mengajak dia ke kantornya. “Tidak bisa,” jawab Disney. “Mengapa?” tanya dokter itu. “Karena saya tidak punya sepatu. Satu-satunya sepatuku ada di tempat tukang sepatu untuk direparasi, dan saya tidak punya uang untuk mengambilnya.”

Walaupun menghadapi keadaan yang serba menyusahkan. Walt Disney tidak putus asa. Ada sebuah gagasan di otaknya. Pada suatu malam bulan Juli 1923, dengan membawa semua uang di dalam saku baju setelan tuanya dari kain minyak berwarna abu-abu, pemuda kurus kering ini naik kereta api menuju Hollywood. Ia bertekad kuat untuk menjadi orang penting dalam dunia perfilman.

Ketika tiba di Hollywood, Walt Disney hanyalah satu di antara banyak orang yang mengharapkan mewujudkan cita-citanya. Kakaknya Ray telah tinggal di California beberapa waktu lamanya, dan ia dengan senang hati mengundang adiknya tinggal di rumahnya. Walt mulai mengunjungi studio-studio film satu per satu. Ia bersedia bekerja apa saja asal ada hubunganya dengan berfilman.

Untuk maju dalam suatu bidang keahlian khusus, orang harus masuk ke dalamnya apa pun pengorbanannya. Disney segera menyadari betapa sulitnya masuk ke studio-studio film Hollywood. Banyak orang lain sebelum dia telah melamar kerja, tetapi ditolak. Walt Disney tidak menjadi patah semangat karenanya. Kalau ada orang lain yang berhasil masuk, mengapa ia tidak? Di matanya, ada dua macam orang: Mereka yang merasa kalah dan terlantar bila mereka tak dapat menemukan pekerjaan dan mereka yang dapat mencari penghasilan dengan cara apa pun dalam masa sulit. Disney selalu berusaha keras agar termasuk dalam golongan kedua.

Pengalaman mengajar dia bahwa orang harus sepenuhnya mengandalkan diri sendiri. Ia kembali ke papan gambar dengan kemauan keras untuk mencari tempat bagi dirinya. Ia menggambar film-film komik dengan maksud dijual kepada pengusaha bioskop. Ia hanya menggunakan kembali pengalaman yang sudah diperolehnya di Kansas City dengan Laugh-O-Grams. Ada seorang pemilik gedung bioskop yang begitu tertarik sehingga ia membeli berseri-seri film komik. Ia bahkan memesan rangkaian cerita Alice in Wonderland yang telah mulai dibuat oleh Walt Disney di Kansas. Kepada Disney ditawarkan uang $1.500. Jumlah sebesar itu jauh lebih besar daripada yang diharapkan. Rangkaian seri Alice in Wonderland ini diputar berurutan sampai tiga tahun. Dengan hasil penjualannya Walt Disney bisa membeli rumah dan bahkan membangun studio filmnya sendiri. Sesudah film-film Alice in Wonderland, Walt ingin menciptakan sesuatu yang baru dan yang benar-benar orisinil. Maka lahirlah makhluk kecil cerdik yang disebutnya “Mickey Mouse”, nama yang diberikan oleh istri Disney, Lillian Bounds. Mickey Mouse dengan cepat menjadi bintang tenar di seluruh dunia, dan bahkan lebih terkenal daripada banyak bintang Hollywood. Walaupun demikian, pada mulanya para produser menyambut kedatangan Mickey dengan kurang bersemangat.

Kira-kira pada waktu itu, film berbicara mulai muncul dan orang mulai memboikot film bisu. Disney pun bereaksi. Dengan kelompok pembantunya, ia memperkenalkan suatu metode baru untuk mensikronkan suara dan animasi. Walt terus mencari teknik-teknik baru untuk memperbaiki kemahirannya. Ia menerapkan pula proses: “teknikolor” yang baru. Dengan teknik baru ini ia tidak perlu lagi menggunakan kombinasi dua warna. Dalam film Bambi, ia menggunakan 46 rona warna hijau untuk hutannya. Kartun berwarnanya yang pertama, Silly Symphony, membuat para penggemar film kegirangan.

Disney makin menyadari bahwa kalau ia mau terus berkarya dengan skala yang lebih besar, ia harus membangun suatu kelompok berotak cerdar, artinya ia harus mengelilingi dirinya dengan asisten-asisten orang pintar yang mampu menawarkan produk bermutu. Untuk memantapkan diri, kami tahu bahwa kami harus melatih sendiri para asisten.

Disney merasa bahwa para kartunis yang bekerja padanya terlalu sering menggunakan cara-cara tipu daya kuno. Ia tahu bahwa satu-satunya cara mengubah keadaan ini adalah dengan mengadakan kursus-kursus latihan bagi mereka. Tujuannya sederhana: memperbaiki mutu lukisan dan teknik animasi. Ketika perusahaannya terus bertambah besar, ia memutuskan pada tahun 1930 untuk mendirikan sekolahnya sendiri, tempat ia akan mengajarkan segala teknik animasi kartun kepada calon-calon kartunis. Sekolah itu segera mulai tampak seperti kebun binatang. Soalnya, untuk membuat tokoh-tokoh kartunnya lebih realistic Disney telah mengubah ruang kelasnya menjadi laboratorium biologi kehidupan nyata dengan berbagai binatang yang diamati oleh para siswa dalam aneka perilaku dan sikapnya selagi tidur, jaga, makan, dan lain-lain. Pengamatan ini akan membantu dia pula untuk membuat film-film dokumenter tentang keajaiban alam pada waktu yang akan datang. Pada tahun 1938, Disney memperkenalkan film animasi panjang tajuk karangannya yang pertama, Snow white. Untuk membuat film ini ia membutuhkan waktu dua tahun penuh kerja keras. Film tersebut merupakan salah satu karya besarnya.

Tidak lama sesudah itu, ia membangun studio film modern di Burbank, California. Di tempat itu ia akan mempekerjakan sebanyak 1.500 orang. Sampai di situ ia tampaknya telah mencapai apa yang diimpikannya. Setahap demi tahap ia menjadi apa yang diinginkannya dahulu. Saya hanya bekerja dengan baik kalau ada hambatanm yang harus kuatasi. Saya khawatir bila segala sesuatu berjalan dengan terlalu lancar karena saya takut terjadinya perubahan mendadak dalam situasi ini.

Setelah Perang Duinia II, Ray dan Walt Disney menerima beberapa kontrak dari ketentaraan untuk membuat film dokumenter dan poster perang. Begitu perang selesai, bisnis makin sibuk bagi Disney Studios, dan Walt semakin mencurahkan perhatiannya pada keahlian seninya. Ia sering bekerja sampai larut malam. Konon, ia sering membongkar-bongkar keranjang sampah kertasnya untuk melihat isinya. Pada keesokan harinya ia akan menyuruh aistennya untuk meneliti apa yang ditemukannya; katanya, potongan-potongan kertas ini sering kali mengandung gagasan besar. Pada masa itulah Walt Disney menciptakan kebanyakan film besarnya, antara lain Cinderella, Peter Pan dan Bambi.

Pada tahun 1950-an, impian fantasmagorik Walt Disney-Disneyland mulai berkembang. Pada waktu itu, semua temannya, terutama bankir-bankirnya, menyatakan bahwa proyek ini gila-gilaan. Sekali lagi, Disney akan menunjukkan bahwa impian manusia dapat menjadi kenyataan.

Gagasan menciptakan Disneyland muncul, ketika ia berjalan-jalan di taman dengan kedua putrinya, Sharon dan Diana. Ia membayangkan sebuah taman wisata sangat luas tempat anak-anak dapat bertemu dengan tokoh kartun yang mereka sayangi. Ketika Walt Disney akhirnya memutuskan untuk proyek tersebut, tidak ada seorang pun atau apa pun dapat mengubah keputusannya.

Disneyland akhirnya terwujud di Anaheim, California, pada tahun 1955. Hari itu hari besar bagi Walt Disney. Ia berkata: Andaikata saya mendengarkan saya sendiri, tamanku ini tidak akan selesai. Inilah, akhirnya, sesuatu yang dapat saya sempurnakan terus-menerus. Pada tahun 1985, Disneyland menyambut pengunjungnya yang ke-250 juta. Ketika Walt Disney meninggal pada tahun 1966, bioskop kehilangan salah seorang penciptanya yang paling besar. Dua prinsip penting telah memotivasi seluruh hidupnya: melakukan apa yang dia nikmati dan percaya akan gagasan-gagasannya. Tanpa prinsip-prinsip ini, ia tak akan pernah menjadi Walt Disney yang besar: penerima 900 tanda kehormatan, 32 Oscar, lima Emmy, dan lima doktor honoris causa, perintis sejarah animasi dan salah seorang manusia terkaya di dunia. Ia telah mewujudkan impian-impiannya jauh melebihi harapannya yang paling muluk.

Referensi :

- http://yapono.wordpress.com/2008/06/07/walt-disney-membangun-kerajaan-hiburan-keluarga/

Sejarah Konfusius (Kong Fu-Tze)

Konfusius merupakan sebutan atau nama latin dari seseorang yang di Cina dikenal dengan Kong Fu-tze. Kong Fu-tze sendiri merupakan panggilan kehormatan yang diberikan kepadanya. Sedangkan namanya sendiri adalah Kong Chiu. Kong merupakan nama marga atau nama keluarganya, sedangkan namanya sendiri adalah Ch’iu (artinya bukit). Ia dilahirkan pada 551 SM di desa Ch’ang Ph’ing, di Qufu negara feodal Lu, di masa pemerintahan dinasti Zhou. Pada bagian ini, kita akan melihat bersama tentang kehidupan Konfusius dan latar belakang keluarganya.


Di dalamnya kita bisa melihat perjalanan hidupnya dari lahir hingga kematiannya, situasi sosial yang melatarbelakangi gagasan dan ajaran-ajarannya, serta karakter pribadi Konfusius. Dengan ini, kita bisa semakin mengenal Konfusius dan dengan begitu hal ini akan membantu kita dalam memahami ajaran dan gagasan-gagasannya.

