Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat telepon dari penggemar yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Sebutlah namanya Z. Dia menceritakan masalahnya, merasa begitu bersalah, frustasi, depresi, putus asa, dan terlintas dalam pikirannya untuk bunuh diri...
“Saya ini seorang penjudi,” begitu kisahnya kepada saya. “Modal usaha yang diberi orangtua saya habiskan untuk berjudi. Tentu saja orangtua saya marah dankecewa. Tetapi setelah saya meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi, namanya juga orangtua, mereka pun kembali memberi uang untuk modal usaha lagi.”
Hening sejenak. Dia ia melanjutkan,”Sayangnya, kepercayaan itu kembali saya hancurkan. Kembali uang modal habis tidak tersisa di meja judi. Duh Pak, kali ini ortu marah besar dan merasa dikhianati oleh anaknya. Saya sungguh malu, menyesal dan kecewa pada diri saya sendiri. Tapi nasi telah menjadi bubur, semua telah terjadi. Setelah kejadian itu, selama berhari-hari, hidup dalam keputusasaan, saya sempat berpikir untuk bunuh diri aja,” ucapnya sambil terisak pilu.
Lanjutnya, “Dalam keadaan bingung, saya berjalan-jalan tak tentu arah. Suatu hari, langkah saya terhenti di depan sebuah toko buku, mata saya nanar melihatbuku 18 Wisdom & Success yang dipajang di rak. Di cover buku ada tulisan 'Hidup adalah tanggung jawab! Dari pada berani mati secara pengecut, jauh lebih baik berani hidup secara ksatria, maka hidup kita akan lebih bernilai.' Langsung saya beli buku itu. Di rumah saya baca berulang kali cerita ke 14, yang ada di halaman 157. Judulnya, 'Pengecut Mau Bunuh Diri'. Tiba2 pikiran saya tersentak laksana dihantam palu. Timbul kesadaran baru, tetapi juga takut dan meragukan diri sendiri, jangan2 kesadaran ini hanya sementara dan kemudian penyakit lama untuk berjudi muncul lagi? Setelah berpikir ulang, saya memberanikan diri menelepon alamat yang tertera di sampul belakang buku 18 Wisdom & Success untuk meminta saran dan peneguhan dari si pengarang buku, Pak Andrie Wongso”.
Akhirnya saya pun memberitahu kepada anak muda ini, “Z, kamu harus bertanggung jawab atas semua perbuatanmu! Jangan coba2 bunuh diri, itu sifat pengecut! Kamu tidak berhak membunuh dirimu sendiri! Yang punya hak mengambil nyawamu adalah Tuhan. Orangtua kamu pantas dan berhak marah serta kecewa kepada kamu. Kamu harus minta maaf! Mintalah ampun kepada mereka dan mohon diberi kesempatan lagi. Jika permintaanmu itu tidak digubris pun, kamu harus tetap sabar. Ubah sikap hidupmu! Pelan atau cepat namanya juga orangtua, jika melihat perubahan kehidupan kamu, mereka pasti akan luluh. Apapun yang terjadi kamu harus sabar, sabar, sabar, dan bertanggung jawab! Buang pikiran untuk bunuh diri, bisa? Ingatin terus ya, sepotong tulisan di cover buku 18 Wisdom & Success itu, ‘Daripada berani mati secara pengecut, jauh lebih baik berani hidup secara ksatria!’ Buktikan kamu bisa berubah dan menjadi anak yang membanggakan. Dan untuk menguatkan tekadmu, jangan lupa untuk berdoa. Ok?”
Hening di seberang. Kali ini Z menjawab,“Ya, Pak Andrie, terima kasih....” katanya sambil terisak-isak. Setelah itu, ia menutup pembicaraan.
Beberapa minggu setelah itu, di kantor, sayamenerima telpon lagi dari Z. Kali ini suaranya begitu renyah dan mantap.
“Pak Andrie, terima kasih ya atas motivasinya waktu itu,” katanya. “Sekarang saya sudah berubah total dan mendapatkan kepercayaan dari orangtua saya, saya sudah bebas dari berjudi. Saya telah memulai usaha baru. Doakan semoga saya berhasil sukses ya, Pak. Kapan2 saya boleh telpon lagi ya? Di sini saya tunggu buku bapak yang baru. Sekali lagi, terima kasih.”
Saya jawab: “Selamat ya, kamu telah bangkit!Yang konsisten ya! Selama saya ada di kantor dan ada waktu luang, pasti saya terima telepon kamu. Bagi saya,senang bisa ada kesempatan membantu orang lain. OK, selamat berjuang!”
Salam sukses luar biasa!
Andrie Wongso
* Kami tunggu komentar Anda.
Komentar :
Posting Komentar