Riwayat hidup Konfusius ini akan dibagi dalam 5 bagian. Pertama, Leluhur, masa kecil dan masa muda Konfusius (551-531 SM) yang akan melihat asal usul dan latar belakang keluarga Konfusius serta keadaan keluarganya yang miskin; kedua, Masa dewasa muda (531-501 SM) yang akan bercerita tentang kehidupan Konfusius sejak pernikahannya, pekerjaannya setelah menikah dan peristiwa kematian sang ibu; ketiga, masa pelayanan dalam pemerintahan (500-496 SM) yang bercerita tentang Konfusius dipercaya untuk menjalankan pemerintahan di Lu dan diangkat sebagai hakim di Chung-tu. Di sini, kita juga akan melihat proses turunnya Konfusius dari tampuk pemerintahan Lu yang disebabkan oleh adanya persaingan antar negara; keempat, masa mengembara (496-483 SM) berbicara tentang masa-masa sulit yang dialami Konfusius setelah keluar dari Lu; dan kelima, Masa tua dan kematiannya (482-479 SM) yang diwarnai kisah tragis kematian para murid kesayangannya, dan juga berbicara tentang kematiannya sendiri.

Dari seluruh perjalanan dan peristiwa hidup Konfusius ini, terlihat dengan jelas rangkaian hidup seorang ‘guru agung’ yang tidak hanya piawai dalam mengajar murid-muridnya dengan kata-katanya yang bijaksana, tetapi juga menghayati hidup sesuai dengan apa yang diajarkannya sendiri. Dengan ini ia menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang tokoh yang pantas untuk diteladani.

2. Leluhur, Masa Kecil dan Masa Muda

Ketika Cina berada di bawah pemerintahan Dinasti Zhou, terdapatlah seorang bernama Chi yang bergelar Wei. Ia memiliki cucu yang menjadi seorang kepala Negara feodal Min. cucunya tersebut mempunyai dua orang anak bernama Fu-fu Ho dan Fang sze. Tiga keturunan setelah Fu-fu Ho, lahirlah Chang Kao fu, Wu dan Hsuan. Dari Chang Kao-fu inilah lahir Kong Fu Chia, yang darinya nama marga Kong berasal.
Pada jamannya, Kong Fu-chia dikenal sebagai seorang pejabat pemerintahan yang loyal dan jujur. Selain itu ia memiliki seorang istri yang sangat cantik. Suatu ketika bangsawan Huang tu, bertandang ke rumahnya dan diterima oleh Kong Fu-chia bersama istrinya. Setelah melihat istri Kong Fu-chia ia tertarik dengan kecantikannya dan berusaha untuk memilikinya. Hal ini mengakibatkan terjadinya perseteruan di antara kedua keluarga tersebut. Untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, bangsawan Huang tu tidak segan-segan menggunakan kekuasannya. Karena merasa terancam, Kong Fu-chia melarikan diri dan menetap di Lu. Selama dalam pelarian, mereka hanya yang membawa barang-barang yang diperlukan untuk di perjalanan. Karenanya tidaklah mengherankan jika ketika mereka tiba dan mulai menetap di Lu, mereka hidup dalam keadaan sangat miskin. Stelah menetap di Lu, Kong Fu-chia berganti nama, dan dikenal sebagai Kong Fang-shu.

Kong Fang-shu, mempunyai seorang anak bernama Po-Hsia. Darinya lahirlah Shu Liang-ho yang tidak lain adalah ayah Konfusius. Konfusius merupakan anak laki-laki pertamanya, setelah sebelumnya ia menikah dan dikarunia 9 orang anak perempuan. Konfusius lahir ketika ayahnya berusia 64 tahun. Ibunya bernama Zheng-zhai yang berasal dari keluarga Yen yang tinggal di daerah Song.
Pada masa mudanya, Shu Liang-ho dikenal sebagai seorang perajurit Lu. Ia terkenal karena keberanian dan kepahlawanannya. Ketika terjadi pertempuran di Biyang pada 563 SM. Pada waktu itu Lu berada di bawah kekuasaan Xiang. Karena meletus pemberontakan di Biyang, ia memerintahkan Jendral Meng Sun-mie dan pasukannya untuk menyerbu daerah itu. Shu Liang ho merupakan salah satu anggota pasukan yang dipilih untuk menumpas pemberontakan di Biyang. Ketika sampai di perbatasan kota itu, Jendral Meng Sun-mie dan pasukannya melihat bahwa pintu gerbang telah terbuka. Saat itu juga mereka menyadari kemungkinan akan adanya perangkap di baliknya. Untuk memastikannya, dikirimlah beberapa pasukan dengan mengendarai kereta perang untuk masuk ke dalamnya. Ketika sampai di dalam, pasukan pemberontak datang menyerbu. Melihat hal ini mereka segera berbalik keluar di bawah hujan anak panah. Sementara pintu gerbang mulai menutup. Ketika pintu gerbang kota itu hampir tertutup seluruhnya dan melihat bahwa masih ada beberapa teman yang tertinggal di dalamnya, Shu Liang ho segera melompat dan berlari mendekati pintu gerbang kota yang hampir tertutup itu. Dengan sekuat tenaga, ia menahannya dengan bahunya hingga seluruh temannya dapat keluar dan meninggalkan tempat itu dengan selamat.

Ketika berusia 3 tahun, Shu Liang ho, ayahnya meninggal dunia dan dikuburkan di Fang shan. Fang shan terletak di Lu bagian timur. Meskipun demikian, sampai ibunya meninggal dunia, ia tidak tahu di mana letak makam ayahnya. Sejak saat itu Konfusius dibesarkan dan dididik oleh ibunya. Ketika masih anak-anak, Konfusius sering bermain upacara mempersembahkan kurban kepada leluhur. Ketertarikannya pada permainan tersebut, berawal ketika ibunya memberikan ijin untuk melihat langsung upacara persembahan kurban yang diadakan di ibu kota Lu. Sepulangnya dari sana, ia langsung menirukan apa yang dilalukan oleh pemimpin upacara persembahan kurban (master of ceremony) ketika menjalankan tugasnya. Sejak saat itu ia tidak pernah melewatkan waktu untuk menyaksikan secara langsung upacara persembahan kurban setiap kali diadakan di ibu kota Lu.

Ia menghabiskan masa remajanya dengan belajar. Ia mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang pertama dari ibunya sendiri. Meskipun demikian, dengan kecerdasannya dan dibarengi oleh kedisiplinan yang diterapkan oleh ibunya, kemampuan berpikir dan kecerdasannya berkembang dengan baik. Ibunya mengajarkan enam pelajaran pokok (six art) yang meliputi ritual, musik, memanah, mengendarai kereta perang, berhitung dan menulis kaligrafi Cina. Ia hanya dapat menguasai dengan baik empat mata pelajaran saja yaitu ritual, musik, menulis kaligrafi Cina dan berhitung. Sedangkan dua mata pelajaran lain yang kurang begitu dikuasainya adalah memanah dan mengendarai kereta perang. selain itu, ia juga belajar enam kitab klasik yaitu kitab lagu-lagu dari jaman kuno (The Book of Songs), kitab Sejarah (The Book of History), kitab Ritual (The Book of Rites), kitab Music (The Book of Music) dan Yi Ching (The Book of Change), serta Risalah Musim semi dan musim gugur (The Spring and Autumn Annals) yang kemudian ia perbaharui dan redaksi ulang di usia tuanya.

Karena ibunya semakin sibuk dengan urusan rumah tangga, sementara ia tidak ingin pelajaran untuk anaknya terhambat. Ia memasukkan anaknya ke sekolah negeri. Tetapi hal ini hanya berlangsung selama tiga tahun, karena Konfusius kecil merasa kurang mendapatkan pelajaran yang sesuai dengan kecerdasannya.

Hal ini terjadi karena baginya pelajaran di sekolah tersebut terlalu mudah sehingga merasa bahwa di situ ia kurang bisa berkembang. Karena itu ibunya membawa Konfusius kecil kepada kakeknya (orang tua Zheng zai) untuk mendapatkan pelajaran tambahan. Hal ini membuat pengetahuannya tentang enam pelajaran pokok semakin mendalam, karena dari kakeknya, Konfusius dapat belajar memanah dan mengendarai kereta perang dengan lebih baik. Dengan mempelajari enam mata pelajaran pokok dan enam kitab klasik, tampak bahwa apa yang dipelajari Konfusius merupakan sesuatu yang mendasar dan penting bagi hidupnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakannya, “ketika aku masih muda, keluargaku sangat miskin, karena itu aku harus dapat menguasai banyak hal tapi yang aku kuasai haruslah sesuatu yang berguna saja bagi hidupku.” (The Analects 9:6)

Rupanya, pendidikan yang diperoleh dari ibunya dan ditambah lagi tempaan dari kakeknya dan kecerdasannya yang luar biasa membuatnya memiliki sikap yang baik dan kemampuan untuk bekerja dalam masyarakat. Selain itu, teladan dan kedisiplinan yang diberikan dan diterapkan oleh kakeknya ikut pula menjadi satu hal yang mendasari karakternya.


3. Masa Dewasa Muda

Ketika berusia 19 tahun, Konfusius menikah dengan seorang perempuan dari keluarga Qiguan yang tinggal di Song. Keluarga ini merupakan keluarga baik-baik. Di dalam keluarga tersebut terdapat empat orang gadis cantik yang berkeutamaan, rajin bekerja, serta memiliki kata-kata dan sikap yang baik. Konfusius menikah dengan salah satu dari mereka. Setahun setelah pesta pernikahannya keluarga baru tersebut dikaruniai seorang anak. Pada saat kelahiran anaknya seorang bangsawan di Lu bernama Chao datang mengunjunginya dan memberinya hadiah sepasang ikan gurame (li). Kemudian anak tersebut diberi nama Li Boyu.

Kemungkinan besar, setelah menikah, ia bekerja sebagai pejabat rendahan di kota Cheng di bawah keluarga Mengsun Xie sebagai seorang penjaga lumbung gandum dan merangkap sebagai petugas penarik pajak hasil bumi. Pada saat pertama kali bertemu Konfusius, Mengsun menyadari bahwa Konfusius merupakan seorang yang sangat bertalenta. Karena itu, ketika telah dekat masa panen, ia memutuskan untuk bekerja padanya. Akhirnya ia pun mengundang Konfusius dan mengangkatnya sebagai seorang pegawai rendahan dan menempatkannya di kota Cheng.

Selama menjalankan tugasnya, ia membuat berbagai macam perbaikan yang dianggap perlu. Di antaranya adalah sistem penarikan pajak hasil bumi. Telah menjadi rahasia umum bahwa pada masa itu, seorang penarik pajak dipandang sebagai orang korup. Karena mereka menarik pajak melebihi jumlah yang ditentukan, dan lebih dari itu hasil kelebihannya dipakai untuk kepentingannya sendiri. Keadaan seperti ini tentu saja memberatkan masyarakat yang wajib menyetor pajak hasil bumi. Tentang hal ini perbaikan yang dibuatnya adalah dengan memberikan pengurangan jumlah hasil bumi dan hukuman bagi mereka yang terlambat menyetorkannya. Mereka yang membayar sebelum tanggal yang ditetapkan akan mendapatkan pengurangan jumlah gandum yang harus disetorkan sebanyak 10 % dari jumlah yang telah ditentukan; bagi mereka yang membayar tepat waktu dikenakan potongan sebesar 5 %; mereka yang terlambat harus menyetorkan 10% lebih banyak dari yang seharusnya; sementara mereka yang menolak untuk membayar pajak, tanahnya akan diambil dan diserahkan pada orang lain untuk diolah. Jika seseorang tidak dapat membayar pajak atau tidak mampu memenuhi jumlah yang ditentukan karena gagal panen (tanaman gandumnya kena hama atau penyakit, ia harus membuat laporan secepatnya dan mengajukan permohonan agar dibebaskan dari pembayaran pajak. Selain itu ia selalu memberikan laporan rutin tentang hasil kerjanya terhadap Mengsun Xizi, serta mendiskusikan beberapa hal penting yang terkait dengan pekerjaannya.
Dengan adanya perbaikan itu, pembayaran pajak berlangsung dengan lebih lancar dan orang merasa tidak terbebani. Hal ini membuat Mengsun Xizi merasa puas dan merasa sangat terbantu. Setahun kemudian Konfusius dipercaya untuk bekerja sebagai pejabat rendahan yang bertanggung jawab atas pertanian dan peternakan. Ketika memegang jabatan tersebut, ia mengatakan bahwa “tanaman harus tumbuh dengan subur dan kambing serta seluruh hewan ternak harus gemuk dan sehat.” Selain itu ia juga menjadikan kedua hal tersebut sebagai perhatian utamanya. Hasilnya pun sungguh mengagumkan, tanaman menghasilkan banyak panenan, sementara seluruh hewan ternak terpelihara dengan baik dan sehat. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan Konfusius dalam menata dan mengatur pekerjaannya. Selain itu, ia juga tidak pernah lupa untuk memberikan laporan rutin kepada Mensun Xizi.

Di usianya yang ke-22, Konfusius memutuskan untuk menjadi guru. Tanpa ragu, ia menggunakan tempat tinggalnya sebagai tempat untuk mengajar anak-anak muda yang ingin belajar kebijaksanaan klasik darinya. Ia tidak pernah menolak berapa pun uang yang diberikan oleh para murid sebagai penghargaan atas pengajaran yang diberikannya. Maka tidaklah mengherankan, jika ia memiliki banyak murid yang berasal dari berbagai kalangan. Meskipun demikian, ia tidak sembarangan mengajar. Ia selalu menetapkan standar yang tinggi terhadap setiap muridnya. Selain itu metode yang dipakainya dalam mengajar disesuaikan dengan karakteristik serta kemampuan dasar murid-muridnya. Dari sini dengan jelas terlihat bahwa tujuan pendidikan Konfusius adalah mengembangkan diri dan potensi dari masing-masing muridnya. Konfusius ingin agar para muridnya memiliki kemampuan untuk berpikir sendiri dan tidak sekedar mengikuti pemikiran gurunya. Ia ingin murid-muridnya dapat mengembangkan sendiri apa yang telah diterima dari gurunya. Semakin hari jumlah muridnya semakin bertambah, bahkan hingga mencapai 3000 orang.

Pada 527 SM, ibu Konfusius meninggal dunia. hal ini membawa kesedihan yang sangat mendalam baginya. Ia selalu ingat berkat usaha keras ibunya, ia menjadi seorang yang terpelajar, mengerti tata krama, serta menguasai enam pelajaran pokok. ia merasa sangat berhutang budi padanya, terlebih ibunya telah membesarkannya sendiri sejak ia berusia 3 tahun. Konfusius ingin menguburkan jenazah ibunya satu liang dengan makam ayahnya seturut tradisi leluhurnya yang masih merupakan keluarga bangsawan pada masa Dinasti Shang. Tetapi sayangnya, ia tidak mengetahui di mana ayahnya dimakamkan. Hal ini terjadi karena ayahnya telah meninggal dunia ketika ia berusia 3 tahun dan ibunya belum sempat memberitahukan keberadaan makam ayahnya kepadanya. Karena itu, Konfusius berusaha untuk mencari tahu letak makam ayahnya dengan pergi ke Wufu yang berada di luar kota Qufu, sambil membawa peti mati yang berisi jenasah ibunya. Setelah lama menunggu, akhirnya ada seorang nenek tua yang sedang lewat jalan itu. Tanpa diduga ternyata ia adalah teman lama ibunya. Kemudian ia mengatakan bahwa ayah Konfusius dimakamkan di lereng Gunung Fangshan yang terletak di sebelah timur Qufu. Mendengar hal ini, Konfusius segera berlutut untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Akhirnya tanpa menunggu lama, Konfusius pun membawa jenasah ibunya ke sana. Ia memakamkan ibunya satu liang dengan jenasah ayahnya. Setelah itu ia membuat nisan setinggi 4 kaki di atasnya, serta mengadakan upacara kematian untuk orang tuanya. Konfusius meratapi kematian ibunya selama 3 tahun, sesuai dengan tata krama seorang anak (rule of propriety).

Peristiwa kematian ibunya digunakan Konfusius untuk memberikan beberapa ajaran kepada para muridnya. Ia mengatakan bahwa sebagai seorang anak, kita mempunyai tugas untuk memberikan penghormatan yang dilandasi oleh rasa terima kasih dan cinta yang mendalam kepada orang tua kita, pada saat mereka meninggal dunia.[17] Setelah masa berkabungnya berakhir, Konfusius segera kembali ke Qufu. Di sana ia melanjutkan aktivitasnya sehari-hari dengan mengajar murid-muridnya. Selain itu ia terus melanjutkan studinya tentang karya-karya literatur kuno dan belajar dari sejarah pemerintahan dinasti-dinasti sebelumnya.

Konfusius meyakini bahwa keutamaan itu dekat dengan musik. Dalam pandangannya, musik dapat melunakkan hati yang keras dan dapat digunakan untuk memperbaiki temperamen seseorang. Karena itu ia ingin seluruh puisi-puisi kuno yang telah dikoleksinya dapat dilagukan dan dinyanyikan dengan iringan alat-alat musik. Konfusius dapat memainkan beberapa jenis alat musik tabuh dan tiup seperti tambur dan seruling. Meskipun demikian, ia kurang mahir dalam memainkan alat musik petik. Padahal menurutnya, alat musik petik mampu menghasilkan suara yang lebih baik ketika digunakan untuk mengiringi sebuah lagu dari pada alat musik lainnya. Ketika diberi tahu bahwa di dalam kelompok musik istana Lu terdapat seorang pemain musik bernama Shi Xiangzi yang mampu memainkan alat musik petik dengan sangat baik, ia memutuskan untuk pergi ke tempat Shi Xiangzi untuk belajar. Shi Xiangzi tinggal di negara feodal Jin.

Di bawah bimbingan Shi Xiangzi, ia tidak sekedar belajar untuk bernyanyi dan memainkan alat musik. Gurunya itu juga mengajarkan makna dari setiap irama musik yang dimainkannya. Dengan kecerdasannya, ia mampu menyerap apa yang diajarkan gurunya itu dengan lebih cepat. Karena itu, tidak mengherankan jika Konfusius pun mengalami kemajuan pesat dalam bermusik. Bahkan ia sanggup menebak dengan benar sifat dan pribadi pengarang sebuah lagu hanya dengan mendengarkan irama lagu yang dimainkannya.

Dalam sebuah perjalanan, Konfusius dan murid-muridnya melalui lereng Gunung Tai. Di sana ia tampak olehnya seorang ibu yang sedang menangis di sebuah makam. Melihat hal itu, ia meminta Tse lu untuk menanyakan apa yang membuat ibu tersebut menangis. Kemudian ibu itu menjawab bahwa suami, ayah mertua dan anaknya telah mati karena terbunuh oleh harimau yang ada di gunung itu. Mendengar jawaban ini, tse lu bertanya lagi, mengapa dia tidak pergi dan meninggalkan tempat itu. Pertanyaan ini dijawab perempuan itu dengan mengatakan bahwa di tempat ia tinggal, tidak ada penindasan dan kesewenang-wenangan pemerintah. Mendengar jawaban ini, Konfusius berkata kepada murid-muridnya bahwa pemerintah yang sering menindas rakyatnya dengan kejam itu lebih kejam dari seekor harimau.[21]

Apa yang diajarkan Konfusius kepada para muridnya saat itu menunjukkan bahwa meskipun tidak terlibat secara langsung dalam urusan pemerintahan negara Lu, Konfusius memiliki perhatian yang besar akan situasi yang terjadi di negara tersebut. Perhatian akan situasi yang terjadi di Lu ini membawa pengaruh terhadap pemikiran dan ajaran-ajarannya yang didasarkan pada kebajikan dan keteladanan setiap pribadi sehingga tercipta keharmonian dan keteraturan di dalam masyarakat.[22] Menurutnya, hal ini harus dimulai dari keluarga.

3. Masa Pelayanan Dalam Pemerintahan

Pada 501 SM, Konfusius menjalankan kehidupan public di pemerintahan. Ia diangkat sebagai hakim dan pemimpin di kota Zhong du. Pada waktu itu, Konfusius berusia 50 tahun. Kota tersebut terletak 90 li (sekitar 30 km) dari ibu kota Lu. Zhong du sebenarnya merupakan daerah yang subur, tetapi karena perdana menteri yang tidak kompeten, perseteruan dan intrik politik di antara para pejabat negara, membuat rakyat hidup menderita dan tertekan. Langkah pertama yang dilakukan Konfusius begitu sampai di kantornya adalah mempromosikan pegawai dan pejabat yang jujur dan taat hukum; mereka yang kemampuannya kurang memadai diturunkan dari jabatannya; sedangkan mereka yang menyalahgunakan wewenang dan jabatannya demi kepentingan pribadi dimasukkan ke dalam penjara.

Sebelum menentukan apa yang hendak dilakukan untuk masyarakat Zhongdu, ia terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk melihat kehidupan rakyat dan situasi di kota itu secara langsung. Setelah itu ia menetapkan kebijakan yang dirasanya tepat untuk diterapkan di Zhong du untuk memperbaiki keadaan di sana. Dengan segera ia melakukan pembenahan yang perlu di sana, dan hal ini dilakukan melalui pendidikan moral kepada rakyat Zhong du baik dengan kata-kata atau pun tindakan-tindakannya yang pantas untuk diteladani. Karena itu tidaklah mengherankan jika dalam waktu singkat (tiga bulan), dia berhasil mewujudkan pembaharuan kehidupan moral di sana. Pada masa itu, rakyat Zhong du benar-benar memiliki sikap hidup dan pemikiran yang selaras dengan tatanan moral; mereka menghormati orang yang lebih tua, dan memperlakukan yang orang-orang muda dengan penuh cinta dan kebaikan hati.

Atas keberhasilannya memimpin Zhong du, Konfusius dipercaya menjadi menteri pembangunan (the minister of construction) yang bertanggung jawab atas perencanaan tempat peribadatan atau kuil, istana, tata kota ibu kota Lu, pembangunan sarana pengairan dan jembatan. Pada intinya, ia bertanggung jawab atas perencanaan bangunan fisik yang berguna bagi rakyat Lu. Di sela-sela kesibukannya, ia selalu meluangkan waktu untuk mengajar murid-muridnya. Selanjutnya ia diangkat sebagai menteri keadilan yang bertugas menciptakan keamanan Lu. Dengan kebijaksanaan dan integritasnya, ia selalu dapat memecahkan persoalan dan permasalah seputar hukum. Ia juga menjatuhkan hukuman dengan adil dan memberikan hukuman yang sifatnya mendidik sesuai dengan tingkat kesalahan setiap orang yang berbuat jahat. Keberhasilannya ini membuat wewenang dan kekuasaannya meningkat dengan pesat.
Dalam menjalankan administrasi negara, Konfusius memperkuat kedudukan negara dan memperlemah sistem kekeluargaan. Selain itu ia selalu menerapkan ajaran-ajaran klasik yang telah dikuasainya dengan baik dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini secara tidak langsung menjadi suatu pendidikan moral bagi setiap rakyat Lu. Akibatnya, setiap orang yang tinggal di sana memiliki loyalitas dan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah dan diri mereka sendiri. Di sana, setiap orang melakukan segala sesuatu sejalan dengan prinsip-prinsip moralitas, sehingga tercapai keteraturan dan keselarasan dalam kehidupan sosial di Lu.

Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Perubahan yang terjadi di Lu terdengar hingga ke luar negeri. Hal ini membuat para pemimpin negara tetangga menjadi iri dan takut. Perasaan tersebut terkait erat dengan kekhawatiran beberapa pimpinan negara tetangga bahwa Lu akan menyerang daerah-daerah di sekitarnya untuk memperluas wilayah dan memperkuat kedudukannya. Kemudian beberapa kepala negara tetangga Lu berunding untuk mencari cara bagaimana mereka dapat memperlemah Lu. Karena itu segera dipilih 80 gadis cantik dan 120 ekor kuda yang terbaik, lalu dikirim ke Lu kepada bangsawan Ding sebagai hadiah. Dengan sembunyi-sembunyi, seorang pejabat Lu bernama Chi Huan menerima semua pemberian itu dan menghantarkannya kepada bangsawan Ding. Selanjutnya, bangsawan Ding menerima pemberian itu dan mulai larut dalam pesta pora dan kesenangan pribadi. Akibatnya banyak urusan negara dan pelayanan kepada rakyat yang terabaikan. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan bangsa Lu, dan bahkan dapat membuat negara Lu menjadi lemah.

Melihat hal ini, Tze Lu meminta Konfusius untuk segera meninggalkan Lu. Tetapi Konfusius menolaknya dan lebih memilih untuk menunggu hingga datangnya penyelenggaraan upacara persembahan kurban kepada dewa Langit pada musim semi berikutnya. Dengan ini Konfusius bermaksud untuk memberi kesempatan kepada bangsawan Ding untuk kembali kepada prinsip-prinsip moral seperti semula. Akan tetapi, ketika ia melihat bahwa upacara persembahan kurban dilaksanakan secara asal-asalan dan tanpa keantusiasan, ia merasa sangat kecewa. Karena itu dengan berat hati, Konfusius pun akhirnya pergi meninggalkan Lu. Peristiwa itu sekaligus menandai dimulainya masa pengembaraan selama 13 tahun yang harus dijalani oleh Konfusius dan beberapa muridnya.

4. Masa pengembaraan (496 – 483 SM)

Setelah meninggalkan Lu, Konfusius pergi ke Wei, sebuah negara kecil yang terletak di sebelah barat Lu. Meskipun hanya sebuah negara kecil namun, ibu kotanya selalu ramai dikunjungi orang. Hal ini menunjukkan bahwa negara tersebut merupakan negara yang makmur. Selama dalam perjalanan ke negara Wei, Konfusius melewati rumah yang pernah ditempatinya dulu. Ketika itu, tuan rumah sedang melangsungkan upacara kematian. Melihat hal ini, ia meminta Tze-kung untuk mengeluarkan salah satu kuda dari keretanya dan memberikannya sebagai sumbangan duka cita.

Ketika sampai di ibu kota Wei, Konfusius telah berusia 56 tahun. Selama di sana, ia dan para murid yang menyertai perjalanannya tinggal di rumah seorang pejabat yang bersih bernama Yen Chau-yu. Di situ ia tinggal selama 10 bulan. Selama itu, ia terus mengajar murid-muridnya dengan berbagai macam ajaran klasik dan memperdalam pengetahuan mereka akan ritual persembahan dan maknanya. Selain itu, ia juga selalu mencari kesempatan untuk mengajarkan prinsip-prinsip moralitas kepada para pemimpin Wei. Reputasi dan kapasitasnya sebagai seorang cendekiawan membuatnya selalu diterima oleh semua kalangan termasuk kalangan istana. Ia juga sering kali dimintai nasehat yang berguna untuk menyelesaikan suatu masalah. Meskipun demikian, akhirnya ia meninggalkan Wei. Hal ini terjadi karena merasa bahwa para pejabat Wei memang memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi mereka tidak mau menerima dan menjalankan ajarannya. Selanjutnya ia memutuskan untuk pergi ke daerah Chan yang terletak di sebelah selatan Wei.

Setelah melewati negara Tsao, sampailah mereka di perbatasan Song. Mereka berniat untuk singgah beberapa waktu lamanya sebelum melanjutkan perjalanan ke Chan. Tetapi ketika sedang mengajarkan praktek ritual persembahan kurban kepada murid-muridnya, seorang pejabat Song bernama Sima Huandui, melihat dan mengenalinya. Kemudian ia mengirim orang untuk menangkap dan membunuhnya. Hal ini dilakukannya karena ia berpandangan bahwa ajaran yang dibawa Konfusius akan dapat membahayakan posisi atau kedudukan para pejabat Song. Mendengar hal ini, para muridnya segera memberi peringatan kepadanya. Meskipun demikian Konfusius masih tetap meneruskan pengajarannya. Tentang hal ini ia berkata, “Jika Langit telah memberikan nilai-nilai kebajikannya kepadaku apa yang dapat dilakukan Sima Huandui kepadaku?” Setelah menyelesaikan pengajarannya, ia dan para muridnya pun segera melarikan diri ke Chan.

Pada 494 SM, Chan mendapat serangan dari Wu. Mendengar hal ini Konfusius memutuskan untuk kembali ke Wei. Di sana ia diterima dengan baik oleh bangsawan Ling. Bahkan ia diperlakukan dengan penuh rasa hormat. Meskipun demikian, bangsawan tersebut tetap saja tidak mau memberi perhatian pada apa yang diajarkannya. Melihat hal ini, Konfusius berkata kepada para muridnya, “Jika ada penguasa yang mau mempekerjakan aku selama 12 bulan, aku pasti akan menerimanya dan melakukan perbaikan yang perlu di negara itu. Dalam waktu tiga tahun, aku yakin kehidupan di negara itu akan menjadi lebih baik dan teratur.” Selama di Wei, Konfusius menerima banyak undangan dari para pejabat di sana, seperti Kung-shan, Fu-zao, dan Pi-shi tetapi tak satu pun undangan itu diterimanya. Pada tahun yang sama, Bangsawan Ding – pemimpin – dan Chi Huan – pejabat penting yang berasal dari keluarga Chi yang sangat berpengaruh di Lu – meninggal dunia. Sebelum ia meninggal, bangsawan Ding menyesali apa yang pernah dilakukannya dulu terhadap Konfusius. Pada waktu itu, ia tidak mendengarkan nasehat Konfusius sehingga terjebak pada perangkap yang dibuat oleh para pemimpin negara-negara yang iri terhadap kemajuan di Lu. Kemudian, ia meminta putranya yang bernama Chi K’ang untuk memanggil Konfusius agar kembali bekerja padanya. Selanjutnya Chi K’ang segera memanggil Yen Chiu dan mengutusnya ke Chan untuk menemui Konfusius. Dengan sangat antusias, Konfusius menerima tawaran itu dan segera kembali ke Lu.

Pada 490 SM, Konfusis pergi ke Tsai. Selama dalam perjalanan, mereka kehabisan perbekalan. Para muridnya mulai mengeluh dan berkata, “Haruskah manusia utama harus mengalami nasib seperti ini?” mendengar hal ini, Konfusius menjawab, “Manusia utama (Chun Tzu) harus bisa menahan keinginannya, tetapi orang yang berguna (shen ren) ketika ia mengingankan sesuatu ia tidak menutup jalan untuk mencapai keinginannya itu.”

Pada 527 SM, ibu Konfusius meninggal dunia. hal ini membawa kesedihan yang
sangat mendalam baginya. Ia selalu ingat berkat usaha keras ibunya, ia menjadi seorang yang terpelajar, mengerti tata krama, serta menguasai enam pelajaran pokok. ia merasa sangat berhutang budi padanya, terlebih ibunya telah membesarkannya sendiri sejak ia berusia 3 tahun. Konfusius ingin menguburkan jenazah ibunya satu liang dengan makam ayahnya seturut tradisi leluhurnya yang masih merupakan keluarga bangsawan pada masa Dinasti Shang. Tetapi sayangnya, ia tidak mengetahui di mana ayahnya dimakamkan. Hal ini terjadi karena ayahnya telah meninggal dunia ketika ia berusia 3 tahun dan ibunya belum sempat memberitahukan keberadaan makam ayahnya kepadanya. Karena itu, Konfusius berusaha untuk mencari tahu letak makam ayahnya dengan pergi ke Wufu yang berada di luar kota Qufu, sambil membawa peti mati yang berisi jenasah ibunya. Setelah lama menunggu, akhirnya ada seorang nenek tua yang sedang lewat jalan itu. Tanpa diduga ternyata ia adalah teman lama ibunya. Kemudian ia mengatakan bahwa ayah Konfusius dimakamkan di lereng Gunung Fangshan yang terletak di sebelah timur Qufu. Mendengar hal ini, Konfusius segera berlutut untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Akhirnya tanpa menunggu lama, Konfusius pun membawa jenasah ibunya ke sana. Ia memakamkan ibunya satu liang dengan jenasah ayahnya. Setelah itu ia membuat nisan setinggi 4 kaki di atasnya, serta mengadakan upacara kematian untuk orang tuanya. Konfusius meratapi kematian ibunya selama 3 tahun, sesuai dengan tata krama seorang anak (rule of propriety).

Peristiwa kematian ibunya digunakan Konfusius untuk memberikan beberapa ajaran kepada para muridnya. Ia mengatakan bahwa sebagai seorang anak, kita mempunyai tugas untuk memberikan penghormatan yang dilandasi oleh rasa terima kasih dan cinta yang mendalam kepada orang tua kita, pada saat mereka meninggal dunia. Setelah masa berkabungnya berakhir, Konfusius segera kembali ke Qufu. Di sana ia melanjutkan aktivitasnya sehari-hari dengan mengajar murid-muridnya. Selain itu ia terus melanjutkan studinya tentang karya-karya literatur kuno dan belajar dari sejarah pemerintahan dinasti-dinasti sebelumnya.

Konfusius meyakini bahwa keutamaan itu dekat dengan musik. Dalam pandangannya, musik dapat melunakkan hati yang keras dan dapat digunakan untuk memperbaiki temperamen seseorang. Karena itu ia ingin seluruh puisi-puisi kuno yang telah dikoleksinya dapat dilagukan dan dinyanyikan dengan iringan alat-alat musik. Konfusius dapat memainkan beberapa jenis alat musik tabuh dan tiup seperti tambur dan seruling. Meskipun demikian, ia kurang mahir dalam memainkan alat musik petik. Padahal menurutnya, alat musik petik mampu menghasilkan suara yang lebih baik ketika digunakan untuk mengiringi sebuah lagu dari pada alat musik lainnya. Ketika diberi tahu bahwa di dalam kelompok musik istana Lu terdapat seorang pemain musik bernama Shi Xiangzi yang mampu memainkan alat musik petik dengan sangat baik, ia memutuskan untuk pergi ke tempat Shi Xiangzi untuk belajar. Shi Xiangzi tinggal di negara feodal Jin.

Di bawah bimbingan Shi Xiangzi, ia tidak sekedar belajar untuk bernyanyi dan memainkan alat musik. Gurunya itu juga mengajarkan makna dari setiap irama musik yang dimainkannya. Dengan kecerdasannya, ia mampu menyerap apa yang diajarkan gurunya itu dengan lebih cepat. Karena itu, tidak mengherankan jika Konfusius pun mengalami kemajuan pesat dalam bermusik. Bahkan ia sanggup menebak dengan benar sifat dan pribadi pengarang sebuah lagu hanya dengan mendengarkan irama lagu yang dimainkannya.
Dalam sebuah perjalanan, Konfusius dan murid-muridnya melalui lereng Gunung Tai. Di sana ia tampak olehnya seorang ibu yang sedang menangis di sebuah makam. Melihat hal itu, ia meminta Tse lu untuk menanyakan apa yang membuat ibu tersebut menangis. Kemudian ibu itu menjawab bahwa suami, ayah mertua dan anaknya telah mati karena terbunuh oleh harimau yang ada di gunung itu. Mendengar jawaban ini, tse lu bertanya lagi, mengapa dia tidak pergi dan meninggalkan tempat itu. Pertanyaan ini dijawab perempuan itu dengan mengatakan bahwa di tempat ia tinggal, tidak ada penindasan dan kesewenang-wenangan pemerintah. Mendengar jawaban ini, Konfusius berkata kepada murid-muridnya bahwa pemerintah yang sering menindas rakyatnya dengan kejam itu lebih kejam dari seekor harimau.

Apa yang diajarkan Konfusius kepada para muridnya saat itu menunjukkan bahwa meskipun tidak terlibat secara langsung dalam urusan pemerintahan negara Lu, Konfusius memiliki perhatian yang besar akan situasi yang terjadi di negara tersebut. Perhatian akan situasi yang terjadi di Lu ini membawa pengaruh terhadap pemikiran dan ajaran-ajarannya yang didasarkan pada kebajikan dan keteladanan setiap pribadi sehingga tercipta keharmonian dan keteraturan di dalam masyarakat.[44] Menurutnya, hal ini harus dimulai dari keluarga.

3. Masa Pelayanan Dalam Pemerintahan

Pada 501 SM, Konfusius menjalankan kehidupan public di pemerintahan. Ia diangkat sebagai hakim dan pemimpin di kota Zhong du. Pada waktu itu, Konfusius berusia 50 tahun. Kota tersebut terletak 90 li (sekitar 45 km) dari ibu kota Lu. Zhong du sebenarnya merupakan daerah yang subur, tetapi karena perdana menteri yang tidak kompeten, perseteruan dan intrik politik di antara para pejabat negara, membuat rakyat hidup menderita dan tertekan. Langkah pertama yang dilakukan Konfusius begitu sampai di kantornya adalah mempromosikan pegawai dan pejabat yang jujur dan taat hukum; mereka yang kemampuannya kurang memadai diturunkan dari jabatannya; sedangkan mereka yang menyalahgunakan wewenang dan jabatannya demi kepentingan pribadi dimasukkan ke dalam penjara.

Sebelum menentukan apa yang hendak dilakukan untuk masyarakat Zhongdu, ia terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk melihat kehidupan rakyat dan situasi di kota itu secara langsung. Setelah itu ia menetapkan kebijakan yang dirasanya tepat untuk diterapkan di Zhong du untuk memperbaiki keadaan di sana. Dengan segera ia melakukan pembenahan yang perlu di sana, dan hal ini dilakukan melalui pendidikan moral kepada rakyat Zhong du baik dengan kata-kata atau pun tindakan-tindakannya yang pantas untuk diteladani. Karena itu tidaklah mengherankan jika dalam waktu singkat (tiga bulan), dia berhasil mewujudkan pembaharuan kehidupan moral di sana. Pada masa itu, rakyat Zhong du benar-benar memiliki sikap hidup dan pemikiran yang selaras dengan tatanan moral; mereka menghormati orang yang lebih tua, dan memperlakukan yang orang-orang muda dengan penuh cinta dan kebaikan hati.
Atas keberhasilannya memimpin Zhong du, Konfusius dipercaya menjadi menteri pembangunan (the minister of construction) yang bertanggung jawab atas perencanaan tempat peribadatan atau kuil, istana, tata kota ibu kota Lu, pembangunan sarana pengairan dan jembatan. Pada intinya, ia bertanggung jawab atas perencanaan bangunan fisik yang berguna bagi rakyat Lu. Di sela-sela kesibukannya, ia selalu meluangkan waktu untuk mengajar murid-muridnya. Selanjutnya ia diangkat sebagai menteri keadilan yang bertugas menciptakan keamanan Lu. Dengan kebijaksanaan dan integritasnya, ia selalu dapat memecahkan persoalan dan permasalah seputar hukum. Ia juga menjatuhkan hukuman dengan adil dan memberikan hukuman yang sifatnya mendidik sesuai dengan tingkat kesalahan setiap orang yang berbuat jahat. Keberhasilannya ini membuat wewenang dan kekuasaannya meningkat dengan pesat.

Dalam menjalankan administrasi negara, Konfusius memperkuat kedudukan negara dan memperlemah sistem kekeluargaan. Selain itu ia selalu menerapkan ajaran-ajaran klasik yang telah dikuasainya dengan baik dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini secara tidak langsung menjadi suatu pendidikan moral bagi setiap rakyat Lu. Akibatnya, setiap orang yang tinggal di sana memiliki loyalitas dan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah dan diri mereka sendiri. setiap orang melakukan segala sesuatu sejalan dengan prinsip-prinsip moralitas, sehingga dalam kehidupan setiap rakyat Lu terwujud kesejahteraan, kebahagiaan dan keselarasan satu sama lain.

Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Perubahan yang terjadi di Lu terdengar hingga ke luar negeri. Hal ini membuat para pemimpin negara tetangga menjadi iri dan takut. Perasaan tersebut terkait erat dengan kekhawatiran beberapa pimpinan negara tetangga bahwa Lu akan menyerang daerah-daerah di sekitarnya untuk memperluas wilayah dan memperkuat kedudukannya. Kemudian beberapa kepala negara tetangga Lu berunding untuk mencari cara bagaimana mereka dapat memperlemah Lu. Karena itu segera dipilih 80 gadis cantik dan 120 ekor kuda yang terbaik, lalu dikirim ke Lu kepada bangsawan Ding sebagai hadiah. Dengan sembunyi-sembunyi, seorang pejabat Lu bernama Chi Huan menerima semua pemberian itu dan menghantarkannya kepada bangsawan Ding. Selanjutnya, bangsawan Ding menerima pemberian itu dan mulai larut dalam pesta pora dan kesenangan pribadi. Akibatnya banyak urusan negara dan pelayanan kepada rakyat yang terabaikan. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan bangsa Lu, dan bahkan dapat membuat negara Lu menjadi lemah.

Melihat hal ini, Tze Lu meminta Konfusius untuk segera meninggalkan Lu. Tetapi Konfusius menolaknya dan lebih memilih untuk menunggu hingga datangnya penyelenggaraan upacara persembahan kurban kepada dewa Langit pada musim semi berikutnya. Dengan ini Konfusius bermaksud untuk memberi kesempatan kepada bangsawan Ding untuk kembali kepada prinsip-prinsip moral seperti semula. Akan tetapi, ketika ia melihat bahwa upacara persembahan kurban dilaksanakan secara asal-asalan dan tanpa keantusiasan, ia merasa sangat kecewa. Karena itu dengan berat hati, Konfusius pun akhirnya pergi meninggalkan Lu. Peristiwa itu sekaligus menandai dimulainya masa pengembaraan selama 13 tahun yang harus dijalani oleh Konfusius dan beberapa muridnya.

4. Masa pengembaraan (496 – 483 SM)
Setelah meninggalkan Lu, Konfusius pergi ke Wei, sebuah negara kecil yang terletak di sebelah barat Lu. Meskipun hanya sebuah negara kecil namun, ibu kotanya selalu ramai dikunjungi orang. Hal ini menunjukkan bahwa negara tersebut merupakan negara yang makmur. Selama dalam perjalanan ke negara Wei, Konfusius melewati rumah yang pernah ditempatinya dulu. Ketika itu, tuan rumah sedang melangsungkan upacara kematian. Melihat hal ini, ia meminta Tze-kung untuk mengeluarkan salah satu kuda dari keretanya dan memberikannya sebagai sumbangan duka cita.

Ketika sampai di ibu kota Wei, Konfusius telah berusia 56 tahun. Selama di sana, ia dan para murid yang menyertai perjalanannya tinggal di rumah seorang pejabat yang bersih bernama Yen Chau-yu. Di situ ia tinggal selama 10 bulan. Selama itu, ia terus mengajar murid-muridnya dengan berbagai macam ajaran klasik dan memperdalam pengetahuan mereka akan ritual persembahan dan maknanya. Selain itu, ia juga selalu mencari kesempatan untuk mengajarkan prinsip-prinsip moralitas kepada para pemimpin Wei. Reputasi dan kapasitasnya sebagai seorang cendekiawan membuatnya selalu diterima oleh semua kalangan termasuk kalangan istana. Ia juga sering kali dimintai nasehat yang berguna untuk menyelesaikan suatu masalah. Meskipun demikian, akhirnya ia meninggalkan Wei. Hal ini terjadi karena merasa bahwa para pejabat Wei memang memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi mereka tidak mau menerima dan menjalankan ajarannya. Selanjutnya ia memutuskan untuk pergi ke daerah Chan yang terletak di sebelah selatan Wei.

Setelah melewati negara Tsao, sampailah mereka di perbatasan Song. Mereka berniat untuk singgah beberapa waktu lamanya sebelum melanjutkan perjalanan ke Chan. Tetapi ketika sedang mengajarkan praktek ritual persembahan kurban kepada murid-muridnya, seorang pejabat Song bernama Sima Huandui, melihat dan mengenalinya. Kemudian ia mengirim orang untuk menangkap dan membunuhnya. Hal ini dilakukannya karena ia berpandangan bahwa ajaran yang dibawa Konfusius akan dapat membahayakan posisi atau kedudukan para pejabat Song. Mendengar hal ini, para muridnya segera memberi peringatan kepadanya. Meskipun demikian Konfusius masih tetap meneruskan pengajarannya. Tentang hal ini ia berkata, “Jika Langit telah memberikan nilai-nilai kebajikannya kepadaku apa yang dapat dilakukan Sima Huandui kepadaku?” Setelah menyelesaikan pengajarannya, ia dan para muridnya pun segera melarikan diri ke Chan.
Pada 494 SM, Chan mendapat serangan dari Wu. Mendengar hal ini Konfusius memutuskan untuk kembali ke Wei. Di sana ia diterima dengan baik oleh bangsawan Ling. Bahkan ia diperlakukan dengan penuh rasa hormat. Meskipun demikian, bangsawan tersebut tetap saja tidak mau memberi perhatian pada apa yang diajarkannya. Melihat hal ini, Konfusius berkata kepada para muridnya, “Jika ada penguasa yang mau mempekerjakan aku selama 12 bulan, aku pasti akan menerimanya dan melakukan perbaikan yang perlu di negara itu. Dalam waktu tiga tahun, aku yakin kehidupan di negara itu akan menjadi lebih baik dan teratur.” Selama di Wei, Konfusius menerima banyak undangan dari para pejabat di sana, seperti Kung-shan, Fu-zao, dan Pi-shi tetapi tak satu pun undangan itu diterimanya. Pada tahun yang sama, Bangsawan Ding – pemimpin – dan Chi Huan – pejabat penting yang berasal dari keluarga Chi yang sangat berpengaruh di Lu – meninggal dunia. Sebelum ia meninggal, bangsawan Ding menyesali apa yang pernah dilakukannya dulu terhadap Konfusius. Pada waktu itu, ia tidak mendengarkan nasehat Konfusius sehingga terjebak pada perangkap yang dibuat oleh para pemimpin negara-negara yang iri terhadap kemajuan di Lu. Kemudian, ia meminta putranya yang bernama Chi K’ang untuk memanggil Konfusius agar kembali bekerja padanya. Selanjutnya Chi K’ang segera memanggil Yen Chiu dan mengutusnya ke Chan untuk menemui Konfusius. Dengan sangat antusias, Konfusius menerima tawaran itu dan segera kembali ke Lu.

Pada 490 SM, Konfusis pergi ke Tsai. Selama dalam perjalanan, mereka kehabisan perbekalan. Para muridnya mulai mengeluh dan berkata, “Haruskah manusia utama harus mengalami nasib seperti ini?” mendengar hal ini, Konfusius menjawab, “Manusia utama (Chun Tzu) harus bisa menahan keinginannya, tetapi orang yang berguna (shen ren) ketika ia mengingankan sesuatu ia tidak menutup jalan untuk mencapai keinginannya itu.” Di sini, pencapaian keinginan itu selalu dilakukan dalam ruang interaksi sosial, dan dinyatakan dalam bentuk usaha untuk memberikan sesuatu yang berguna bagi masyarakatnya, terlebih pelayanan dalam pemerintahan. Hal ini terjadi karena pelayanan dalam pemerintahan dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk ‘mendidik’ sebanyak mungkin orang agar mereka menjadi manusia utama, melalui kebijakan yang dibuatnya, pesan atau ajaran moral dan terutama melalui sikap hidupnya yang pantas untuk diteladani. Konfusius dan para muridnya menderita kelaparan tujuh hari lamanya. Meskipun demikian, Konfusius tetap terlihat tenang dan gembira menghadapi kesulitan itu. Mereka tinggal di wilayah Tsai sampai 489 SM.

5. Masa Tua: Pengkompilasian Kitab-kitab Kuno dan kematiannya (482-479 SM)
Pada masa ini, Konfusius telah berusia 69 tahun. Di usianya itu, ia telah mampu melakukan apa yang diinginkannya tanpa melanggar prinsip-prinsip moral. Banyak orang dari segala kalangan selalu menerima dan memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi hanya sedikit orang saja yang mau menerima dan melakukan ajarannya. Bangsawan Ai dan Chi Kang selalu menyambut kedatangannya dengan tangan terbuka, tetapi mereka tidak pernah mau mendengarkan apa lagi menjalankan nasehat-nasehatnya. Hal ini membuatnya sangat sedih dan tidak mau lagi terlibat dalam urusan negara, dan lebih memilih untuk menyelesaikan peredaksian karya-karya literatur klasik.
Szema-chien menyatakan bahwa Konfusius menulis pendahuluan buku Su-Ching; memperdalam dan memperluas makna ritual dengan nilai-nilai kebijaksanaan manusia utama dan raja-raja yang berasal dari generasi sebelumnya; mengumpulkan dan meredaksi puisi-puisi kuno, serta melakukan pembaruan musik-musik yang dijadikan pengiring upacara ritual. Selain itu, ia juga mencurahkan perhatiannya untuk mempelajari kitab Yi-Ching. Tentang hal ini ia berkata, “jika umurku dapat bertambah beberapa tahun saja, aku akan memberikan waktuku selama 50 tahun untuk mempelajari kitab Yi-Ching, sehingga di kemudian hari, aku akan datang kembali tanpa ada kesalahan besar yang aku perbuat.”

Di akhir hidupnya, Konfusius menulis buku tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di masa Ch’un Ch’iu (musim semi dan musim gugur). Di dalam bukunya tersebut dengan berani ia mengkritik kebijakan para pemimpin Lu dan menampilkan segala peristiwa yang terjadi di Lu secara apa adanya.[63] Pada 479 SM, Tze Lu, salah seorang murid kesayangan Konfusius meninggal dunia. Ada sebuah lukisan yang menggambarkan bagaimana Tze Lu meninggal dunia. Di situ, seorang murid Konfusius bernama Min digambarkan sebagai orang baik. Tze Lu ditampilkan sebagai seorang yang begitu tegas dan tangkas; Yen Yu dan Tze Kung tampak sebagai seorang yang lepas bebas dan memiliki jalan yang lurus. Melihat hal ini, Konfusius terlihat senang. Meskipun demikian, suatu ketika ia mengatakan bahwa Yu – nama panggilan Tze Lu – tidak akan meninggal dengan cara yang biasa. Dulu, pada saat kembali ke Lu, Konfusius meninggalkan Tze Lu dan Tze Kao di Wei untuk bekerja di dalam pemerintahan di sana. Suatu ketika datang berita dari Wei bahwa di sana sedang terjadi kekacauan. Melihat hal ini, Tze Kao segera memikirkan rencana untuk menyelamatkan diri, tetapi Tze Lu lebih ingin mendampingi atasannya yang telah memperlakukannya dengan sangat baik. Akibatnya ia ikut terbunuh dalam kekacauan di Wei tersebut.

Konfusius memimpin upacara kematian salah satu murid terbaik yang pernah dimilikinya tersebut. Menurut peraturan Hsia, jenazah haruslah diberikan pakaian yang terbaik; peti mati mesti dihadapkan ke timur; dan orang yang telah meninggal dunia ini harus tetap diperlakukan dengan hormat layaknya orang yang masih hidup. Sementara itu dalam peraturan Shang, disebutkan bahwa upacara haruslah diadakan di antara dua tiang rumah, dan orang yang telah meninggal dunia itu hendaknya diperlakukan sebagai seorang tamu sekaligus tuan rumah.

Pada 497 SM, akhirnya Konfusius pun meninggal dunia. Meskipun demikian, apa yang telah dicapai selama hidupnya dan segala sesuatu yang dihayatinya mampu membuat kematiannya menjadi begitu bermakna. Selain itu, proses pendidikan dan pengajaran yang telah dilakukannya sejak lama, tampaknya menjadi semacam pesemaian ajaran-ajarannya. Melalui pemikiran dan penafsiran murid-muridnya itu pula, ajaran-ajaran Konfusius akan terus disampaikan pada ‘murid-murid’ yang baru dari generasi yang berbeda hingga akhir masa.

Jangan biarkan Dunia merubah anda



alt

Pada sebuah pasar swalayan, ada seorang bapak ibu beserta anaknya. Mereka sekeluarga setelah selesai berbelanja kebutuhan sehari-hari, sang bapak memerintahkan anaknya mengembalikan kereta dorong yang mereka pakai ke tempat semula.

“Papa, apakah engkau melihat, kereta dorong terdapat dimana-mana, tidak ada seorangpun mengembalikan ke tempatnya, ini adalah fasilitas dari pasar swalayan ini melayani pelanggan,“ kata si anak.

Bapak tersebut dengan sabar menerangkan kepada anaknya, “Anakku, apakah engkau mengganggap mengantar kembali kereta dorong ini ke tempatnya adalah sebuah perbuatan yang baik?”

Anak ini terdiam beberapa saat, setelah terdiam beberapa saat  Ibunya yang menjawab, “Ini bukan masalah serius, jangan mengharapkan anakmu berbuat terlalu banyak, mari sekarang kita pulang saja.”

Ketika bapak ingin melepaskan keinginannya sendiri, dia melihat, ada sepasang manula masing-masing mendorong kereta dorong dan menaruh kembali ditempat kereta dorong tersebut.

Setelah melihat kejadian ini bapak berkata sekali lagi kepada anaknya, “Anakku, didunia ini ada dua jenis orang, jenis yang pertama adalah orang yang setelah menggunakan kereta dorong meletakkannya disembarangan tempat, dan jenis yang kedua adalah orang yang setelah memakai kereta dorong tersebut dikembalikan ke tempat semula, dan saya mau engkau menjadi orang yang mengembalikan kereta dorong tersebut ke tempatnya. Sekarang kembalikan kereta dorong ini ketempat semula.”

Cerita ini memperingatkan kepada kita bahwa di dunia ini ada 2 jenis orang. Pertama adalah orang yang selalu melakukan hal yang dianggap benar, tidak merugikan orang lain dan berguna bagi masyarakat. Jenis yang kedua adalah mencari berbagai alasan untuk berbuat hal yang demikian.

Jenis yang pertama adalah orang yang patut dihargai, bukan karena mereka mengganggap tindakan tersebut dapat merubah dunia ini, tetapi mereka tidak ingin dunia ini merubah diri mereka. (*)

sumber : erabaru

29 Nov 2011

《kerajaan air bawah laut》

aku bukan seorang penulis yang pandai merangkai kata, juga bukan mereka yang pandai bersilat lidah, ataupun juga mereka yang piawai menciptakan lantunan kata menjadi sebuah cerita nan indah, aku hanya seseorang yang ingin mengeluarkan apa yang sedang ku rasa, apa yang sedang kupikirkan pada secarik kertas untuk dapat di baca bersama” (josse harlin)

♬~ℓα ℓα ℓα ℓα ℓα ~♬ ~mungkin kegilaan atau juga ketidakwarasan sedang menimpaku, yach,,rata - rata orang menyebut einstein itu gila, tapi apa yang terjadi setelah einstein menyempurnakan mimpi?? Dia menjadi manusia terpintar yang pernah dimiliki amerika. Sama , kali ini mungkin anda menganggapku seorang yang gila, Tulisan kali ini saya akan bermimpi tentang kerajaan bawah lain.

Anda mungkin telah mengetahui berapa besar bumi ini, hingga mampu di diami oleh 20M manusia pada saat ini,Luas ya sangat -sangat Luas. Luas bumi 510 juta km2, dan 70,8 % (361,38 juta km2) dari luas tersebut adalah air, dengan kata lain planet kita ditutupi oleh air, sehingga TIDAK HERAN bahwa warna planet kita biru dibandingkan planet -planet lainnya dan sebenarnya beralasan penamaan ‘bumi’ (‘earth’ dengan bahasa Latin humus/terra berarti tanah/daratan) adalah suatu kekeliruan. (Info http://www.alpensteel.com)

Kali ini, saya tidak akan membahas lebih dalam mengenai daratan, karena saya anggap kita semua sudah memahami daratan seperti apa? (Lahir didarat, kalau tidak tau daratan itu berarti.....),

Kerajaan AIR bawah laut
Mari kita balik lagi, ke zaman kerajaan dimana zaman teknologi tidak lah sehebat sekarang ini, coba saudara bayangkan bagaimana kehidupan pada zaman kerajaan itu berlanjut, setiap harinya, hingga teknologi itu muncul.

Nah,,apa jadinya jika kerajaan ittu berada pada dasar laut yang begitu luas tersebut, mungkin ini hal konyol karena tanpa bukti yang jelas dan tanda - tanda kehidupan di dasar laut.

Saya sendiri percaya di laut yang terdalam, gelap dan buas tersebut, bagian dasarnya terdapat kerajaan laut yang besar, dimana terdapat kehidupan, oksigen bebas dari air laut yang masuk, dimana ada kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang kaisar dalam menjalankan pemerintahan. Terdapat rakyatnya yang setia, dan menuruti semua peraturan,,

Karena jauh dari perkembangan teknologi, dan dari dasar laut tersebut sehingga susah bagi kita makhluk daratan untuk mengidentifikasi keberadaan mereka, dan juga sifat mereka yang tidak mirip dengan manusia daratan, mereka memiliki kaki dan tangan yang menyatu , seperti selaput kaki pada bebek.

Kehidupan mereka layaknya jauh dari matahari, sehingga membuat warna kulitnya jauh berbeda dengan kita, warna kulitnya yang cendrung biru layaknya biru laut,,mereka memiliki bahasa yang tidak pernah dapat kita pahami, dengan pola pemikiran yang masih alami sekali.

Yach,,kehidupan yang damai, namun mereka makhluk laut memiliki kepintaran yang jauh dari makhluk daratan,karena cendrung yang mereka santap adalah ikan sebagai makanan pokok mereka, cuma media untuk mengembangkan teknologi yang dangkal sehingga mereka jauh dari sentuhan makhluk bumi lainnya,,

Hmmm..populasi mereka tidak sebesar kita yang hidup didaratan, populasi mereka hanya sebesar 0.00001% dari penduduk di daratan,

Mungkin hanya ini yang dapat saya gambaran, sekilas dan sulit buat dipercaya,,

Karena keberadaan mereka yang jauh dari cahaya dan sulit buat di analisis ini, membuat kita tidak dapat terbuka dengan mereka.

Lebih lanjut,, silahkan cari sendiri ke DASAR LAUT YANG TERDALAM, TERGELAP.. ĦÄ⌣ªˆ◦ˆĦÃ⌣ªˆ◦ˆĦÅ⌣ª

Ditulis oleh josse harlin
02 september 2011

*hanya karangan fiksi, tanpa bukti tapi akan terbukti..

28 Nov 2011

《Mereka tidak mengerti..》

aku bukan seorang penulis yang pandai merangkai kata, juga bukan mereka yang pandai bersilat lidah, ataupun juga mereka yang piawai menciptakan lantunan kata menjadi sebuah cerita nan indah, aku hanya seseorang yang ingin mengeluarkan apa yang sedang ku rasa, apa yang sedang kupikirkan pada secarik kertas untuk dapat di baca bersama” (josse harlin)

Mereka tidak mengerti ketika aku harus berjalan diantara gelap
Menelusuri jejak kegelapan
Berpaku pada ketakutan,kegelisahan, dan kesedihan
Kegelapan bagai teman terdekatku
Karena mereka tetap tidak akan mengerti??

Mereka juga tidak mengerti bahwa aku kesepian, sendiri di tempat yang seperti ini, seorang diri.......
Hanya dengan menangislah dapat menghibur diri
Karena tetap saja, mereka tidak akan menngerti?

Mereka selalu tidak mengerti kalau aku membutuhkan mereka, di sela -sela aku kebinggungan, aku jenuh, aku perlu mereka untuk berbagi ide dan cara
Tapi kenapa mereka selalu tidak mengerti kalau mereka penting bagiku??

Mereka tetap tidak mengerti apa yang sedang ku perbuat untuk-Nya, mungkinkah karena semua ini salah?atau kah aku yang salah?? Sepertinya semua kesalahan terletak padaku,,atau...........
Itu karena mereka bersihkukuh untuk tidak mengerti??

Mereka seperti tidak peduli, dan sepertinya aku hanya penghambat dan menjadi bagian yang tak disediakan tempat, benarkah, itu karena mereka tidak mengerti?? Atau karena aku memang tidak diharapkan?

Mereka tidak mengerti kalau sesibuk -sibuknya mereka, sejauh -jauhnya mereka, semarah -marahnya mereka, aku tetap berharap untuk ada sedikit waktu bersama,apa benar benar karena kebutaan membuat mereka tidak mengerti??

Lantas, harus menunggu hingga kapan? Baru mereka akan mengerti.......

Bahwa aku...

Membutuhkan mereka...

Menanti indahnya kebersamaan, dan berbahagia bersama..


Di tulis oleh : josse_harlin
30 agustus 2011


*ini hanya karangan fiksi saja, tidak ada kesamaan kejadian ataupun tempat.


Bahan renungan :
Marilah memposisikan diri kita, pada mereka yang jauh di kegelapan, yang sedang menunggu kehadiran kita, yang sedang sendirian menanti kita, yang menangis dan membutuhkan kita untuk berbagi,,
Mereka menanti sedikit kehadiran kita, mereka......
Saudara kita,Sahabat-sahabat kita,orang -orang yang jauh dari perhatian,,

  • *warnai hidup orang lain, maka hidupmu akan sangat berwarna,,bahagiakan hidup orang lain, maka kamu akan merasakan arti sesungguhnya bahagia*

Memaafkan ?

Oleh: Samuel Mulia Penulis mode dan gaya hidup
Dalam agenda hidup saya, kata ini lama sekali tak pernah ada. Kala pertama saya hendak memaafkan dengan sungguh- sungguh, susahnya luar biasa.

Ada saja yang menghalangi saya berani melakukan tindakan yang mudah diucapkan dan sulit dilakukan itu, terutama untuk mereka yang pernah menyakiti hidup saya, yang menggosipkan saya bahwa saya tukang gosip hanya karena saya mengucapkan sesuatu dari mulut, sementara mereka yang menggosipkan saya membicarakan orang di dalam hatinya. Jadi, yang kelihatan menjadi tukang gosip saya dan mereka yang mengumpat di dalam hati tetap terlihat seperti malaikat.

Pipi kiri dan pipi kanan
Jadi, rencana mulia itu selalu tertunda-tunda, sampai belasan tahun lamanya. Saat saya sudah merasa siap, ada saja pikiran yang tiba-tiba muncul yang mengatakan mengapa harus memaafkan, lha wong mereka memang salah kok, mereka memang yang jahat pada saya, mereka ini dan mereka itu. Dan, rencana itu senantiasa kandas di tengah jalan.

Apalagi kalau mengingat kalimat dalam ajaran agama saya yang mengatakan, orang menampar pipi kirimu berikanlah juga pipi kananmu. Wah… itu benar tak masuk akal untuk saya. Kalau orang mencium pipi kiri saya, maka saya tak hanya akan memberikan pipi kanan saya, tetapi semua area di tubuh saya.

Memberikan pipi untuk ditampar? Ya, mending saya tampar balik dan tak hanya kedua pipinya kalau bisa. Maka, memaafkan menjadi sebuah hal yang tak masuk akal. Terutama meminjam alasan teman saya yang “bijaksana” yang senantiasa mengatakan, “Yah… kita kan manusia biasa, sangat normal kalau kita punya banyak kelemahan dan susah memaafkan.”
Awalnya saya sangat menyetujui pikiran teman saya itu. Saya ini kan tak sempurna, jadi normal kalau yang tak sempurna menghasilkan sesuatu yang tak sempurna, bukan? Yang tak normal adalah bila yang tak sempurna mampu menghasilkan yang sempurna.

Namun, dengan berjalannya waktu, setelah dipikir-pikir lagi, bagaimana teman saya bisa mengatakan saya manusia yang punya banyak kelemahan, termasuk lemah syahwat, tetapi memiliki kekuatan menghina, mengejek, dan menjelekkan orang?

Saya pikir kalimat yang kelihatan bijaksana dari mulut teman saya itu hanyalah alasan untuk tidak memberi kesempatan kepada dirinya memanfaatkan kekuatan yang ada pada dirinya sendiri. Atau mungkin ia tak bisa lagi melihat ia punya kekuatan karena seringnya mengatakan manusia punya kelemahan. Dengan kata bijaksananya itu ia seperti ingin mengajarkan saya untuk tetap tinggal dalam kelemahan itu.

Pemadam kebakaran

Mengapa saya senantiasa memilih dan merasa nyaman untuk berdiri dan mengaminkan saya punya banyak kelemahan, tetapi tak mau—bukan tak mampu—mencoba memberanikan diri meloncat ke sisi di mana saya punya kekuatan. Kalau saya punya kekuatan untuk menghina dan menyakiti orang, mengapa saya tak menggunakan kekuatan itu untuk memaafkan kembali mereka yang telah membuat hidup saya bertahun lamanya seperti neraka?

Coba Anda perhatikan kalimat terakhir yang saya tulis di atas. Mereka yang telah membuat hidup saya seperti neraka. Sekali lagi, saya masih memilih berdiri di sisi kelemahan saya sehingga saya bisa menuliskan bahwa yang membuat hidup saya sengsara seperti neraka bertahun lamanya adalah mereka yang menyakiti saya.
Mari coba meloncat dengan saya ke sisi kekuatan yang ada dalam diri saya. Kalau saja saya bisa berdiri di sisi kekuatan saya, maka saya akan menulis, yang membuat hidup saya sengsara seperti nereka tak lain adalah diri saya dan bukan mereka. Namun, saya membiarkan diri saya terus berdiri di sisi kelemahan saya sehingga neraka kebencian itu terus menyala-nyala bertahun lamanya. Selamatnya saya tak jadi gosong karena terbakar amarah dan ketersinggungan.

Saya sekarang baru mau mencoba meloncat ke sisi kekuatan yang ada pada diri saya karena pada sisi yang baru ini saya akan seperti tim pemadam kebakaran yang siap meluncurkan air lewat pipanya yang besar dan dengan kekuatannya yang dahsyat sehingga api yang membakar diharapkan bisa dikalahkan. Diharapkan, karena belasan tahun lalu kantor di mana saya bekerja terbakar dan tim pemadam kebakaran datang dengan pipanya yang besar, tetapi tak punya kekuatan sehingga air yang keluar seperti orang buang air kecil. Jadi, bila air saya bisa keluar dengan deras, saya tak perlu terbakar begitu lamanya. Karena air yang memadamkan akan memadamkan pikiran negatif saya dan saya siap memaafkan.

Orang lain bisa saja menjadi pencetus kebakaran, tetapi saya yang harus bertanya apakah saya ingin mempertahankan kebakaran itu atau tidak. Kalau tidak, maka sayalah yang harus berperan sebagai pemadam kebakaran dengan mempersiapkan kekuatan agar airnya tetap bisa kelewi (keluar maksudnya) secara maksimal.

Artinya, saya memang punya kelemahan, tetapi saya tak bisa hanya berhenti di situ dan merasa nyaman dengan kelemahan itu. Saya punya kekuatan, saya harus mampu berdiri di sisi yang positif ini. Dan satu hal yang akan saya ingat terus, saya ini anggota pemadam kebakaran.

“Hmm… fireman? ABCD dong,” kata teman saya. “Ai bo, cakep deh.”
Kalah atau Menang

1. Kalau Anda memutuskan memaafkan siapa pun, baik itu musuh, lawan politik Anda, atau orang yang menyakiti Anda, maka ingatlah, tindakan Anda itu adalah tindakan mulia. Bukankah ketika tiba saatnya Anda harus menghadap Sang Pencipta, maka tindakan mulialah yang diperlukan? Maka, jangan sampai ketika datang waktunya yang tak seorang pun tahu itu dan Anda tak bisa membuat janji terlebih dahulu seperti kebiasaan Anda membuat janji dengan dokter gigi langganan, Anda malah sedang naik pitam dan menyimpan dendam di lemari hati Anda.

2. Memaafkan adalah bukan soal kalah dan menang. Memaafkan adalah soal keberanian dan kemauan menjadi seorang pemadam kebakaran atau tidak. Kalaupun Anda kemudian mampu menjadi pemadam kebakaran dan Anda merasa menang karenanya, itu pun bukan berarti Anda menang atas musuh Anda, tetapi Anda memenangi pertandingan melawan kekerasan hati Anda. Itu yang membuat bila Anda mampu memaafkan, maka Anda akan memiliki perasaan yang luar biasa bak pemenang, bukan sebagai manusia kalah perang.

3. Suatu hari teman ibu saya bercerita suaminya mempunyai musuh bebuyutan sejak mereka masih muda. Kebencian itu bahkan nyaris berakhir dengan bentrok fisik. Suatu hari, setelah puluhan tahun dendam itu bersarang di hati keduanya, suami teman ibu saya itu menghadiri sebuah acara perkawinan dan kebetulan musuh lamanya juga hadir di acara itu. Suami teman ibu saya duduk bersama teman-temannya. Datanglah si musuh bebuyutan ini ke meja itu dan ia hanya menyalami teman-teman lainnya dan tidak suami teman ibu saya itu. Pada akhir acara, sebelum para undangan pamit pulang, suami teman ibu saya itu memutuskan untuk meninggalkan acara itu terlebih dahulu. Setelah menyalami teman-temannya dalam satu meja, ia mendatangi meja di mana musuh bebuyutannya itu duduk dan menyalaminya, menanyakan kabarnya, kemudian pamit pulang. Nah, kalau Anda ada pada kondisi seperti itu, Anda mau menjadi seperti suami teman ibu saya atau tetap menjadi si musuh bebuyutan?

4. Memaafkan sama sekali bukan sebuah tindakan yang sulit. Anda mau atau tidak, itu masalahnya. ****